menonton serial di Netflix yang berjudul Samurai Gourmet. Serial kuliner
dari Jepang tidak menceritakan tentang proses membuat makanan. Tetapi,
mereview berbagai resto di hampir semua episodenya. Hanya ada 2 episode
yang tidak mengulas resto. Tetapi, makanan catering dan makanan
kroket.

saya menulis di blog Jalan-Jalan KeNai. Saya bisa belajar memberi ulasan
yang menarik. Selain itu ada beberapa tips kuliner yang juga bisa
diambil.
review kuliner seperti pada umumnya. Karena series ini dikemas dalam
bentuk drama yang menghibur.
baru saja pensiun. Episode pertama diawali dengan adegan Takeshi bangun
kesiangan. Sambil terburu-buru berpakaian, dia ngomel ke istrinya karena
gak dibangunin. Istrinya hanya tersenyum sambil menunjukkan bunga yang ada
di meja.
mau melakukan apa, dia memilih berjalan kaki ke arah stasiun. Saat
berjalan santai, dia merasa banyak hal menarik di sekitar
rumahnya.
rel kereta. Dari situ lah perjalanan menjelajah kulinernya dimulai.
Berikut beberapa alasan yang menurut saya, Sahabat KeNai wajib menonton
Samurai Gourmet.
Hidup Baru Dimulai di Masa Tua
tua nanti?
Ya mungkin setelah pensiun dari kerjaan. Saya
pribadi pengennya bisa tetap beraktivitas dengan semangat.
pengalaman gak sengaja makan siang di resto kecil dekat. Resto dengan
nuansa jadul yang mempunyai makanan sangat enak.
resto lain. Dia selalu jalan sendiri karena istrinya sibuk berkegiatan
dengan teman-temannya.
gak pernah dilakukan saat masih kerja. Termasuk mencoba ikutan jadi pemain
figuran juga. Dapat peran kecil. Gak ada dialog, cuma jalan kaki melewati
pemeran utama.
Dia merasa selama 38 tahun menjadi karyawan,
hidupnya gitu-gitu aja. Hanya seputaran kantor dan rumah.Selalu berjalan
kaki dengan rute yang sama. Makan siang pun selalu di resto yang sama
dengan menu yang gak pernah berubah pula.
Makanya dia merasa
jadi lebih bergairah hidupnya setelah pensiun. Dia baru sadar kalau di
sekitar rumahnya ke arah stasiun banyak hal menarik. Tetapi, selama ini
selalu berjalan terburu-buru karena harus mengejar kereta.
buku. Kemudian, dia berencana makan siang ke resto yang bisa membuatnya
nyaman sambil membaca buku.
Saya pernah kayak gitu ma Nai.
Ngopi di Cofi setelah membeli buku. Memang asik, lho.
[Silakan
baca:
Ngopi di Cofi]
sebaiknya tetap beraktivitas. Ya meskipun hanya mengerjakan hobi. Pokoknya
jangan mageran, supaya gak cepat pikun.
Setidaknya kalau punya kegiatan memang hidup bisa terus semangat, ya.
Apalagi kalau aktivitasnya menyenangkan.
Gak Semua Resto Dapat Ulasan Bagus
ekspektasi. Entah itu rasa makanannya, pelayanannya, atau suasananya.
Terkadang saya suka jadi galau untuk mengulasnya.
tetap diulas. Bagian minusnya saya abaikan. Kalaupun tetap ditulis,
bahasanya diperhalus. Supaya tidak terkesan menjatuhkan.
bagus. Di episode kedua menceritakan Takeshi yang sedang ingin makan
ramen. Tapi, semua resto lagi rame. Malah sampai ada yang antreannya
panjang.
mengherankan juga karena jam makan siang, tetapi hanya ada Takeshi yang
masuk. Dia sempat mau keluar lagi karena gak ada satupun pelayan yang
nyamperin. Udah dipanggil-panggil juga gak ada yang datang.
parfum yang sangat menyengat. Gak ramah pula. Feeling dia makin gak enak
saat melihat perempuan itu yang ternyata pemilik resto juga yang masak.
Restonya pun gak bersih.
semakin gak tahan, ketika pemilik resto merokok di dekatnya. Mau menegur,
tapi takut. Akhirnya dia memilih bayar dan pulang. Makanannya gak
dihabiskan.
istrinya. Jadi secara gak langsung kayak pengen bilang rasa yang instan
lebih enak hehehe.
Rating Tidak Menjadi Patokan Makanan Enak atau Enggak
enak, belum tentu saya setuju. Begitu juga sebaliknya. Makanya meskipun
saya selalu melihat rating kalau ingin datang ke salah satu resto, tetapi
gak pernah jadi patokan banget.
Memang biasa aja bintangnya di Tripadvisor. Tetapi, rating gak selalu jadi
patokan. Cerita tentang rating ini ada di episode yang lain.
googling dulu berbagai resto yang direkomendasikan di internet. Karena
menurutnya, anak-anak muda suka cari rekomendasi di internet.
pusing-pusing lihat di internet, mendingan langsung pilih aja resto yang
pernah didatangi dan rasanya enak. Takeshi punya mengajak keponakannya ke
salah satu resto Yakiniku.
aja. Tapi, Takeshi bilang kalau beberapa tahun lalu pernah diajak bossnya.
Dan menurutnya rasa makanan di resto itu enak banget.
datang harus difoto dulu. Takeshi masih mau maklumin. Tetapi, mulai
terganggu ketika keponakannya selalu sibuk dengan handphone.
dengan keras. Menurutnya Yakiniku paling enak dimakan saat masih panas.
Bagaimana bisa dirasa enak kalau makanan selalu dibiarkan dingin karena
kitanya sibuk terus dengan hp?
selalu motoin dulu. Kalau gak gitu, nanti saya gak punya bahan buat konten
hahaha! Tapi, selalu saya usahakan dengan cepat. Jangan sampai keluarga
atau siapapun yang menemani makan jadi bete.
Kalau sekadar motret cepat masih dibolehin. Tetapi, semua harus taro hp
saat waktunya makan. Hanya boleh dipegang sesekali kalau dirasa penting.
Lebih baik ngobrol ketika makan daripada sambil pegang hp.
menilai makanan yang disantap benar-benar enak atau enggak. Makanya saya
setuju dengan pendapat Takeshi.
Semua Makanan Bisa Terasa Enak Kalau Lagi Lapar
figuran. Ternyata suasana syutingnya molor banget. Pemeran utama wanitanya
ngambek dan gak ada yang bisa ngebujuk.
dikasih menu catering yang rasanya enak banget. Dia pun membawa pulang 1
bento set, buat dikasih ke istrinya.
pun berpendapat sama. Kok bisa ya pas di tempat syuting rasanya enak
banget?
hehehe,” kata istri Takeshi.
ke resto yang rame banget sampai harus antre lama. Suami selalu bilang,
“kalau kelamaan nunggunya jadi gak tau makanannya memang beneran enak atau
enak karena udah lapar.” 😄
Table Manner di Fancy Restaurant
dia merasa kurang nyaman. Tetapi, istrinya yang hari itu ngedandanin
ala-ala turis. Dan, Takeshi gak berani menolak hihihi.
tawaran SPG hehehe), dia berencana makan pizza dan minum beer. Masuklah ke
salah satu resto Italia. Tapi, yang dia masukin ternyata tipe fancy
restaurant.
menjadi canggung. Apalagi dia gak paham yang namanya table manner. Sampai
dia khawatir bakal diusir ma pramusaji karena merasa malu-maluin.
Kebingungan Takeshi ketika pramusaji menyebutkan nama-nama menu yang
datang. Ya, nama makanan Western kan suka panjang-panjang. Udah kayak
semua bahan disebutin hihihi.
lupa nama menunya.”
sih kayak makanan di rumah.”
ngikik. Tetapi, makanan lainnya diulas enak. Apalagi menu utamanya yaitu
spaghetti.
garpu. Menurutnya spaghetti seperti mie. Enaknya dimakan pakai
sumpit.
lah dengan yang namanya table manner. Pokoknya setelah pakai sumpit,
menurutnya rasa spaghetti yang disantap jadi lebih enak.
atau bodo amat, nih? Hehehe
dan kondisi. Jangan merasa pelanggan adalah raja. Tapi, jadi raja yang
seenaknya hihihi. Tetapi, kalau hanya mengganti garpu dengan sumpit,
kayaknya masih termasuk yang bisa ditoleransi, ya. 😁
Blusukan Kulineran
jarang dilalui traveler,” ujar Takeshi
enak. Bahkan seringkali ke jalan-jalan sepi.
untuk resto yang belum ternama kayaknya, ya. Karena kalau udah terkenal,
mau lokasinya nyempil-nyempil pun tetap akan rame.
kulineran. Kan, seneng banget kalau bisa ketemu ma resto yang gak
(terlalu) ramai. Tetapi, punya menu yang enak. Berasa menemukan hidden
gems.
[Silakan baca:
Merchant’s Lane, Kafe Tersembunyi di Chinatown, Kuala Lumpur]
Bernostalgia dengan Kuliner
punya cerita spesial tentang makanan ini. Sering dijajanin kakak kelasnya.
Kemudian makan di belakang gedung sekolah.
gorengan. Tapi, semua harganya mahal, kecuali kroket. Dia pun membeli
kroket sambil mengenang masa lalu.
Takeshi tertarik untuk membeli camilan lain. Tapi, akhirnya dia tetap beli
kroket. Karena hanya kroket yang bisa membuatnya bahagia, terkenang masa
remaja. *Jadi pengen nyanyi … 🎤nostalgia SMA kitaaaa … indah, lucu,
banyak ceritaaaa …
kulineran ma teman-temannya, terutama saat kuliah. Tetapi, hidupnya
menjadi monoton setelah bekerja.
berlari ke stasiun untuk mengejar kereta. Makan siang selalu di tempat dan
menu yang sama. Langsung pulang ke rumah setelah bekerja. Makanya setelah
pensiun dia juga kulineran ke resto atau mencari makanan yang membuatnya
bernostalgia.
Meskipun sekarang udah banyak berubah, tetapi setiap kali ke sini selalu
berasa kayak balik ke masa kecil. Kawasan sekitarnya seperti Menteng
hingga Cikini juga punya rasa berbeda. Karena masa kecil hingga SMP
dihabiskan di sini. Jadi suka berasa bernostalgia.
[Silakan
baca:
Nostalgia Megaria]
Menyikapi Perjalanan Bila Terjadi Drama
terganggu. Misalnya, ada pramusaji yang gak ramah, tamu resto yang
berisik, canggung saat dilihatin banyak tamu resto, dan lain sebagainya.
Pokoknya ada aja kejadian.
gak enakan. Malah cenderung penakut. Makanya series ini dinamakan Samurai
Gourmet.
Samurai muncul. Sebetulnya ini karakter khayalan Takeshi. Dia selalu
berkhayal menjadi samurai yang gak takut siapapun. Sehingga berani menegur
orang lain.
Tetapi, seringnya gagal. Dia tetap aja takut dan akhirnya memilih
menghindari konflik hehehe. Menurut saya poinnya adalah apapun drama yang
terjadi, tetap belum bikin kapok kulineran dan mencoba berbagai hal
baru.
[Silakan baca:
Drama di Kedai Kita, Bogor]
makanannya menarik banget. Saya juga belajar dengan visualnya. Apalagi
Takeshi kan ceritanya gak punya akun medsos. Jadi makanan yang ditampilkan
apa adanya. Gak ditambahin props ini itu. Tapi, tetap terlihat menarik dan
sangat menggiurkan.
kalau untuk muslim tentu harus dipertimbangkan juga. Karena belum tentu
semua yang direview di resto ini bisa dinikmati.
Tetapi, setidaknya saya jadi terinspirasi untuk belajar membuat
ulasan serta ingin juga jalan-jalan ala-ala Samurai Gourmet.
Sahabat KeNai sudah menonton series ini? Wajib ditonton deh kalau
suka dengan tema kuliner.

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.