![]() |
Lukisan langit kala subuh di Pananjakan Bromo. |
Pukul 3 dini hari, 2 jeep menjemput kami di homestay. Semua siap meskipun dingin merasuk. Dengan baju berlapis, jaket tebal, syal, sarung tangan, dan kaus kaki melekat di badan, kami bersembilan menuju pananjakan pagi-pagi buta. Ternyata di perjalanan, banyak jeep-jeep yang melaju di depan dan di belakang. Ada pula motor-motor ribut berpacu di jalan yang menanjak itu. Semua menuju 1 spot, spot melihat matahari terbit dengan pemandangan yang luar biasa di bawahnya.
Jeep hanya mampu mengantar kami sekitar 1 km dari lokasi tujuan. Sisanya kami harus berjalan kaki menuju pelataran, sebut saja teras Bromo. Aku tidak tahu kami sedang berada di ketinggian berapa mdpl, tapi yang jelas udaranya lebih dingin daripada di kawasan homestay. Yang harus dilakukan adalah bergerak. Kami berjalan dalam gelap. Senter sudah siap sedia. Ada beberapa warung yang kami lewati menjual syal, sarung tangan, kupluk, jaket. Ada pula penyewaan jaket mantel. Meski pagi-pagi buta, jalanan ramai pelancong. Kami harus jalan bergandengan. Kalau terpisah, akan susah mencari orang di tengah keramaian yang gelap seperti itu.
Mulanya jalan beraspal. Lalu kami menaiki anak tangga yang entah berapa jumlahnya dan sampailah di tempat paling padat. Ada sekitar ratusan manusia menumpuk di spot itu. Inilah yang dimaksud dengan Pananjakan Bromo, sebuah teras yang memang sudah disediakan untuk wisatawan yang ingin menikmati matahari terbit. Masih pukul 4 pagi. Langit hitam gelap. Kami mencari spot yang lebih nyaman dengan view point yang dirasa pas.
![]() |
Matahari terbit dengan gagah. |
![]() |
Mentari mulai menebar cahayanya. |
![]() |
Tak hanya manusia, tumbuhan pun berpesta menyambutnya. |
Sekitar pukul 5 kurang, sayup sayup terlihat lukisan oranye di batas cakrawala. Ini semacam atraksi pagi hari. Lalu perlahan guratan-guratan awan terlihat. Kami menunggu hingga cahaya mulai memancar. Lalu terlihatlah pemandangan dengan padang pasir luas di bawah sana, dengan beberapa puncak-puncak Bromo yang mencuat. Kemudian, jauh di sebelah kanan, puncak Semeru berdiri dengan gagah dikelilingi awan tipis. Sungguh mentari yang punya kuasa memperlihatkan pemandangan nyata itu.
![]() |
Teras langit. |
![]() |
Jauh di sana, Semeru berdiri tegap. |
Kini rindu telah terkisah pada lukisan langit pagi itu. Langit dengan luar biasa mengurai kisah itu menjadi asa yang baru. Lalu, semua orang pun bersuka ria memulai harinya. Meski jauh di ujung timur pulau Jawa, kisahku tak akan pernah ada ujungnya, karena puncak-puncak gunung yang mencium langit seakan membisikkan asa yang lain yang terbentuk pagi itu.

![]() |
After sunrise… |
Photos: courtesy of Ipin Upin, Mba Nila, Ageng Wuri

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.