

1. Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat



2. Pasar Beringharjo
Lokasi Pasar Beringharjo tidak terlalu jauh dari Keraton Yogyakarta. Jadi kami naik shuttle bus dari gerbang keraton ke arah Bank Indonesia, lalu berjalan kaki ke area pasar. Di pasar ini, rombongan media dan influencer berpisah untuk berbelanja dengan tenggat waktu lebih kurang 2 jam. Aku dan Kak Awie menemani beberapa teman kami dari Singapura dan Malaysia, sebut saja namanya Meranjovfi, Ashraf, dan Hyrul. Karena orang lokalnya cuma aku dan Kak Awie, entah kenapa aku menjadi personal guide teman-teman dari negeri jiran ini untuk berbelanja di pasar. Ada yang mencari batik, kain tenun, pakaian batik, baju kaus khas Jogja, dan lain-lain. Aku yang tidak berniat belanja, jadi ikut-ikutan mengubek-ubek kain batik yang beragam motifnya. Pasar Beringharjo memang surga belanja oleh-oleh Yogyakarta. Asal tawar-menawarnya pintar, kamu bisa dapat harga murah di pasar ini.


Seperti satu teman kami, Ashraf dari Malaysia. Dia sudah meniatkan belanja titipan keluarganya. Ini juga kali pertama iya datang ke Jogja. Dia akhirnya memborong total 9 item pakaian batik, baik celana, kemeja, maupun baju kaus. Total uang yang ia keluarkan senilai Rp350.000. Ternyata tanpa aku bantu pun, dia sudah punya bakat tawar-menawar. Aku hanya memancing sekali untuk membantunya belanja, setelahnya ia tawar-menawar sendiri. Yang penting di Beringharjo adalah trik menawar harga semurah mungkin karena mumpung di Jogja, belanja batik adalah sebuah keharusan. Apalagi bagi yang datang jauh-jauh dari luar negeri.
Tak terasa 2 jam waktu di Beringharjo untuk berbelanja sudah habis. Sepertinya waktu segitu sangat kurang. Bahkan aku dan teman-teman belum sempat menjajal lantai dua dari pasar ini. Jadi lantai dasar merupakan pusat kain-kainan batik, sementara lantai 2 lebih banyak menjual souvenir dan kerajinan tangan. Nah, aku sangat menyesal belum sempat mengajak teman-teman baru ini melihat-lihat souvenir unik buatan tangan warga Jogja. Mungkin di lain kesempatan, ya.
3. Tugu Pal Putih (Wayang Jogja Night Carnival 2019)
Kalau ingin melihat rupa pesta hari jadi Kota Yogyakarta, pastikan kamu datang pada awal Oktober, ya. Event Wayang Jogja Night Carnival jadi event tahunan kota ini setiap tanggal 7 Oktober yang berlokasi di Tugu Pal Putih. Aku merasa terhormat menjadi undangan dalam perayaan HUT Jogja yang ke-263 tahun ini. Sesemarak apa event-nya? Setelah beberapa kali wara-wiri melihat carnival, aku bisa bilang kalau Wayang Night Carnival 2019 ini adalah yang terbaik.
Dengan lighting yang sangat memadai, berlokasi tepat di persimpangan Tugu Pal Putih Jogja, setting bangku penonton VIP tertata rapi, kemeriahan Wayang Night Carnival 2019 sungguh menarik perhatian. Aku dapat bocoran bahwa ada sekitar 60.000 orang yang mengerumuni jalanan sepanjang carnival. Bersyukur sekali aku bisa duduk manis tepat di sisi panggung.
Kapi-Kapi adalah cerita tentang pasukan kera dari kisah Ramayana versi Jogja. Kapi-Kapi membantu Hanoman saat melawan pasukan raksasa di Kerajaan Alengka. Pada Wayang Night Carnival ini, ada 14 karakter kera berwujud jenis binatang lain, mulai dari burung, harimau, singa, ikan, kelinci, dan sebagainya. Aku melihat kreasi hiasan wayang yang dibuat oleh perwakilan 14 kecamatan yang ada di Yogyakarta. Ada berbagai atraksi, tarian, nyanyian, hingga komposisi yang luar biasa menarik sesuai karakter wayang yang mereka bawakan. Aku sangat menikmati paradenya malam itu. Begitu juga dengan teman-teman mancanegaraku. Melihat ulah kera dalam berbagai wujud tentu mengandung unsur jenaka. Pada dasarnya cerita tentang Hanoman memang tak pernah membosankan karena tingkah jenakanya.



Meski teman-temanku tidak paham makna dari cerita wayang, terlihat sekali mereka menikmati suguhan parade sebagai wujud karya kebudayaan masyarakat Jogja. Mereka sangat mengapresiasi itu. Mulanya mereka membayangkan pertunjukan wayang tradisional yang menggunakan bayangan dan layar putih. Aku mengatakan bahwa di event ini semua dikemas lebih modern dan lebih megah lagi. Orang-orang akan tampil membawakan karakter wayangnya sendiri lalu dipertunjukkan dengan kreasi masing-masing. Dan, benar saja teman-teman baruku ini terpukau. Ternyata konsep pertunjukan wayang itu bisa sangat variatif. Aku senang dapat sedikit menjelaskan kisah wayang Ramayana versi Jawa pada mereka yang pada dasarnya garis besar ceritanya pun sudah diketahui banyak orang karena berasal dari India.
4. Kotagede
Memasuki Kotagede, nuansa klasik Jawa langsung terasa. Aku melewati beberapa rumah dengan gaya arsitektur tradisional Jawa, sebuah langgar tua, bangunan perpaduan arsitektur Eropa dan Jawa, hingga sebuah masjid tua. Kata orang, ada banyak pintu di dalam gang-gang sempit yang bisa dijadikan lokasi foto menarik. Perjalanan kami di Kotagede tertumbuk pada sebuah gapura bata yang tinggi mirip candi Hindu. Begitu masuk ke dalam, ada sebuah masjid tua dengan atap berbentuk joglo. Rupanya ini adalah Masjid Gedhe Mataram atau Masjid Agung Kotagede yang menjadi salah satu masjid yang dibangun pada masa Kerajaan Mataram Islam. Tepat di sebelah masjid, kita bisa berziarah ke makam raja-raja Mataram Islam.



Bagi yang ingin berziarah, ada syarat yang harus dipenuhi pengunjung. Kita diwajibkan untuk mengenakan pakaian tradisional Jawa peranakan, seperti pakaian yang dipakai abdi dalem keraton. Aku mengenakan kemben dari kain lurik dan kain batik sebagai bawahannya. Meski sudah berpakaian ala gadis Jawa, aku yang berhijab tetap tidak boleh masuk ke kawasan makam dengan alasan pakaiannya tidak boleh tertutup. Peraturan ini cukup mengikat dan tidak dapat dinegosiasi.
Namun, aku bisa mengambil sisi positifnya. Buat teman-teman yang berhijab, kamu masih bisa menyewa pakaian tradisional Jawa seperti yang aku kenakan seharga Rp15.000. Jangan lupa bawa manset dan hijab berwarna kalem. Setelah itu kamu bisa puas berfoto di sekitar makam dan lingkungan masjid. Tembok-tembok bata merah dan gapuranya sungguh cantik jadi latar foto. Beginilah sisa kejayaan Kerajaan Mataram Islam yang menjadi cikal bakal Keraton Ngayogyakarta kini. Berfoto dengan pakaian tradisionalnya sungguh membuat nuansa fotomu syahdu.
5. Candi Borobudur
Awalnya aku bertanya-tanya, mengapa Candi Borobudur masuk ke dalam itinerary Jogja Famtrip 2019. Namun, jika kamu traveling bersama teman-teman dari negara lain, kamu harus benar-benar mengenalkan pucuk-pucuk hasil kebudayaan yang telah dikenal dunia. Salah satunya ya Candi Borobudur yang masuk dalam daftar UNESCO Heritage Site sejak tahun 1991. Tentu, bagi yang baru pertama kali ke Jogja, teman-temanku sangat ingin melihat kemegahan candi Buddha terbesar di dunia ini. Secara lokasi, Candi Borobudur ini sudah bagian dari wisata Magelang, Jawa Tengah. Namun, secara akses, berkunjung ke Candi Borobudur selalu masuk ke dalam bagian trip Jogja karena lebih dekat jika kamu berangkat dari Kota Jogja. Karena itu pula Candi Borobudur menjadi pilihan wisata candi di Jogja Famtrip 2019 ini.


Namun, jangan khawatir, panas memang menyengat, aku dihibur oleh angin sore lembut yang bertiup ke sekeliling candi. Meski sudah pernah ke candi ini sebelumnya, tetap saja saat mengunjungi situs peninggalan dunia ini, aku selalu membawa pulang pengalaman baru. Kenapa? Menjelang sore, suasana candi yang dibangun sejak abad ke-800 Masehi ini makin asyik. Matahari perlahan turun dan berwarna oranye. Wah, tampaknya golden hour di Candi Borobudur selalu menarik, ya. Warna keemasan dari bias matahari sore menjadikan candi yang dibangun kembali pada masa Gubernur Jenderal Inggris Thomas Stamford Raffles ini semakin eksotik.

Karena weekdays, aku merasa punya privilege saat berkeliling candi, melihat stupa, arca, mengamati relief batu-batunya, berfoto di sela-sela bangunan dari batu vulkanik itu. Candi Borobudur sangat sepi hari itu. Rupanya semakin sepi, semakin syahdu nuansanya. Aku lega dapat menikmati Candi Borobudur tanpa harus bersilangan jalan dengan banyak orang. Berfoto pun bisa puas sekali.
6. Istana Air Taman Sari
Istana Air Taman Sari juga salah satu destinasi wajib jika ingin mengenal Jogja lebih dekat. Sebenarnya destinasi populer di Jogja ini tidak ada dalam itinerary Jogja Famtrip kami. Namun, saat kami punya extra time untuk stay di Jogja, aku lebih memilih menemani teman-teman Malaysia-ku ke Istana Air Taman Sari. Padahal sebelumnya aku ingin ke Studio Gamplong Jogja yang jadi lokasi film Bumi Manusia. Katanya studio itu jadi terlihat cantik dengan nuansa Jawa tahun 1920-an. Tapi karena lokasinya agak jauh dari pusat kota dan rasanya lebih menarik untuk mengenalkan wisata heritage lainnya di Jogja kepada teman-teman se-ASEAN ini, Istana Taman Sari adalah tempat yang tepat. Kala itu, aku benar-benar menjadi personal guide mereka karena aku sendiri sudah kali ketiga mengunjungi istana dengan tembok pastel itu.
Tips berkunjung ke Istana Taman Sari adalah datang sebelum pukul 9 pagi, antre di loket sampai loket buka. Setelah itu berhamburanlah di sekeliling istana. Saking populernya tempat ini, Istana Taman Sari sudah dikerumuni orang bahkan sebelum gerbangnya dibuka, tidak peduli weekdays atau pun weekend. Setiap hari selalu ramai wisatawan.



Istana Taman Sari ini dulu adalah kebun istana Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Jadi, meski lokasinya agak jauh dari istana Keraton, Istana Taman Sari masih termasuk kawasan istana zaman dulu. Kebayang kan betapa luasnya istana Keraton Yogyakarta. Sultan Hamengkubuwono I membangun kebun istana ini pada tahun 1758. Sudah tua sekali ya. Luasnya bahkan lebih dari 10 hektare. Dulu lokasinya membentang dari kompleks Kedhaton hingga kompleks Magangan. Namun, karena peradaban berkembang, penduduk semakin banyak, bangunan pun sudah seringkali diserang pada masa perang, bangunan Taman Sari yang dapat kita nikmati saat ini ya hanya bagian kecilnya.
Lihat, kan, bagaimana Jogja membuat semua orang jatuh cinta? Seorang temanku, Meran dari Malaysia, memberikan satu testimoninya tentang Jogja yang baru pertama kali ia kunjungi. Dia berkata, “Jogja itu berbeda dengan Jakarta dan Bandung. Jika Jakarta merupakan kota urban, Jogja lebih tradisional dan artsy. Berada di Jogja seperti berada di dimensi berbeda.” Kata yang lain, setiap sudut Jogja itu photogenic karena ada perpaduan sentuhan seni, craft, dan nilai tradisionalnya yang membuat semua tampak manis. Siapa yang setuju?

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.