daerah Priangan, Jawa Barat. Kopi ini dikenal sebagai primadona dari tanah
Priangan karena memiliki citarasa yang khas.
Kopi Gunung Puntang tumbuh di ketinggian antara 1.200 hingga 1.600 mdpl,
di lereng Gunung Puntang yang terkenal dengan udaranya yang sejuk dan
tanahnya yang subur. Proses penanaman kopi ini dilakukan dengan cara
tradisional, mulai dari pemilihan bibit yang berkualitas, penanaman,
hingga perawatan yang ekstra teliti.
Hasilnya, kopi Gunung
Puntang memiliki aroma yang khas. Selain itu, kopi ini juga memiliki rasa
yang lembut di lidah, dengan kadar asam yang seimbang dan sedikit rasa
buah-buahan yang menyegarkan.
Tak heran jika kopi Gunung
Puntang menjadi primadona di tanah Priangan dan menjadi salah satu kopi
terbaik di Indonesia. Bagi pecinta kopi, mencoba kopi Gunung Puntang
adalah pengalaman yang tak boleh dilewatkan.
Obrolan ala Kedai Kopi Puntang
Setahun lalu, saat kami pulang dari nyekar dari makam mamah mertua, suami
mengajak mampir ke Kedai Kopi Puntang. Kedai ini milik temannya. Lokasinya
gak terlalu jauh dari makam.
berdua langsung ngobrol akrab. Berbagai macam obrolannya. Obrolan ala
warung kopi. Kebanyakan tentang Wanadri, termasuk bernostalgia saat mereka
mengikuti pendidikan dasar. Suami saya dan temannya ini satu angkatan. [Silakan baca:
Pendidikan Dasar Wanadri 2014]
Kopi Gunung Puntang dan Sejarahnya
Ngobrolin juga tentang kopi puntang. Dari mulai potensi, pengolahan, hingga
rasanya. Saya sesekali ikut nimbrung obrolan. Sayangnya gak langsung saya
tulis. Jadi hanya beberapa poin aja yang masih diingat.
Untuk pertama kalinya saya tau tentang kopi gunung puntang. Bahkan kalau
ditanya tentang kopi, saya langsung teringat dengan kopi Lampung, Toraja,
Wamena,
Bengkulu, atau Aceh Gayo. Semua yang saya tau tidak ada yang dari pulau Jawa.
Padahal pada bulan April 2016, kopi Puntang pernah menjadi juara di
Specialty Coffee Association of American Expo, USA. Keberhasilan ini semakin membuat Indonesia menjadi salah satu negara
penghasil kopi terbaik di dunia.
Kalau membaca di beberapa artikel, perkebunan kopi di tanah priangan memang
punya sejarah panjang. Sebelum perkebunan kopi ada di berbagai pelosok di
Indonesia, daerah Jawa Barat termasuk yang pertana memiliki perkebunan kopi.
Bibitnya didatangkan dari Belanda dan melakukan sistem tanam paksa.
Penanaman ini berhasil. Java Preanger menjadi kopi terbaik dan sangat
terkenal di Eropa pada masanya. Bahkan masyarakat Eropa menyebut ‘A Cup of
Java’ ketika sedang menikmati secangkir kopi.
Tetapi, berbagai permasalahan pun timbul. Termasuk serangan hama karat
daun. Sehinggan menghancurkan banyak perkebunan kopi dan membuat mati suri.
Makanya cukup lama kopi asal Jawa Barat tidak terdengar. Tetapi, beberapa
tahun terakhir ini sedang coba dibangkitkan kembali. Karena kopi asal tanah
Priangan memang menyimpan banyak potensi.
[Silakan baca:
Kong Djie Coffee, BSD – Tentang Es Kopi Susu dan Mie Ayam Khas
Belitung]
Rasa Fruity Pada Kopi Gunung Puntang
Black coffee (suami), kopi susu (saya), dan es jeruk (Nai)
Ketika melihat daftar menu, saya merasa nama-nama kopinya cukup unik.
Bahkan agak asing. Selama ini saya taunya kopi hitam dan kopi susu. Kalau
mau kekinian, biasanya di cafe-cafe ada cappucino, latte, dll.
Tetapi, ini ada wine, natural, dan honey. Duh! Bikin saya bingung jadinya
hehehe. Akhirnya, saya pasrah aja, deh. Minta tolong dipilihin.
Saya pun dibikinin kopi susu Arabika Honey. Katanya untuk pertama kali
cobain kopi Gunung Puntang, rasa ini paling mudah diterima. Suami juga pesan
jenis kopi yang sama. Tetapi, dia pilih kopi hitam.
Ketika kopinya datang, saya menghirup aromanya. Malah langsung tercium aroma
madu. Bukan aroma kopi yang selama ini saya kenal.
Apa ini kopinya pakai madu? Kemanisan dong nanti karena udah dikasih susu
kental manis. Kira-kira saya bakal suka gak, ya?
Saya jadi merasa agak ruwet ketika menghirup aromanya. Karena saya gak
begitu suka madu hehehe. Saya mulai menikmati sedikit. Rasa kopinya enak.
Pahitnya kopi, sedikit manis dari skm, dan aroma madu memang bercampur.
Kopi hitam pilihan suami pun sama. Aroma madunya tercium. Tetapi, rasa
kopinya tetap pahit karena gak dikasih pemanis sedikit pun.
Ternyata, kopinya gak dicampur dengan madu sama sekali. Itulah uniknya
kopi gunung puntang. Proses pengolahan memang bisa mempengaruhi rasa.
Katanya sih berbagai rasa kopinya memang lebih fruity dibandingkan
kopi-kopi lain di Indonesia. Tetapi, juga harus sangat berhati-hati ketika
mengolah. Karena memang prosesnya mempengaruhi keberhasilan aroma dan
citarasa kopi.
Jadi kalau Sahabat KeNai melihat menu Arabica
Wine pada kopi puntang, jangan langsung berpikir dicampur dengan minuman
keras, ya. Tetapi, prosesnya yang membuat kopi ini memiliki citarasa dan
aroma seperti wine.
[Silakan baca:
Gak Ngopi di Kedai Kopi 170, Bandung]
Tentang Kedai Kopi Puntang
Kedai Kopi Puntang, nama warkop milik teman suami saya. Meskipun gak
terlalu jauh dari lokasi makam keluarga, tetapi karena Google Maps pun
jadi andalan. Maklum baru pertama kali ke kedai ini. Males banget kalau
sampai salah jalan dan harus muter lagi. Karena jalannya banyak yang
searah.
Lokasinya berada di persimpangan jalan. Tugu strawberry menjadi patokan.
Kedainya terlihat sederhana dan gak luas. Parkiran mobil nyaris gak ada.
Suasana temaram di dalam kedai menyambut kami. Kedai kopinya terlihat
bersih. Terlihat satu pelanggan sedang menikmati secangkir kopi saat kami
tiba di sana. Ada juga yang sedang memilah-milah biji kopi.
Tidak ada pendingin ruangan di sini. Tetapi, kami gak merasa gerah. Mungkin
karena sekelilingnya banyak jendela yang terbuka.
WiFi lumayan kenceng juga. Nai jadi anteng selama ayahnya ngobrol dengan
temannya. Colokan juga ada di lumayan banyak. Kalau Sahabat KeNai mau
internetan buat ngerjain tugas di sini kayaknya gak perlu khawatir low bat
selama bawa charger.
Saat kami ke sana, kedai kopinya belum lama beroperasi. Makanan yang
ditawarkan pun belum tersedia. Kata teman suami saya, dia kerjasama ma
adiknya. Nah yang jual makanan tuh adiknya. Tetapi, saat ini masih kerja
kantoran, jadinya belum full urusin makanan.
Kami juga ditawarkan untuk cobain Cascara. Memang tidak ada di menu. Jadi
saya gak tau apakah dijual atau enggak di Kedai Kopi Puntang.
Kopi itu aslinya berbentuk buah, bukan sekadar biji. Nah bagian terluarnya
disebut ceri kopi. Kemudian dengan mealui proses penjemuran, kulit kopi ini
akan menghitam dan mengelupas. Inilah yang disebut cascara.
Cascara ini teh dari ceri kopi. Nah lho, jadinya mau teh atau kopi? Hehehe
Memang jadinya agak rancu, ya. Cascara memang asalnya dari kulit kopi.
Tetapi, ketika diseduh sudah gak ada rasa khas kopi sama sekali. Kadar
kafeinnya pun sangat rendah. Warnanya juga bening. Lebih mirip teh atau
malah beningnya kayak jeniper (jeruk nipis peras). Makanya mungkin itulah
kenapa cascara disebut teh.
Cara membuatnya juga mudah. Cukup diseduh dengan air panas dan diberi
sedikit gula batu. Tunggu sebentar sampai hangat dan siap dinikmati.
Saya tidak tau apakah semua cascara akan memiliki rasa yang sama. Cascara
yang kami coba ini, aromanya buah-buahan banget. Agak sulit saya
mendefinisikan seperti buah apa. Tetapi, memang beraroma manis seperti buah.
Sebelum pulang, kami dikasih seplastik cascara. Suami sempat menyeduh di
rumah dan diberikan ke keluarga besar. Kalau gak dikasih tau, gak ada
satupun yang tau kalau ini asalnya dari kulit kopi. Karena memang udah gak
ada aroma dan rasa kopinya sama sekali. Lebih mirip kayak minuman teh rasa
buah.
Cascara lebih enak lagi diminum saat dingin. Makanya saya suka membuatnya
dalam botol berukuran besar dan disimpan di dalam kulkas. Enak banget deh di
siang yang terik minum cascara.
Sahabat KeNai tertarik mencoba kopi gunung puntang atau cascara asal
tanah Priangan ini? Salah satunya bisa cobain di Kedai Kopi Puntang.
[Silakan baca:
Ngopi di Cofi]
Kedai Kopi Puntang
Jl. Wr. Lobak, Cingcin
Soreang, Bandung
Jawa
Barat 40921
, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.