![]() |
Tengkorak oppung borunya bapak. Gokil, dikubur pakai kacamata. |
Mangongkal holi adalah sebuah upacara pemindahan tulang-belulang
leluhur keluarga dari makam yang lama ke tempat yang baru yang sering disebut tugu, tambak, atau simin.
![]() |
Namaku sebagai nama oppungku. (Dalam budaya Batak, nama cucu pertama dari anak laki-laki pertama menjadi nama panggilan untuk kakek dan neneknya) |
anak-cucu kepada leluhurnya. Diharapkan kelak, tugu atau simin tersebut
menjadi simbol pemersatu keturunan yang telah menyebar ke pelbagai daerah seperti kami yang dari kakek sudah merantau jauh dari Muara ke Tebing Tinggi lalu hingga sekarang berdomisili di Lampung Barat.
![]() |
Peletakan peti ke dalam tugu. |
pemakamannya bisa berlangsung berhari-hari karena harus menunggu anak
hingga sanak saudara hadir semua. Begitu pun upacara mangongkal holi,
upacara adat ini harus dihadiri seluruh keluarga, tetangga kampung, serta pihak keluarga istri (hula-hula) yang makamnya akan dibongkar.
![]() |
Didoakan pihak gereja sebelum diambil tulang-belulangnya. |
upacara mangongkal holi dan tugunya dibangun di bonapasogit (kampung halaman) kami di
Dolok Martumbur, Muara, Tapanuli Utara, Sumatra Utara, kampung halaman semua marga Siregar. Pada upacara itu, ada 8 makam yang digali untuk
dipindahkan, tujuh makam berada di Muara dan satu ada di Sekincau. 3 generasi.
![]() |
Penggalian makam oppung di Sekincau, Lampung Barat. |
dalam bahasa Batak) kami, bapak dari bapakku, tutup usia pada tahun 1999. Ia dimakamkan di Sekincau, 1 jam dari kota kami tinggal, Liwa. Sebelum dilakukan penggalian, makam harus didoakan oleh pendeta gereja dan dihadiri semua keluarganya.
membersihkan tulang-tulang oppung kami yang masih tersisa di dalam kuburnya. Kami juga menemukan beberapa barang favorit opung yang dulu ikut
dimasukkan ke dalam peti matinya.
![]() |
Topi yang biasa dipakai oppung dulu. |
selesai membersihkan semua belulang oppung, kami pun
pulang ke rumah dan bersiap-siap meluncur ke kampung halaman di Muara. Perjalanan ini membutuhkan waktu sampai 3 hari 2 malam melalui jalur darat. Kali itu, perjalanan terasa menjadi lebih seru karena sambil membawa tulang-belulang yang tentu harus dijaga dengan baik-baik.
![]() |
Bapak dan bibi-bibiku membersihkan tulang-belulang oppung. |
![]() |
Muara di tepi danau Toba di seberangnya ada pulau Sibandang dan Samosir. |
![]() |
Dison Maradian (di sini dikebumikan). Batu nisan kakek dari kakekku. |
![]() |
Menggali makam hingga senja tiba. |
![]() |
Tengkorak Opung Marintan Siregar, salah satu adik opungku. |
![]() |
Menyisir liang untuk diambil tulang-belulangnya. |
Biasanya, prosesi mangongkal holi berlangsung selama berhari-hari dan
tentu membutuhkan biaya yang sangat besar. Selain biaya pembangunan tugu,
biaya itu juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan acara adat seperti
menyediakan jambar hingga kebutuhan pihak hula-hula (pihak istri).
Secara simbolik, hula-hula akan memperoleh jambar (ekor dan kepala
kerbau) dari pihak yang mengadakan upacara dan sebaliknya hula-hula akan memberikan ulos kepada keturunan
leluhur yang berarti tanda restu.
![]() |
Penyembelihan kerbau sebagai jambar. |
![]() |
Manortor (menari tortor) sambil membawa tandok yang berisi beras. |
![]() |
Memindahkan tulang-belulang ke peti yang baru. |
![]() |
Peti yang telah terisi tulang ditutup dengan ulos saput (ulos perpisahan) lagi. |
Perlu diketahui bahwa sejak lahir, seorang batak telah memiliki posisi kekerabatan dalam
keluarganya atau yang disebut Dalihan Na Tolu (Tungku berkaki
tiga: anak, boru, hula-hula). Namun sistem tersebut bukanlah sebuah
sistem kasta, karena setiap orang batak memiliki semua posisi tersebut di dalam adat, yakni menjadi anak, boru, juga hula-hula. Dari dasar inilah bagaimana orang batak bisa menentukan tutur/panggilan ke orang batak lainnya.
Bentuk
tugu pun bermacam-macam dengan dekorasi khas bataknya yang kental.
Mulai dari ornamen gorganya, patung-patung pengantin khas Batak, sampai miniatur rumah tradisional adat Batak. Di kampung kami, ada banyak sekali tugu
tersebar di tepi jalan, di depan rumah, tepi jurang, tepi danau, dari lembah sampai puncak bukit. Jadi, tidak ada komplek pemakaman seperti di daerah-daerah lain. Pada dasarnya mereka yang akhirnya mati akan dimakamkan di tanah warisan leluhurnya atau di bona pasogitnya.
![]() |
Keluarga Pomparan Op. Pitta (Keturunan Oppung Pitta) di rumah kakeknya Bapak yang masih berdiri kokoh di dolok (bukit). |
Mungkin sepintas upacara ini terkesan hanya menghambur-hamburkan uang untuk mereka yang telah tiada. Namun, setelah turut serta di tengah acara ini, aku menyadari upacara adat ini sarat akan nilai. Upacara ini menunjukkan rasa terima kasih anak dan cucu kepada leluhurnya sehingga memandang uang bukanlah permasalahan.
![]() |
Pemberkatan sebelum dimasukkan ke dalam tugu. |
Di samping itu juga, upacara ini telah menjadi sarana pertemuan antara semua keluarga yang terhubung satu sama lain dan menjadi koneksi baru di dalam keluarga. Aku sendiri jadi kenal semua saudara-saudara sedarah yang selama ini belum aku kenal dan hingga kini kami masih sering bertegur sapa.
Kelak, bila ada sanak saudara yang telah tutup usia, setidaknya harus ada satu yang mewakili kepala keluarga untuk menghadiri upacara pemakaman agar kiranya tali persaudaraan terus terjalin.
![]() |
Tugu Op. Pitta Siregar dan keturunannya, Dolok Martumbur, Muara, Tapanuli Utara. |

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.