
Perjalanan kemudian berlanjut memasuki kawasan hutan jati. Jika masih musim penghujan seperti sekarang, nuansa hutan jati terlihat rindang dengan dominasi daun-daun berwarna kehijauan. Jika memasuki musim kemarau suasananya akan lebih kontras lagi dibandingkan musim penghujan. Yang membedakan suasana dulu dan sekarang adalah jalan aspal yang terasa semakin remuk karena lalu-lalang kendaraan yang semakin bertambah jumlahnya. Iya, Papuma kini sudah sangat terkenal di kalangan wisatawan, maka tak heran jika jumlah kunjungan wisatawan kini semakin bertambah. Ada hal lucu ketika kami memasuki pos retribusi. Tiba-tiba petugas meminta retribusi tiket masuk sebesar Rp 70.000,00 untuk dua orang plus mobil. Sontak saya kaget karena di plang informasi tertulis harga tiket masuk untuk wisatawan hanya sebesar Rp 17.500,00 per-orang di hari libur dan retribusi kendaraan roda empat sebesar Rp 5.000,00. Jika ditotal saya berdua dengan kawan harusnya hanya membayar sebesar Rp 40.000,00. Saya memberikan selembar uang “merah” kepada petugas dan diberi kembalian sebesar Rp 60.000,00, tepat seperti jumlah yang saya perkirakan. Ah, mungkin saja petugas tersebut mengira kami berdua adalah bule alias wisatawan asing yang akan berkunjung ke Papuma kali ya, karena kami berdua menggunakan jasa taksi untuk mengantar kami ke sini.

Ujian untuk tiba di Papuma adalah jalur tanjakan setelah pos retribusi. Saya baru menyangka jika tanjakan yang harus dilewati sangat terasa curam, padahal dahulu ketika dibonceng dengan ojek saya merasa biasa saja. Namun kali ini saya benar-benar mengamati bagaimana medan jalannya. Curam dan berkelok, namun kondisi jalannya sudah jauh lebih baik daripada tahun 2012 dulu, di mana saya pertama kali menginjakkan kaki di Tanjung Papuma. Usai tiba di Papuma, kami pun segera menuju bagian penginapan yang dikelola Perhutani untuk memesan kamar. Syukurlah, masih ada kamar kosong yang dapat kami gunakan, walaupun harga yang ditawarkan boleh dibilang kurang ramah dengan isi kantong kami. Tak apalah, kami memang sudah berniat untuk menginap di sini, menghabiskan senja dan menanti pagi keesokan harinya di Papuma. Tak ada waktu lagi untuk berleha-leha, usai membereskan barang dan berganti pakaian, kami pun segera menuju ke Siti Hinggil untuk menantikan matahari tenggelam. Ah, Papuma, akhirnya kutepati janjiku untuk kembali lagi kemari !

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.