
Itulah yang terjadi pada Malam Penganugerahan Pemenang Lomba Cipta Batik Nusantara 2014 yang baru saja selesai digelar dengan sukses oleh Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman, Ditjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) di Taman Budaya Jawa Tengah, Solo, Kamis malam (2/10).
Para nenek dan kakek itulah yang membuat tamu undangan dan warga yang menyaksikan pagelaran itu jadi terhibur. Aksi mereka tak kalah menawan dibanding peragawati dan peragawan sungguhan. Merekalah yang sebenarnya membuat fashion show tersebut bukan hanya beda, pun memikat.
Direktur Pembinaan Kesenian dan Perfilman, Ditjen Kebudayaan, Kemdikbud Endang Caturwati dalam kata sambutannya mengatakan simbah-simbah ini dilibatkan dalam fashion show batik ini bukan tanpa sebab. “Mereka adalah para pembela batik sejati. Sejak kecil hingga renta seperti sekarang ini, tiada hari tanpa batik buat mereka,” jelasnya.
Lihat saja Mbah Tarso dan Mbah Sumarmo, keduanya senantiasa berbatik sekalipun tidak ada acara resmi, tidak ada kondangan, dan lainnya.
Begitupun dengan Mbah Sarsi, Mbah Kerto, dan Mbah Darso yang sejak kecil tak penah mau lepas sehari pun dari kain batik. Bahkan ketika tidur pun mereka berselimutkan batik.

Lain lagi dengan Mbah Mento, kakek satu ini sejak muda kerap mengenakan ikat batik di kepalanya. Mbah Mento boleh dibilang menjadi bintang catwalk malam itu.
Dengan mengenakan pakaian serba hitam dan ikat batik di kepala, dia menampilkan gaya tarian yang sepintas seperti pencak silat. Amat energik.
Menurut Kasubdit Pembinaan Seni Rupa Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman Pustananto, fashion show kolaborasi peragawati dan peragawan profesional dengan mbah-mbah pembela batik yang menampilkan karya para nominator Lomba Cipta Seni Batik Nusantara 2014 ini dimaksudkan agar generasi muda Indonesia mencintai batik yang merupakan warisan karya budaya nenek moyangnya.
Sebelum pagelaran busana batik yang membuat sejumlah penonton tertawa geli itu berlangsung, ada suguhan Tari 1001 Batik karya koreografer internasional Mugiyono Kasido.
Mugiyono dan putranya sendiri ikut menari. Mugi mewakili tokoh Kakrasana dewasa dan putranya sebagai Kakrasana muda yang senantiasa menciptakan kreativitas dengan memanfaatkan batik sebagai salah satu medium berkarya.
Suguhan Tari 101 batik, fashion show batik, dan wayang kulit purwa tersebut menjadi salah satu keistimewaan Lomba Cipta Seni Batik Nusantara ketiga ini.

Sebenarnya masih ada beberapa keistimewaan lain berdasarkan pengamatan Travelplusindonesia, yakni presentasi karya nominator, pameran hasil karya peserta, kunjungan ke sentra batik dan Museum Manusia Purba Sangiran, serta workshop membatik bersama.
Penilaian itu bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kualitas hasil karya masing-masing pasangan, apakah sesuai dengan tema yang diusung “Mozaik Nusantara” dan apakah terjadi kolaborasi dalam hal ini transfer pengetahunan membatik dan ide antara perajin/seniman dengan pelajar dan sebaliknya.

Begitupun dengan pameran kaya peserta Lomba Cipta Seni Batik Nusantara 2014 di ruang Seni Rupa Taman Budaya Jawa Tengah menjadi wadah publikasi seluruh karya peserta yang terpilih.
Dirjen Kebudayaan, Kemdikbud Kacung Marijan menilai karya batik interior dan fashion yang ditampilkan dalam pameran ini sangat berkualitas. “Ini membuktikan lomba ini berhasil melahirkan karya-karya seni batik yang lebih segar, bagus, dan bernilai. Karena itu patut dilanjutkan dan ditingkatkan lagi kedepan,” imbaunya.
Secara keseluruhan, kendati penyelenggaraan Lomba Cipta Seni Baik Nusantara 2014 ini dikelola sendiri atau swa kelola, artinya tidak menggunakan jasa Event Organizer (EO) dari pusat sebagaimana 2 penyelenggaraan sebelumnya, namun ternyata hasilnya jauh lebih baik dan sukses.

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.