![]() |
Masjid Baitul Mughni |
Menara Global yang terletak di sebelahnya. Posisinya yang tak terlalu jauh
dengan perempatan Kuningan membuatnya sering disebut Masjid Kuningan. Masjid
Baitul Mughni, Jakarta, menempati areal 6.000-an meter persegi di lokasi amat strategis di
Kavling 26 Jalan Gatot Subroto, Kuningan, Jakarta Selatan. Selain terdapat masjid tiga tingkat di komplek
masjid ini juga berdiri megah dua gedung Sekolah Islam
Al-Mughni,
masing-masing lima lantai, Pusat Kajian Hadis, dan
Al-Mughni Islamic Center.
lantai ini kii dikepung
pusat perkantoran dan sentra bisnis segitiga emas Jakarta: Gatot Subroto,
Sudirman-Thamrin, dan Rasuna Said. Menara Jamsostek, Gedung Telkom, Hotel
Kartika Chandra, Wisma Argo Manunggal, serta pusat bisnis Mega Kuningan
mengelilingi kompleks Al-Mughni.
Masjid Baitul Mughni dimulai sejak tahun 1901. Ketika itu Guru Mughni baru pulang dari tanah Suci, kembali ke Batavia. Ia membeli lahan dan langsung
mendirikan sebuah masjid kecil berukuran 13 x 13 meter yang pada awal pendiriannya belum memilki nama. Bahan bangunannya
terdiri dari batu bata pada bagian dindingnya, lantainya berubin warna merah
dengan beratapkan genteng. Bentuk masjid itu adalah empat persegi dengan mihrab
di depan sebagai tempat imam memimpin shalat. Meski demikian, jika dibandingkan
dengan bangunan yang ada di wilayah lain saat itu, bangunan masjid ini
tergolong bangunan mewah.
diperluas, bagian belakangnya ditambah dengan bahan bangunan dari anyaman
bambu. Bagian belakang ini dimanfaatkan sebagai tempat mengaji dan bermalam
bagi murid-murid Guru Mughni yang datang dari tempat tempat yang jauh. Belum ada menara masjid pada
waktu itu. Baru menjelang Guru Mughni wafat dibuat menara. Setelah itu menyusul
renovasi demi renovasi berikutnya. satu-satunya peninggalan masjid lamanya ya
pilar masjid bekas
tiang penyangga masjid di sebelah dalam.
![]() |
Seolah berkaca di cermin |
Sejak
pertama pendiriannya, Masjid Baitul Mughni berfungsi tak hanya sebagai tempat
ibadah namun juga sebagai tempat pendidikan dan penyebaran ilmu-ilmu agama,
bahkan saat itu masjid ini juga sebagai pusat informasi Ru’yatul Hilal (penentuan awal Ramadhan dan
awal Syawal) bagi
masyarakat Jakarta Selatan. Ketika itu, masjid ini melahirkan seorang tokoh ahli ilmu falak yakni K.H. Abdullah
Suhaimi, yang juga menantu Guru Mughni sendiri. Ketika itu bisa dibilang masjid ini
merupakan masjid
rujukan bagi masjid-masjid kecil di sekitarnya. Seperti untuk menentukan kapan
waktunya azan, biasanya masjid-masjid lainnya berpatokan
pada masjid ini. Mereka tidak akan azan sebelum mendengar suara azan dari masjid ini.
Sanusi bin Ayyub bin Qais. Lahir sekitar tahun 1860 di Kampung Kuningan,
Jakarta dan wafat pada hari Kamis, 5 Jumadil Awwal 1354H, dalam usia 70 tahun.
Beliau merupakan putra bungsu pasangan H. Sanusi dan Hj. Da`iyah binti Jeran.
Saudara kandungnya yang lain adalah Romli, Mahalli dan Ghozali. Keluarganya
merupakan keluarga yang sangat taat dalam menjalankan ajaran agama Islam. Guru
pertamanya adalah Ayah-nya sendiri, H. Sanusi. Selain mengaji kepada ayahnya,
beliau dan kakak-kakaknya juga mengaji kepada H. Jabir.
Mughni belajar ke Makkah pada usia 18 tahun, tahun 1885, beliau sempat kembali
ke tanah air. Namun, karena merasa belum cukup berilmu, beliau kembali lagi
Makkah unuk mengaji selama lima tahun. Keilmuannya yang mendalam, membuat
beliau pernah diminta untuk mengajar di Masjidil Haram bersama ulama Makkah
lainnya.
![]() |
Menara Masjid tampak dari kejauhan |
Di antara guru-gurunya selama di Makkah antara lain:
Syekh Sa`id Al-Babsor (Mufti Makkah), Syekh Abdul Karim Al-Daghostani, Syekh
Muhammad Sa`id Al-Yamani, Syekh Umar bin Abi Bakar Al-Bajnid, Syekh Muhammad
Ali Al-Maliki, Syekh Achmad Al-Dimyathi, Syekh Sayyid Muhammad Hamid, Syekh
Abdul Hamid Al-Qudsi, Syekh Muhammad Mahfuz Al-Teramasi, Syekh Muhammad Muktar
Athorid A-Bogori, Syekh Sa`id Utsman Mufti Betawi, Syekh Muhammad Umar Syatho,
Syekh Sholeh Bafadhal, Syekh Achmad Khatib Al-Minangkabawi, Syekh Nawawi bin
Umar Al-Bantani Al-Jawi.
Dengan kapasitas ilmunya, orang datang berduyun-duyun untuk belajar dan menimba
ilmu darinya. Sejak itulah beliau dikenal dengan panggilan “Guru Mughni”. Dari
beberapa pernikahannya, beliau dikaruniai banyak anak. Namun walaupaun punya
banyak anak, Guru Mughni sangat perhatian terhadap pembentukan kepribadian dan
masa depan semua anak-anaknya. Guru Mughni memiliki visi agar anak dan
keturunannya mengikuti jejaknya untuk menjadi ulama. Karenanya beliau tidak
segan-segan mengirim putra-putrinya untuk bermukim dan menuntut ilmu agama di
kota Makkah walau usia mereka masih muda belia.
Beliau ingin anak-anaknya menjadi pribadi yang mandiri
namun berakhlak mulia dan memiliki ilmu yang mumpuni. Terbukti sekembalinya ke
tanah air, anak-anaknya banyak yang berhasil menjadi ulama terkemuka, ulama
yang mandiri, antara lain, yaitu: KH. Syahrowardi, KH. Achmad Mawardi, KH.
Rochmatullah, KH. Achmad Hajar Malisi, KH. Ali Syibromalisi, KH. Achmad
Zarkasyi, dan KH. Hasan Basri.
![]() |
Exterior Masjid Baitul Mughni |
Selain anak-anaknya, cucu-cucunya ada yang
menjadi ulama Betawi terkemuka, antara lain, yaitu KH. Abdul Rozak Ma`mun, Dr.
KH. Nahrawi Abdus Salam, KH. Abdul Azim AS, KH. Abdul Mu`thi Mahfuz, dan KH.
Faruq Sanusi. Selain anak dan cucunya, cicitnya pun, baik yang putri maupun
putra, ada yang menjadi ulama Betawi terkemuka, salah satunya adalah Dr. KH.
Lutfi Fathullah Mughni,MA yang pada masa kecilnya pernah berguru kepada salah
seorang kakeknya, KH. Ali Syibromalisi.
mengajar ilmu fiqih, tauhid, tafsir, hadits, akhlak, dan bahasa Arab. Untuk
pelajaran fiqh, beliau gunakan kitab Safinah An- Najah untuk tingkat murid dan
kitab Fath Al- Mu`in untuk tingkat guru. Untuk pelajaran tauhid, beliau gunakan
kitab Kifayah Al-Awam. Untuk pelajaran tafsir, beliau gunakan Tafsir Jalalain.
Untuk pelajaran hadits, beliau gunakan kitab Shahih Bukhori dan Shahih Muslim.
Untuk pelajaran akhlak, beliau gunakan kitab Minhaj Al-Abidin. Untuk tata
bahasa Arab, beliau gunakan kitab Alfiyah. Beliau tidak hanya mengajar, beliau
juga menerjemahkan hadits-hadits yang terdapat dalam kitab Syama`il dan
disusunnya dalam satu kitab yang beliau beri judul Taudhih Al-Dala`il fi
Tarjamat Hadits al-Syama`il.
antaranya adalah Guru Abdul Rachman Pondok Pinang, KH. Mughni Lenteng Agung,
Guru Naim Cipete, KH. Hamim Cipete, KH. Raisin Cipete, Guru Ilyas Karet, Guru
Ismail atau Guru Mael Pendurenan, KH.Abdurrachim dan KH. Abdullah Suhaimi yang
menjadi salah seorang guru dari Syekh. Dr. Ahmad Nahrawi Abdussalam
Al-Indunisi.(JIS)
![]() |
pada saat renovasi tahun 2012 |
Aktivitas masjid Baitul Mughni
menyediakan fasilitas pendidikan dari tingkatan Sekolah Dasar hingga Sekolah
Menengah atas dengan nama sekolah Al-Mughni. Selain itu salah satu dari
keturunan Guru Mughni, DR.
Ahmad Lutfi Fathullah, MA, mendirikan sebuah lembaga kajian hadist yang diberi
nama Pusat
Kajian Hadist Al-Mughni lembaga ini menyediakan sebuah perpustakaan
konvensional hingga perpustakaan digital khusus hadist. Berbagai kegiatan di selenggarakan
oleh lembaga ini. klik untuk berkunjung ke Pusat Kajian Hadist Al-Mughni. Selain itu
beliau juga mengelola sebuah situs bertajuk tanyalah al-qur’an.
Guru Mughni yang begitu ramai dihadiri oleh para jemaah dari berbagai daerah. Jemaah
yang datang memadati masjid ini bahkan sudah hadir sejak sholat subuh dengan
rata rata menggunakan pakaian putih.
Mereka tidak lain adalah jama’ah Masjid Baitul Mughni dan para tamu undangan. Disetiap acara
dihadiri tal kurang dari 1500
orang berbondong-bondong untuk ikut hadir dalam peringatan tahunan jasa-jasa
ulama’ betawi ini.
Pengajian Bakhtsi wa Tahqiq, yang dihadiri oleh Alim Ulama se-DKI Jakarta. Acara ini diadakan setiap
tahunnya pada bulan Rabi’ul Awwal, di panitiai oleh Pengurus Masjid Baitul
Mughni dan para keturunan Keluarga besar Guru Mughni. Acara ini diadakan
hanyalah sebuah tradisi mengenang jasa-jasa para Alim-Ulama di masa-masa dakwah
zamannya, khususnya Guru Mughni sang Ulama Betawi yang menyebarkan Islam di
Indonesia khususnya di DKI Jakarta. Acara tersebut turut dihadiri
oleh para pejabat pemerintahan termasuk Gubernur DKI Jakarta Bapak Fauzi Bowo, dan da’I da’I
kondanga tanah air seperti Ustadz
Yusuf Mansur, beliau
langsung hadir pada subuh hari, dan memberikan mau’idhahnya kepada jama’ah yang
hadir.
![]() |
Terlihat dari ruas jalan tol dalam kota |
Pengelolaan Masjid Baitul Mughni
masih dilanjutkan oleh keturunan guru Mughni. Sumber dana Masjid Mughni selama ini
masih menempuh cara konvensional. “Yang utama sumbangan dari jamaah, Jamaah salat dan pengajian
rutin di masjid menyumbang lewat kotak amal. Saat salat Jumat, bisa terkumpul
donasi minimal Rp 1 juta. Ada pula sumbangan lebih besar dari para donatur
insidental dan sejauh
ini, kebutuhan operasional masjid bisa tertangani.
menyediakan rumah sederhana bagi imam salat dan petugas azan, serta menggajinya
secara layak. Kas masjid bahkan sering meminjami bagian pendidikan yayasan yang
mengelola TK, SD, dan SMP Islam terpadu. Lebih-lebih bila dikelola secara
profesional. Pengembangan
unit usaha mulai
disiapkan oleh pengurus masjid Baitul Mughni. di antaranya usaha simpan-pinjam, biro
perjalanan, dan klinik. Kebetulan ada cicit Guru Mughni yang jadi dokter dan
menjadi Kepala Puskesmas Mampang, sekalian ngabdi di yayasan.***

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.