
Mau merasakan nuansa ala-ala negeri tirai bambu
di Ranah Minang? Coba saja deh jalan-jalan ke perkampungan Tiongkok Kota Padang
yang berlokasi di Jalan Kelenteng, Kelurahan Kampung Pondok, Kecamatan
Padang Barat, Kota Padang, Sumatra Barat.
dengan kehadirian pernak-pernik khas etnik Tiongkok seperti kelenteng, patung
hingga aksara Tiongkok tiap rumahnya. Ditambah lagi bila memasuki hari Imlek,
lampu lampion yang merah merona bergantungan menghiasi jalanan dan bau dupa akan tercium disepanjang jalan ini
hingga atraksi barongsai pun tidak ketinggalan hadiri mewarnai kekahasan daerah
Pondok yang masih termasuk dalam kawasan Kota Tua Padang.
See Hin Kiong Pertama dan Tertua di Kota Padang
![]() |
Klenteng te Padang (1880 | sumber: KITLV) |
Di sini terdapat banyak
bangunan abad ke-19 loh. Nah yang begitu mencolok terlihat dan yang terkenal adalah
Kelenteng See Hin Kiong. Kelenteng ini pertama dan tertua keberaaannya di
Ranah Minang. Dengan lokasi di jalan Kelenteng
No.312, Kelurahan Kampung Pondok, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Sumatra Barat.
untuk menyebut tempat peribadatan dan kegiatan
keagamaan masyarakat Tionghoa dan penganut
ajaran Tridharma yang meliputi Buddha, Tao dan Konghucu.
Nah, isitilah ini hanya dikenal di Indonesia. Nama
kelenteng itu sendiri diambil dari suara yang terdengar
dari genta yang dipukul dan menimbulkan
bunyi klinting, jika gentanya besar, maka bunyi
yang ditimbulkan terdengar seperti kelenteng.
![]() |
Chinese tempel (klenteng) te Padang (1890-1892 | sumber: KITLV) |
Kelenteng See Hin Kiong merupakan keleteng pertama di kota Padang yang berdiri pada tahun 1841. Kelenteng ini didirikan oleh bangsa Hok Hwa yang berasal dari Tiongkok. Kelenteng ini pada awal mulanya bernama Kelenteng Kwan Im Teng yang dibangun oleh pedagang dari marga Tjiang dan Tjoan Tjioe yang menginjakan kakinya di Padang. Dulunya, kelenteng ini bermaterialkan kayu dan beratapkan daun rumbia.
Dalam situs seehinkiong.com diceritakan, pada zaman Raja Ham Hong tahun Sien Yoe sejalan dengan tahun masehi 1861, karena kecerobohan Sae Kong (Pandita) telah terjadi kebakaran yang menghanguskan Kelenteng Kwan Im Teng hingga menjadi abu. Pada mas,a itu ada Lie Goan Hoat yang menjadi Kapten, Lim Sun Mo dan Lie Lien It yang berpangkat letnan bersepakat membangun kembali Kelenteng Kwan Im Teng yang tebakar.
![]() |
Chinese tempel te Padang (1930 | sumber: KITLV) |
Kelenteng tersebut dibangun dengan bantuan dana dari penyewaan los bambu yang dijadikan sebagai pasar. Pada saat ini, pasar tersebut dikenal sebagai Pasar Tanah Kongsi. Pembangunan dimulai pada tahun 1893 hingga selesai tahun 1897.
batu prasasti yang ada di sisi dalam bangunan Kelenteng See Hin Kiong.
![]() |
Kelenteng See Hin Kiong pasca gempa (2012 | Koleksi Pribadi) |
![]() |
Kelenteng See Hin Kiong lama (2016 | Koleksi Pribadi) |
Sayangnya, akibat gempa 30 September 2009 kelenteng ini mengalami banyak kerusakan sehingga tidak lagi digunakan untuk tempat ibadah. Mengingat kelenteng lama merupakan cagar budaya, maka kelenteng lama tersebut akan direnovasi dan dijadikan sebagai museum masyarakat Tionghoa Padang. Kelenteng ini merupaka salah satu cagar budaya dengan nomor inventaris 06/BCB-TB/A/01/2007.
![]() |
Kelenteng See Hin Kiong yang baru (2016 | Koleksi Pribadi) |
![]() |
Altar Kelenteng See Hin Kiong (2015 | Koleksi Pribadi) |
Atas inisiatif Ong Tjie Min dan Lauw Kok Hoei, mereka mengundang 2 arsitektur dari Tiongkok dan satu ketua ahli feng sui se-Asia untuk meninjau lokasi pembangunan kelenteng baru. Peletakan batu pertama dilakukan pada tanggal 30 Juli 2010 atau Imlek Lak Gwek Cap Kauw (bulan 6 hari 19) tahun 2561 bertepatan dengan Shejid Kuan Im Po Sat, pada pukul 09:14 WIB.
![]() |
Masyarakat menjadikan kelenteng See Hin Kiong sebagai tempat wisata dan berfoto (2015 | Koleksi Pribadi) |
![]() |
Lampion di Kelenteng See Hien Kiong (2015 | Koleksi Pribadi) |
Setiap menyambut tahun baru Tiongkok yakni Imlek, suasana di Jalan Kelenteng akan sedikit berbeda dan jauh lebih meriah dari hari biasanya. Pernak pernik dan berbagai macam ornamen akan menghiasi tiap bangunan dan jalanan di sini.
Biasanya menjelang puncak Imlek ada Pawai Sipasan yang melibatkan anak-anak dengan menggunakan pakain khas Tiongkok. Diramaikan juga dengan atraksi Barongsai, Tari Naga (Liong) , Singa Peking, Kuda Api-Api dan arak-arakan Kio (kendaraan leluhur).
Selain itu, ada juga tradisi Sembahyang Tee Soe atau Sembahyang Tinggi (Phoo To) yang diadakan setiap bulan 7 tanggal 15 penggalan Imlek. Tradisi ini sebagai bentuk penghormatan terhadap roh para leluhur.
dalam kehidupan masyarakat keturunan Tiongkok di Kota Padang. Menariknya dibawakan oleh orang yang sudah berumur.
Kesenian ini terdiri atas
instrumen Gambang sebagai instrumen utamanya digabungkan dengan beberapa
instrumen tradisional dari daerah Tiongkok seperti Kecapi, Suling serta beberapa
instrumen akustik lainnya seperti Gitar, Biola, Saxophone, String Bass, Trumpet
dan Clarinet.
Baca: Telusuri Kawasan Tiongkok di Kota Tua Padang Bersama Padang Heritage

Awal mulanya Kopmil ini berupa warung kopi biasa, tapi berkat saran dari pengunjung agar berinovasi dengan milo maka lahirlah Kopmil. Posisi awalnya depan Rumah Duka HBT. Sebenarnya sudah eksis sejak tahun 2002. Namun, untuk Kopmil booming-nya sejak tahun 2011 lalu.
Kopmil yang terkenal di sini adalah Kopmil Om Ping, yang pemiliknya bernama Sufyanto alias Om Ping, dia yang meracik dan menggagas minuman ini. Sebenarnya Om Ping sendiri tidak memberi nama Kopmil melainkan Kopi Milo, namun para mahasiswa yang memberikan nama itu, mungkin karena mereka sering beli dan nongkrong di tempatnya.

Kini hampir tiap kedai penjual minuman di Kota Padang tersedia menu kopmil. Bahkan sudah menyebar ke beberapa daerah di Sumatra Barat lainnya hingga kota-kota besar seperti Pekanbaru, Jakarta dan Bandung. Namun, tetap saja kopmil di Jalan Kelenteng ini selalu ramai diburu, terutama bila akhir pekan atau hari libur besar.

Kopmil mendapat tempat tersendiri di hati masyarakat, terutama bagi kaula muda Kota Padang. Selain karena rasa dan hargannya yang terjangkau, tapi karena menjadi ajang pergaulan. Satu bungkusnya cuma Rp.10 ribu per Juli 2016.
Bagi saya kopmil dan kelenteng memiliki cerita tersendiri. Minum kopmil sembari duduk-duduk manja di depan Kelenteng See Hien Kiong atau di depan Rumah Duka Himpunan Bersatu Teguh (HBT). Biasanya itu lokasi favorit nongkrongnya.
Nongkrong di sini setidaknya, bisa menjadi terapi untuk refreshing. Sambil cuci mata, melihat lalu lalang kendaraan yang melewati Jalan Kelenteng hingga diskusi terbuka dengan topik yang cukup serius bersama anggota komunitas.
Bila lapar bisa juga mencicipi sate, mie rebus, nasi goreng, minas (mie nasi goreng) hingga ada juga lotek. Tenang harganya terjangkau juga kok. Eiits, sekarang ada juga loh kafe baru di kawasan Kelenteng ini, sengaja tidak sebutkan namanya. Hehe
![]() |
Tembok Grafity di Kota Tua Padang (Koleksi Pribadi) |
Biasanya banyak yang memotret Kelenteng See Hien Kiong dan Gapura Rumah Duka HBT atau bila ingin sedikit berjalan
akan bertemu sebuah gang yang penuh dengan karya grafiti dan mural di sisi bangunannya. Saya sebutnya Tembok Bergambar di Kota Tua Padang. Memang Kota Tua Padang itu bisa menjadi referensi tempat berfoto dan selalu memiliki cerita yang menarik untuk dijelajahi.
Artinya, jika pelesiran ke kota Padang tak afdol loh, kalo belum minum kopmil sambil nongkrong ala-ala anak geholnya Padang. Coba deh siapa tau pulangnya dapet gebetan baru. hehehe

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.