
Sudah tujuh tahun berjalan setelah penetapan Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (WTBOS) sebagai warisan dunia terdapat kisah tersendiri dalam pengelolaanya. Upaya pelestarian terus diupayakan demi menjaga keberlanjutan hasil kebudayaan asal Ranah Minang ini. Namun, terdapat problema tersendiri. Butuh sinergi dan kolaborasi berbagai kalangan.
Perlu diketahui WTBOS ini terdiri dari tiga area yang meliputi kawasan pertambangan batubara beserta infrastruktur pendukungnya di Kota Sawahlunto, sistem transportasi perkeretaapian dan fasilitas pelengkapnya sebagai sarana untuk pengangkutan batu bara di 7 Kabupaten/Kota (Kota Sawahlunto, Kabupaten Solok, dan Kota Solok, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang) dan gudang penyimpanan batubara Silo Gunung di Pelabuhan Teluk Bayur Kota Padang.
Aktivasi WTBOS Sebagai Upaya Pelestarian Warisan Dunia
Dalam pengelolaan warisan budaya memang diperlukan penguatan identitas dan aktivasi. Menariknya WTBOS ini bukan hanya satu kawasan dan objek saja akan tetapi menjadi suatu kesatuan yang tersistem dan membentuk satu ekosistem dalam peradaban hasil kebudayaan. Masalahnya setiap penetapan warisan budaya itu terkadang belum adanya sinergitas dan pemanfaatannya menurut perunandang-undangan yang berlaku.
Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan mengutarkan penetapan warisan budaya dunia ini tentu saja membawa
konsekuensi kerja sungguh-sungguh pelestarian dari
seluruh properti yang menjadi identitas kuat kawasan. Keberadaan WTBOS ini akan mengintegrasikan
potensi wisata budaya dengan potensi alam, budaya
dan kearifan masyarakat di semua jalur yang
dilewati.
Perlu adanya aktivasi dan
penguatan ekosistem budaya WTBOS diharapkan
dapat mendorong semangat dan sinegitas 7
Kabupaten/Kota yang berada di jalur WTBOS
untuk mengoptimalkan warisan ini sebagai modal
penguatan ekosistem budaya dan kesejahteraan
masyarakat sekitarnya.
Direktorat
Pengembangan dan Pemanfaatan
Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan telah
menyusun sebuah rencana strategis dan peta jalan
(road map) penguatan ekosistem WTBOS yang
dimulai dari tahun 2022-2025 sebagai upaya melakukan pelestarian WTBOS.
Pada tahun 2023 dilakukan inventarisasi potensi,
penyusunan narasi dan aktivasi ekosistem budaya
melalui rangkaian perhelatan budaya di 7 Kabupaten/Kota yang dilalui jalur kereta api yaitu Kota Padang,
Kota Padang Panjang, Kabupaten Padang Pariaman,
Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Solok, Kota
Sawahlunto dan Kota Solok. Dengan durasi waktu
kegiatan di 7 Kabupaten/Kota berlangsung bulan
Oktober s.d. Desember 2023.
Aktivasi ekosistem budaya diwujudkan dengan
sebuah kegiatan yang diberi tema Galanggang Arang: Anak Nagari Merayakan Warisan Dunia. Kegiatan ini sarat dengan makna yang memiliki peran sebagai gerakan menghidupkan semangat
menggali berbagai potensi yang terpendam dalam
WTBOS.
Irini Dewi Wanti, Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan mengungkapkan kegiatan Galanggang Arang ini diharapkan dapat menjadi wadah gotong
royong bagi segenap pemangku kepentingan untuk
bersama-sama memelihara, mengembangkan dan
memanfaatkan Warisan Dunia Tambang Batu bara
Ombilin Sawahlunto agar tercipta kesejahteraan
masyarakat dengan pendayagunaan ekonomi dan
program pariwisata serta tata kelola WTBOS yang
berkelanjutan dengan berbasis pada pengetahuan
budaya.
Galanggang Arang, Aktivasi Ekosistem Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto
Penetapan WTBOS sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO di Kota Baku, Azerbaijan pada tanggal 6 Juli 2019 lalu itu menjadi arti penting terhadap
tinggalan tersebut bagi peradaban dunia
khususnya Indonesia. Sumatera Barat patut
berbangga, karena sampai hari ini baru ada
sepuluh warisan dari Indonesia yang ditetapkan
oleh UNESCO sebagai Warisan Dunia.
Lewat penetapan ini, dunia mengakui nilai-nilai
penting keberadaan properti WTBOS dan kontribusinya pada
pembangunan peradaban dunia sejak mulai dibangunnya pada
tahun 1883. Properti WTBOS ini terdiri dari Kawasan Tambang
Batu Bara Ombilin di Sawahlunto (Zona A), Jalur Kereta Api
Ombilin-Emma haven yang melintasi 8 (delapan) Kabupaten/
Kota (Zona B), dan Pelabuhan Emma Haven atau Teluk Bayur
(Zona C).
Pembangunan semua properti WTBOS melibatkan
teknologi state-of-the-art pada masanya, yang membawa
para ahli teknologi, tambang, antropologi dan banyak lagi dari
berbagai belahan Dunia ke Nusantara. Proses pembangunan
tambang bartubara ini juga memungkinkan terjadinya
perpindahan teknologi kepada penduduk Hindia Belanda.
Batubara hasil tambang Ombilin tidak saja menjadi
sumber energi pembangunan di Nusantara, tetapi tentu
juga membawa pemajuan kebudayaan khususnya di
kawasan jalur Kereta Api dan titik perhentiannya. Lebih jauh
lagi Batubara Ombilin yang diekspor dari Pelabuhan Emmahaven juga menjadi sumber energi industri di berbagai
negara pada masanya. Perjalanan Batubara Ombilin yang
mendunia ini menjadi narasi penting keterlibatan Indonesia
dalam revolusi industri 2.0 di Dunia.
Galanggang Arang adalah rangkaian perhelatan budaya,
yang ditujukan untuk menggerakkan ekosistem kebudayaan
di sepanjang kawasan WTBOS. Galanggang Arang dihelat di 8
(delapan) daerah kabupaten dan kota penyangga WTBOS
yang terhubung melalui jalur kereta api, dengan cita-cita
memelihara, memanfaatkan, dan mengembangkan potensi WTBOS.
Nama kegiatan Galanggang Arang disusun oleh dua kata
dari bahasa lokal. Kata “Galanggang” memiliki arti ruang
pertemuan, lapangan atau keramaian, sementara kata
“Arang” adalah sebutan lokal untuk batubara. Sebagai istilah
kata “Galanggang” juga berarti medan perjuangan atau
arena perlombaan, sementara “Arang” juga berarti sumber
panas yang siap digunakan.
Galanggang Arang sebagai gerakan untuk menghidupkan semangat
menggali berbagai potensi yang terpendam dalam Warisan
Budaya Dunia ini, melalui berbagai perayaan budaya
anak nagari, pameran, seminar, musyawarah dan media
seni budaya lainnya yang berbasiskan pada kreativitas. Potensi itu yang utama adalah nilai-nilai universal meliputi
perkembangan kebudayaan, pertukaran nilai antar budaya,
juga persebaran dan pembentukan budaya baru sebagai
bentuk pemuliaan kemanusiaan.
Galanggang Arang diharapkan dapat menjadi
wadah gotong royong bagi segenap pemangku kepentingan
untuk bersama-sama menggali nilai dari Cagar Budaya
(CB) dan Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) yang tersebar
di sepanjang Kawasan Warisan Dunia ini.
Tujuan akhir
Galanggang Arang, agar berbagai nilai itu dapat disebar
luaskan kepada masyarakat dan dunia, serta dimanfaatkan
sebagai sumber pengetahuan, teknologi dan ekspresi seni
dan budaya, bagi terwujudnya ketahanan budaya dan
kesejahteraan masyarakat.
Menggali batu bara ada batasnya, menggali budaya bertambah kaya – Hilmar Farid Direktur Jenderal Kebudayaan, ————————————————————————————————————————————————————

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.