10 Tips Sukses Mendaki Gunung Saat Berpuasa

10 Tips Sukses Mendaki Gunung Saat Berpuasa



Mung-kinkah mendaki gunung saat ber-puasa? Jawab-nya tentu saja mungkin. Bukankah tidak ada larangan itu. Bukankah kegiatan bergenre petualangan ini tidak termasuk yang membatalkan puasa. Namun untuk melakukannya perlu persiapan yang lebih matang. Nah, biar pendakian gunung saat berpuasa Anda sukses, ikuti saja 10 tips berikut.

Berpuasa saat libur bukan berarti tidak melakukan apa-apa. Bukan berarti diam di rumah, tidur selama mungkin, hanya menunggu azan magrib cepat datang. Itu tak salah memang. Tapi sayang, banyak waktu terbuang. Padahal saat berpuasa pun bisa melakukan bermacam aktivitas kegemaran seperti biasa, termasuk mendaki gunung ataupun aktivitas luar ruang lain yang bernuansa petualangan. Tentu porsi dan caranya berbeda dibanding saat tidak berpuasa.

Butuh persiapan ekstra biar pendakian puasa Anda bukan hanya sukses, pun memberi pengalaman petualangan spritual yang mengesankan. Inilah 10 panduan mendaki gunung saat berpuasa biar sukses dan bermakna.

1. Niat Pondasi Utama
Apapun yang Anda lakukan saat berpuasa termasuk mendaki gunung, niat berpuasa menjadi modal paling ampuh untuk mempertahankan puasa Anda hingga tiba waktunya. Tanamkan niat puasa Anda kuat-kuat di dasar hati, pasti Anda mampu membendung derasnya serbuan godaan, bahkan memberi nilai lebih puasa Anda seberat apapun aktivitas yang Anda lakoni.

2. Adaptasi
Biar tidak kaget sebaiknya beradaptasi dulu sebelum mendaki. Minimal berpuasa beberapa hari dulu atau setelah minggu pertama puasa, baru kemudian mendaki. Saat beradaptasi, sebaiknya diisi dengan olahraga kecil, pagi atau sore hari. Buat yang terbiasa puasa senin-kamis sebelum puasa Ramadhan dan tetap beraktivitas seperti biasa, tentu adaptasinya lebih mudah.

3. Siapkan Stamina & Mental
Mendaki gunung saat berpuasa perlu stamina dan mental lebih, mengingat tantangannya jauh lebih berat dibanding diluar puasa. Persiapkan stamina dan mental Anda seperkasa mungkin agar mampu menghadapi segala rintangan, baik yang datang dari alam, pribadi maupun orang lain.

4 Teman Pendakian Sejiwa
Pilih teman pendakian yang sama-sama berpuasa. Bila tidak, sebaiknya pilih teman yang menurut Anda bisa menghormati dan mendukung Anda berpuasa, bukan justru teman yang menggoda dan melemahkan niat Anda. Tak ada salahnya Anda memberitahu sebelumnya bahwa Anda berpuasa agar teman Anda yang mungkin tidak berpuasa lantaran ‘berhalangan’ bagi perempuan atau memang berbeda keyakinan, bisa memaklumi Anda dan mengikuti cara Anda mendaki. Andai ternyata teman pendakian Anda tidak seperti yang Anda harapan, anggap saja itu godaan iman yang harus Anda lawan.

5. Perlengkapan & Logistik Ringkas
Bawa perlengkapan & logistik pendakian yang ringkas. Anda harus cerdas memilih dan mengemasnya seringkas mungkin agar Anda nyaman membawanya. Pilihan lain, gunakan tenaga porter lokal untuk membantu membawa barang Anda. Perlengkapan shalat jangan lupa dibawa. Begitupun dengan suplemen penguat stamina, sebaiknya diminum setelah berbuka atau sahur. Buah kurma kemasan juga masukkan dalam daftar menu Anda, dan makanlah beberapa butir saat berbuka biar nuansa Ramadhan tetap kental meski di gunung.

6. Pemilihan Rute yang Tepat
Sebaiknya pilih rute pendakian umum yang paling mudah, cepat, dan tentu resmi (baca: legal sesuai aturan pengelolanya dalam hal ini pihak taman nasional). Buang jauh ambisi mendaki di jalur sulit terlebih berekspedisi membuka jalur pendakian baru saat berpuasa, pasalnya jelas membutuhkan tenaga dan waktu yang lebih di banding pendakian biasa. Indahkan aturan tertulis yang berlaku di jalur pendakian yang Anda pilih, termasuk tabu yang berlaku di masyarakat setempat biar lancar.

7. Waktu Pendakian yang Pas
Ada 3 waktu pendakian yang bisa Anda pilih mulai dari basecamp di desa terakhir. Pertama: Bila Anda ingin merasakan berbuka puasa di lereng gunung, sebaiknya mendaki sore hari sekitar pukul 4 sore. Mendakilah dengan santai. Jangan terlalu cepat, jangan pula terlampau lamban. Selingi dengan beberapa kali istirahat sejenak. Menjelang magrib, istirahatlah untuk menyiapkan menu berbuka bersama dan shalat magrib berjamaah. Lalu lanjutkan pendakian hingga puncak. Kedua: Mendaki malam hari setelah teraweh hingga puncak, lalu istirahat atau tidur setelah sahur. Turun dari puncak sore hari. Ketiga: Mendaki setelah sahur dan solat shubuh, lalu istirahat penuh jelang siang hari. Dilanjutkan sore hari jelang magrib atau setelah berbuka dan magriban.

8. Jaga Puasa Anda
Jaga puasa Anda dari hal-hal yang mengurangi apalagi membatalkan puasa Anda saat mendaki, seperti bergunjing dan lainnya. Sebenarnya hal ini bukan cuma saat mendaki gunung saja, pun ketika melakukan aktivitas outdoor apapun dan dimanapun.

9. Bernilai Spritual Plus
Isi kegiatan pendakian puasa Anda dengan hal-hal yang memberi nilai spritual plus. Misalnya kalau mendaki saat berpuasa Ramadhan sebisa mungkin tetap melakukan solat taraweh, apalagi dilakukan dengan berjamaah di gunung tentu jadi pengalaman berkesan. Tak lupa menyempatkan waktu untuk tadarusan, mengaji (membaca Alqur’an), berzikir, dan salawatan saat beristirahat.

10. Abadikan Moment
Mendaki gunung saat berpuasa memang bukanlah hal baru. Tapi tetap menjadi sesuatu yang langka karena jarang orang melakukannya. Mengingat faktor tantangannya yang lebih berat, bisa jadi Anda melakoninya sekali seumur hidup. Untuk itu abadikanlah moment-moment indah pendakian puasa Anda, misalnya saat berbuka ataupun sahur bersama, solat taraweh di gunung dan lainnya dengan kamera foto dan video. Evaluasilah hasil pendakian puasa Anda untuk mengetahui kekurangan dan kelebihannya. Lalu sebarkan pengalaman Anda ke khalayak, agar pendaki lain memperoleh asupan informasi berharga sebagai modal untuk mendaki gunung saat berpuasa seperti yang Anda lakukan.

Mendaki gunung saat berpuasa bukan menjadi pilihan utama. Ini dikhususkan bagi pendaki yang benar-benar siap fisik-mental dan ingin merasakan atmosfir spritual berbeda. Atau kebetulan waktu luang atau libur panjangnya pas puasa Ramadhan.

Prioritas utama, tetaplah berpuasa Ramadhan karena wajib hukumnya bagi muslim/muslimah yang memenuhi syarat. Sementara mendaki gunung cuma urusan dunia, dan itu bukanah hal terpenting. Jadi rasanya keliru bila Anda lebih memilih mendaki gunung dibanding berpuasa wajib. Sejatinya, tetap berpuasa Ramadhan meskipun mendaki gunung ataupun berkegiatan petualangan lainnya.

Bila Anda mau dan benar-benar siap mendaki gunung saat berpuasa Ramadhan dengan mengikuti panduan di atas, silakah. Tapi ingat, jangan coba-coba tanpa persiapan! Bila tak mampu, sudahlah berpuasa seperti biasa atau di rumah dan masjid saja.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)


, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top