kuliner

Itenary Liburan 2 Hari : Sukses Mengunjungi 6 Destinasi Populer Di Jogja

Itenary Liburan di Jogja, photo by perjalananday


Ini review legkap perjalanan liburan saya dan keluarga selama 2 hari. Full dan sukses mngunjungi 5 destinasi yang lagi hits di Jogja. 


Perjalanan dimulai pukul 07.00 wib. Usai sarapan pagi, kami bertolak dari rumah yang beralamat di Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul menuju Kabupaten Gunung Kidul. Jaraknya sekitar 72 km, kira-kira 2 jam perjalanan.


Sama sekali tidak terasa jauh. Sepanjang jalan mata disajikan hamparan sawah yang hijau. Kami melewati perkampungan warga dan area perbukitan. Untuk menghindari macet kami memilih jalur Kecamatan Imogiri. Jalannya cukup sepi. Tidak banyak kendaraan wisata yang lewat.


Weekdays memang waktu liburan yang paling tepat. Kami sengaja memilih hari selasa dan berangkat sepagi mungkin dari rumah. Ini juga bisa jadi tips buat kalian yang ingin liburan di Jogja. 

Usahakan sebelum berangkat chek kondisi kendaraan dan BBM dalam keadaan full. Karena susah sekali menemukan SPBU apalagi saat memasuki kawasan Jalan Imogiri munuju Gunung Kidul.


Jangan lupa bawa cemilan dan persediaan air mineral dari rumah, karena di perjalanan jarang sekali ada alfamart atau indomaret. Warung-warung lokal banyak, hanya saja posisinya terlalu dipinggir jalan sehingga susah untuk parkir mobil. Jadi sebaiknya bawa dari rumah saja. 

Tidak usah khawatir kalau kebelet pipis dijalan, ada banyak mushola, masjid dan rumah-rumah warga yang menyediakan toilet umum. Cukup bayar 2 ribu rupiah saja. 

Pantai Slili 

Pukul 09.30 wib kami tiba di Pantai Slili. Setiap kawasan pantai dijaga oleh masing-masing pos wisata. Setiap orang dikenakan tiket masuk 12 ribu rupiah. Dengan tiket itu kami bisa mengunjungi semua objek wisata yang ada di kawasan tersebut dan dikenakan biaya parkir saja di setiap destinasinya. Ada Pantai Sadranan, Pantai Krakal, Pantai Sundak, Pantai Indrayanti dan lain-lain. Yang jaraknya tidak jauh dari Pantai Slili. 

Di Pantai Slili terdapat barisan gazebo yang menghadap ke pantai. Gazebonya terbuat dari bambu dan beratap jerami yang bisa menampung 4-5 orang dewasa. Biaya sewanya hanya 30 ribu rupiah. Di sekitar pantai terdapat warung-warung lokal yang menjual berbagai jenis minuman. Kami memesan kelapa muda, harga satu kelapanya 15 ribu rupiah. Warung yang menjual menu seafood juga ada. 

Kegiatan yang bisa dilakukan di pantai ini selain mengambil gambar adalah berenang dan bermain pasir. Pantainya cukup bersih dan pasirnya putih. Pantai ini cukup panjang. Di ujung pantai terdapat ikon tulisan “Pantai Slili” Review lengkap Pantai Slili baca disini

De Rocka Beach Bar

Tidak jauh dari Pantai Slili kami melipir ke wisata sebelahnya. De Rocka Beach Bar terletak di Pantai Sadranan. Jaraknya hanya 1,2 km dari Pantai Slili. Saya sudah reservasi satu hari sebelumnya. Kami merencanakan makan siang sambil menikmati keindahan Pantai Sadranan. 

Dari tempat parkir, sudah ada petugas resto yang menyambut kedatangan tamu. Petugasnya akan mengkonfirmasi data reservasi. Setelah itu kami diarahkan menaiki kurang lebih 40 anak tangga, kemudian lanjut menuruni anak tangga lagi yang menuju ke bibir pantai. Sangat tidak rekomendasi bawa orang tua kesini. Ibu saya sampai mengeluh. Akibat kelelahan naik turun tangga.  

Untuk mengunjungi Beach Bar per oranganya dikenakan biaya 100 ribu. Biaya tersebut sudah termasuk table, voucher makan senilai 50 ribu dan free kelapa muda. Menu makanan dan minuman disini harganya rata-rata 50 ribu an ke atas. Jadi untuk makan berempat ditambah pajak, table kira-kira habis sekitar 500 ribu. Untuk 2 porsi burger dan 1 porsi fish chip. Agak mengecewakan sih.


Tadinya mau makan siang disini. Tapi ternyata resto mengalami kendala air. Sehingga menu makanan berat tidak bisa langsung di order, harus menunggu 1 jam kedepan. Informasi dari petugas tidak tahu kapan airnya menyala kembali. Sementara kami semua dalam keadaan lapar. 

Beach Bar ini sepertinya tidak privat. Pembatas tali hanya mengkapling bagian tempat duduknya saja. Agar pengunjung yang bukan tamu De Rocka tidak bisa masuk. Tapi di area pantainya pengunjung lain berseliweran. Review lengkap De Rocka Beach Bar baca disini

Selain berfoto, aktivitas lain di pantai ini bisa snorkeling dan bermain kano. Kalau mau mencoba kegiatan snorkeling dan bermain kano tinggal order ke petugasnya dan dikenakan tarif sewa. 

Suasana pantainya sama saja dengan pantai-pantai tetangga, hanya saja kalau di Slili pakai gazebo beratap jerami, sementara De Rocka tempat duduknya warna biru beratap payung estetik ala-ala bali. 

Usai bersantai dan menikmati pemandangan kami segera meninggalkan De Rocka dan mencari tempat makan diluar yang lebih mengenyangkan tentunya. 

Heha Ocean View

Pukul 15.00. kami tiba di Heha Ocean View. Destinasi ketiga yang kami kunjungi. Kurang lebih satu jam perjalanan dari De Rocka Beach Bar. Kami akan menginap 1 malam disini. Akan melanjutkan destinasi selanjutnya esok hari. 

Saya sudah booking dua minggu sebelumnya. Ada berbagai tipe kamar, harganya bervariasi tergantung jenis keistimewaannya. Kami memesan 2 kamar Heha Cabin dengan harga Rp. 1.300.000 sudah termasuk floating breakfast. 

Fasilitas disini sangat lengkap. Area parkir juga luas dan sangat aman. Setelah tiba saya langsung menuju front office yang lokasinya tepat di depan parkiran. Usai chek ini kami semua menuju kamar masing-masing. Saya dan suami di 2F, adik dan ibu saya di 2E. Kami semua memutuskan untuk istirahat dan bertemu kembali saat makan malam di Cliff Lounge. 

Untuk mengunjungi Cliff Lounge, spot foto dan destinasi lainnya harus menggunakan shuttle bus yang disediakan oleh hotel. Karena jaraknya memang cukup jauh dari kamar. Tapi shuttle busnya bikin jantungan. Jalannya menanjak dan menurun tajam. Sementara Shuttle busnya tidak punya dinding kiri-kanan alias mobil terbuka hanya ada tempat duduk panjang di bagian tengah. Dindingnya diganti dengan plang besi untuk pegangan. Serem! Tapi kita terpaksa naik. Biar bisa sampai ke Cliff Lounge. 

Kami makan malam disini sambil menikmati angin dan suasana malam di pinggir laut. Menu makanan disini rasanya standar untuk harga restaurant. Porsinya juga sedikit. Heha Ocean View memang rekomendasi untuk tempat foto tapi bukan pilihan yang tepat untuk kulineran. 

Keesokan harinya, kami menikmati floating breakfast. Makanannya cukup banyak dan lengkap. Ada beberapa varian minuman. Ada kopi, jus dan water infus. Makanannya juga. ada roti selai, telur, nasi lengkap dengan lauk dan berbagai macam buah potong.


Tapi privat pool nya mengecewakan. Sepetinya tidak dibersihkan secara berkala oleh petugasnya. Banyak sekali potongan-potongan mie instant yang kami temukan di dalam kolam. Mungkin ini sampah yang ditinggalkan oleh tamu sebelumnya. Review lengkap Heha Ocean View baca disini

Setelah sarapan kami mengunjungi semua spot foto yang lokasinya berada di bawah. Itu artinya kami harus naik shuttle bus itu lagi. Tapi tidak apa-apa lagi pula ini hari terakhir kami disini.

Spot fotonya memang cukup banyak, dan setiap spot sudah ada kameramennya. Khusus tamu hotel tidak dikenakan charge. Pengunjung reguler akan dikenakan charge setiap spotnya. Jika ingin berfoto menggunakan jasa fotografernya juga bisa per file nya 5 ribu rupiah. 

Tamu hotel hanya punya waktu sampai pukul 10.00 wib saja untuk menikmati fasilitas spot foto. Kami pun bersiap untuk check out pukul 12.00 wib. 

Puncak Segoro 

Tepat pukul 12.30 wib kami tiba di area parkir Puncak Segoro. Jaraknya dari Heha Ocean View hanya 900 meter. Jalan menuju Puncak Segoro agak membingungkan. Dari halaman parkir Heha Ocean View kami belok kiri sesuai petunjuk dari petugas parkir. Begitu tiba dititik yang dimaksud tidak ada rambu-rambu atau plang destinasi. Jalan yang akan dilewati seperti jalan ke hutan. 

Untungnya ada bapak-bapak yang menghampiri kami. Beliau mengatakan bahwa jalan jelek itu betul jalan menuju Puncak Segoro. Kami pun terus mengikuti jalan kecil itu. Tidak terbayang kalau tiba-tiba mobil kami berpapasan dengan mobil lain. Jalannya kecil hanya bisa dilalui satu mobil dan kiri kanannya semak belukar. Sepanjang jalan ibu saya sampai baca surat yasin. 

Seharusnya ada petugas yang menunggu di bagian pintu masuk dan keluar. Jadi kalau ada mobil masuk, mobil yang akan keluar bisa ditahan dulu. Sayang sekali tempat wisata yang viral ini ternyata akses jalannya kurang baik. Kalau jalannya masih seperti ini, rasanya cukup sekali saja seumur hidup ke tempat ini. 

Begitu sampai di area parkir, petugasnya langsung menagih uang parkir enam ribu rupiah. Kami langsung menuju ke loket tiket. Jadi di Puncak Segoro ini ada dua destinasi. Bawah dan atas. Ke bawah artinya ke cafe yang terletak di pinggir tebing tiket masuknya 50 ribu per orang. Untuk sampai disana hanya bisa manual yaitu menuruni sekitar 70 anak tangga. Sementara ke atas maksudnya, cafe yang berada diatas puncak. Tiket masuknya 75 ribu per orang. Untuk sampai disana bisa naik gondola. Kedua cafe ini sama-sama menyuguhkan view laut.

Kami memilih cafe yang dibawah. Spot fotonya sangat unik, mirip di Nusa Penida. Ibu saya tidak ikut karena tidak sanggup naik turun tangga. Apalagi tempatnya di pinggir tebing,  khawatir tensinya naik. 

Suasana cafenya memang beda. Ada tebing-tebing tinggi disekitarnya. Menu di cafe ini hanya ada cemilan. Soal rasa dan harga standar seperti di cafe-cafe mahasiwa pada umumnya. Ohya dari tiket 50 ribu tadi sudah termasuk voucher makan 30 ribu. Review lengkap Puncak Segoro baca disini

Setelah puas berfoto dan menikmati cemilan di Puncak Segoro kami pun melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya. 

Obelix Sea View

Kurang lebih satu jam perjalanan dari Puncak Segoro ke Obelix Sea View. Jalannya sungguh luar biasa full tanjakan ekstrim. Ibu saya tiba-tiba saja mengalami pusing. Karena jalannya terus menanjak dan berliku tajam. Syukurnya kami tiba dengan selamat. 

Tiket masuk Obelix Sea View 30 ribu per orang, sudah bisa menikmati semua spot foto. Ada beberapa cafe dan resto yang menyuguhkan suasana dan view yang berbeda. 

Suasana paling epik di Obelix Sea View adalah Element Restaurant. Ada kolam renang dengan view laut lepas. Disini setiap tempat duduk ada minimum order. Misalnya spot di depan kolam berenag minum order 300 ribu. Di dalam restaurant dengan design elegan minimum ordernya 500 ribu. Di restaurant ini pengunjung seperti di kelompokkan sesuai kastanya. 

Kalau tujuannya hanya untuk berfoto, lebih baik pilih kursi di sekitar teras resaturant saja karena tidak ada minimum order. Menunya bervariasi ada kopi, jus, makanan berat, cemilan dan lain-lain. 

Setelah puas berfhoto disini, kami lanjut menjelajahi spot dibagian bawah yang tidak kalah indah. Disini juga ada life musiknya. Food corner juga tersedia. Yang paling istimewa ditempat ini adaah sunsetnya. Menimati sunset ditemani life musik ternyata sebuah perpaduan yang indah. 


Beberapa spot dikenakan charge seperti wahana ayunan. Ohya disini juga ada jasa photografer biayanya hanya 5 ribu rupiah per filenya. Review lengkap Obelix Sea View baca disini

Kepiting Bang Ja’i

Tepat pukul 17.00 kami melanjutkan perjalanan menuju tempat kuliner seafod di Bantul 

nama tempatnya Kepiting Bang Ja’i. 

Menu andalan di Kepiting Bang Ja’i adalah berbagai hidangan kepiting yang diolah dengan bumbu khas. Ada kepiting saus padang, kepiting saus tiram, kepiting saus asam manis, dan masih banyak lagi. Selain kepiting juga tersedia berbagai hidangan seafood lainnya seperti udang, cumi, dan ikan.

Kami memesan kepiting giant untuk 4 orang, bubur kepiting, cah kangkung, dan oiyster 1 nampan. Semua makanan disini enak-enak sangat rekomendasi. Ibu saya pun memuji makanan disini. 

Untuk makan berempat total belanja 400 ribuan. Sangat sesuai dengan harga dan porsinya yang banyak. Liburan selanjutnya kami akan kembali ke resto ini lagi.

Kami melanjutkan perjalanan pulang. Pukul 20.00 wib kami tiba di rumah. 


, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top