Umum

Kiat Cerdas Nge-Camp di Gunung saat Pendakian

Nge-camp atau berkemah di gunung saat melakukan pendakian, tengah “memanas” terkait kabar booking lahan camp. Nah, supaya pendakian nge-camp ke depan tak lagi membuahkan “sengketa”, TravelPlus Indonesia menyajikan sederet kiat cerdasnya.

Berdasarkan pengalaman melakukan pendakian sejak era 80-an dan pengamatan secara langsung sampai sekarang, sekurangnya ada enam kiat yang bisa diterapkan pendaki yang ingin melakukan pendakian secara nge-camp (bukan tektok) di era sekarang.
Kiat yang pertama, jadilah pendaki yang cerdas dan punya manfaat. Salah satu indikatornya adalah membekali diri dengan bermacam informasi penting  terkait gunung yang akan didaki sebelum melakukan pendakian, terlebih di jalur pendakian (japen) yang akan digunakan.

Caranya, sebelum melakukan pendakian, sebaiknya menghubungi pengelola gunung tersebut atau pihak base camp japen yang dipilih untuk mendapatkan bermacam informasi akurat.

Cari pula informasi tambahan dari berita atau tulisan terkini yang tersebar di media online ataupun media sosial serta cari informasi dari pendaki yang sudah pernah melakukan pendakian lewat japen gunung tersebut.
Bekal informasi yang harus diketahui terkait pendakian nge-camp antara lain lokasi base camp (BC)-nya; akses menuju BC-nya; harga tiket registrasinya; fasilitas BC-nya (antara lain apakah tersedia rental perlengkapan pendakian untuk menyewa perlengkapan berkemah dan lainnya, warung makan, warung yang menjual bekal logistik, dll); tingkat kesulitan medan/trek japen-nya; jumlah posnya; estimasi waktu dari BC ke setiap pos sampai ke puncaknya; ketersediaan sumber airnya; informasi dimana letak camp area atau pos yang menjadi tempat berkemah sebelum summit attack; dan berapa kapasitas muat tenda di setiap area camp-nya; serta informasi peraturan yang berlaku di japen tersebut baik yang tersurat (resmi) seperti wajib membawa turun sampah logistiknya maupun aturan yang tersirat (seperti larangan tak tertulis dari masyarakat setempat).

Misalnya kalau di japen tersebut dilarang nge-camp di puncak atau di lokasi tertentu karena faktor cuaca dan lainnya, sebaiknya diindahkan demi keselamatan dan kenyamanan Anda.

Terkait informasi dimana letak camp area atau pos yang menjadi tempat nge-camp sebelum summit attack dan berapa kapasitas muat tenda di setiap area camp-nya sebagaimana tersebut di atas, perlu digarisbawahi.
Kenapa? Karena berdasarkan situasi dan kondisi camp area-nya, terbagi sekurangnya 4 jenis atau tipe gunung di Tanah Air.
Tipe yang pertama, gunung yang memiliki camp area yang sangat luas (big camp area) dan menjadi favorit pendaki saat melakukan pendakian nge-camp. Contohnya Gunung Gede yang berada dalam ruang lingkup Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) di Jawa Barat dengan Alun-alun Suryakencana atau biasa disingkat Aa Surken-nya sebagai camp area favorit “sejuta umat”.

Aa Surken sampai berpredikat begitu lantaran ber-panorama indah berupa lembah berbentuk lapangan ber-sabana yang terbagi atas bagian Timur dan Barat, berhias tanaman edelweis serta dilindungi oleh deretan pohon cantigi, melimpah sumber airnya, memiliki luas sekitar 50 hektare hingga berdaya tampung sampai ratusan tenda, dan lokasinya terbilang cukup dekat dengan puncak Gede.

Contoh gunung lain yang juga memiliki camp area utama yang luas sampai mampu menampung ratusan tenda dome adalah Gunung Dempo (Sumsel) di Pelataran-nya, Gunung Prau (Jateng) di puncaknya dan Gunung Semeru dengan Ranu Kumbolo-nya.
Tipe yang kedua, gunung dengan camp area yang berukuran sedang (medium camp area) alias tidak terlalu besar namun berada di beberapa pos, contohnya Gunung Kerinci (Jambi dan Sumbar) di Shelter 1 dan Shelter 2 (hindari nge-camp di Pos 1, 2 , dan pos 3 karena masih kemungkinan dilintasi harimau Sumatra); Gunung Andong (Jateng) di setiap pos dan di puncaknya; Gunung Penanggungan (Jatim) di Puncak Bayangan (setelah Pos 4); Gunung Cikuray (Jabar) di Pos 5, Pos 7, dan area sekitar shelter sebelum puncak serta Gunung Ciremai via Apuy (Jabar) di beberapa posnya antara lain Pos 4 dan Pos 5.

Terakhir atau tipe gunung yang ketiga adalah gunung yang pelit atau miskin camp area (small camp area), artinya luas lokasi berkemahnya sangat terbatas, contohnya antara lain Gunung Salak dan Gunung Burangrang di Jabar serta Gunung Seminung di Lampung.

Pendaki yang cerdas sebagaimana tercantum di poin satu, indikatornya bukan cuma soal itu (pengetahuan serta pemahaman peraturan yang berlaku di gunung tersebut) pun harus menerapkan pendakian yang ramah lingkungan, artinya di setiap camp area dan di sepanjang japen sampai puncaknya, minimal membawa turun sampah logistiknya sendiri, tidak melakukan vandalisme, dan tidak mencemari/mengotori sumber mata air. 
Indikator lainnya di era marak open trip (OT) sejak beberapa tahun belakangan ini, cerdas pula dalam memilih tour operator jika memilih pendakian nge-camp dengan mengikuti OT.
Kiat cerdas berikutnya atau yang kedua, mentaati peraturan yang berlaku di gunung tersebut yang dikeluarkan oleh pihak pengelolanya misalnya dari balai taman nasional ataupun balai konservasi sumber daya alam yang mengelola gunung tersebut.
Jika tidak ada aturan booking area camp, ya sebaiknya jangan melakukan itu. Atau jika ada aturan jangan nge-camp di area tertentu, ya indahkan juga sebagaimana termuat di poin satu.

Kiat ketiga, memilih pendakian di luar akhir pekan artinya pendakian dilakukan di hari kerja atau week day.

Biasanya pendakian nge-camp pada week day, area camp-nya jauh lebih lengang. Jadi tak perlu khawatir kehabisan tempat berkemah di gunung tersebut.
Kalau pendakian dilakukan pada akhir pekan terlebih akhir pekan musim liburan atau long week end dan atau akhir pekan bertepatan dengan libur hari spesial seperti 17 Agustus, dll, kemungkinan besar area camp-nya akan penuh oleh sejumlah tenda karena jumlah pendakinya biasanya membludak terutama di gunung-gunung populer.
Kiat poin ketiga ini sangat tepat diterapkan buat pendaki yang berstatus “pengacara” (pengangguran banyak acara), pendaki yang tidak bekerja kantoran artinya bisa melakukan pendakian saat week day, dan atau mahasiswa yang memang mengambil libur kuliah pada hari biasa.

Langkah Antisipatif 

Kiat cerdas selanjutnya atau yang keempat, melakukan langkah antisipatif kalau melakukan pendakian nge-camp pada akhir pekan terlebih di gunung-gunung populer lantaran area camp-nya kemungkinan penuh.
Langkah antisipatif-nya, sebaiknya melakukan pendakian lebih awal agar kebagian tempat nge-camp. Bisa juga dengan menugaskan pendaki yang berstamina kuat dalam grup ataupun porter gunung untuk membawa tenda dan berangkat lebih dulu lalu memasang tenda di camp area. Namun harus bijak, wajib berbagi tempat dengan pendaki lain. Jangan justru memasang patok larangan nge-camp disini, apalagi sampai mengusir pendaki lain dengan alasan lahan di camp area tersebut sudah di-booking.
Kiat poin keempat tersebut, dapat diterapkan buat pendaki pekerja kantoran yang hanya punya waktu libur Sabtu dan Minggu. Jadi pilihan waktu pendakiannya, cuma di akhir pekan.

Kiat cerdas kelima, kalau ingin melakukan pendakian nge-camp dengan mengikuti OT, pilihlah tour operator (TO)-nya yang bereputasi bagus termasuk bertanggung jawab dalam menyediakan (membawa dan memasang/membongkar tenda yang nyaman) di camp area sesuai ketentuan yang berlaku di japen gunung tersebut.

Usahakan jangan ikut OT dengan jumlah peserta yang terlalu banyak (sampai di atas 20 orang) karena kemungkinan akan lebih ribet, termasuk dalam urusan penyediaan dan penempatan tenda di camp area oleh pelaksananya.
Kiat cerdas pamungkas atau yang keenam, bila tidak mau ribet soal mendapatkan area camp, langkah terakhir ini bisa Anda lakukan yaitu tidak melakukan pendakian nge-camp melainkan pendakian tektok atau tanpa nge-camp namun dengan tetap mengetahui, memahami, dan mengindahkan rules atau peraturan pendakian tektok yang berlaku di japen gunung tersebut.
Demikian 6 kiat cerdas melakukan pendakian nge-camp di gunung versi TravelPlus Indonesia.
Semoga bermanfaat 🙏.
Naskah, foto & video: Adji Jaberio Tropis #adjitravelplus, IG @adjitropis, TikTok @FaktaWisata.id & YouTube @Kelana180

Captions:
1. Penulis (TravelPlus Indonesia) saat melakukan pendakian nge-camp di Gunung Dempo, Sumsel dan berkemah di Pelataran yang sangat luas, sebelum summit attack.
2. Penulis (TravelPlus Indonesia) saat solo hiking ke Gunung Penanggungan di luar akhir pekan, camp area-nya amat lengang
3. Plang camp area di Alun-alun Timur, Aa Surken, Gunung Gede.
4. Sepenggal video plang petunjuk area yang boleh dan tidak boleh untuk nge-camp di Aa Surken, Gunung Gede. Konten video lengkapnya bisa dilihat di kanal YouTube @Kelana180 (Adji TravelPlus).
5. Mendirikan tenda di spot nge-camp pertama di punggungan Gunung Seminung, via Teba Pering, Lampung Barat.
6. Nge-camp di puncak Gunung Andong menunggu sunrise.
7.  Sepenggal video  camp area di Gunung Ciremai, via Apuy, Majalengka, Jabar.
8.  Salah satu camp area di Gunung Cikuray saat diguyur hujan.


, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top