
Andai Michael Jackson, sang legenda pop dunia asal Amerika itu masih hidup, mungkin dia akan terbang ke Bandung, menjadi saksi gemuruhnya musik Angklung for The World, 23 April besok. Bagaimana tidak? Lagu ciptaannya, bersama Lionel Richi “We are The World” bakal menggoyang Stadion Siliwangi Bandung, dan mencatatkan diri menjadi rekor dunia terbaru dengan 20.000 pemain.
“Terus terang, saya juga merinding dengan jumlah pemain angklung sebanyak itu, saya makin penasaran, seperti apa efek suara yang ditimbulkan di show kolosal itu. Saya membayangkan, pasti spektakuler dan memukau! Dan itu akan menjadi bahan perbincangan di arena Peringatan KAA ke-60,” aku Menteri Pariwisata Arief Yahya, yang juga Ketua Side Events Peringatan Konferensi Asia Afrika, mulai 19-24 April itu.
Angka 20.000 itu bukan sembarangan. Angka yang sulit, koordinasinya juga tidak mudah. Tribun lapangan sepak bola akan penuh dengan lautan angklung.
Seperti diketahui, alat musik yang terbuat dari bambu itu sudah terdaftar dan dicatatkan sebagai Warisan Budaya Dunia atau The Intangible Heritage of Humanity, UNESCO, sejak Kamis, 18 November 2010 di Nairobi, Kenya, Afrika. Sudah hampir 15 tahun.
Keberadaan angklung sebagai warisan budaya dan diakui oleh lembaga PBB yang bergerak di bidang Pendidikan dan Kebudayaan itu menyusul setelah keris, wayang, dan batik yang lebih dulu ditetapkan sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia. “Kita harus bangga dengan karya budaya asli itu. Anak-anak muda juga bisa bermain angklung dengan indah,” kata Arief Yahya.
UNESCO menilai, angklung memenuhi kriteria sebagai warisan budaya bukan benda yang diakui dunia internasional. Angklung juga dianggap menjadi bagian penting identitas budaya Jawa Barat dan Banten. Seni musik ini mengandung nilai-nilai dasar kerjasama, saling menghormati dan keharmonisan sosial.
“Karena itu, menampilkan angklung di pentas internasional sebagai side event nya Peringatan KAA sudah pas. Ada kekuatan budaya yang bisa ditampilkan di saat banyak orang asing yang berkunjung ke Bandung,” jelasnya.
Jangan salah, angklung itu sudah sangat popular di pentas dunia. Angklung itu sudah mendunia. Angklung sering dipromosikan dan dibawa oleh delegasi Indonesia dalam berbagai ajang pameran di banyak negara. “Pemecahan rekor dunia ini semakin memperkokoh potensi dan keunikan budaya kita dalam peta pariwisata dunia,” jelasnya.

Sebelumnya, Guinness World of Record pernah mencatat rekor bermain angklung kolosal di Beijing, Tiongkok. Kala itu Kedutaan Besar RI di Beijing bersama Perhimpunan Persahabatan Indonesia Tiongkok (PPIT) mencatatkan 5.393 pemain angklung di Stadion Buruh Beijing.

Bagi, Arief Yahya, di manapun juga, dalam jumlah berapapun juga, pentas musik etnik angklung itu harus diapresiasi. Mereka turut mempopulerkan karya budaya asli Indonesia yang telah lama mengakar kuat.

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.