![]() |
Masjid Jami’ Kebun Jeruk, salah satu masjid tertua di Jakarta, dibangun oleh Muslim Thionghoa Batavia. |
Kiprah muslim
Thionghoa Indonesia terekam dengan indah di Masjid Jami’ Kebon Jeruk, Jakarta
Barat, salah satu masjid tua Jakarta dari Era kejayaan Batavia di masa lalu.
Masjid Jami’ Kebon Jeruk ini pertama kali dibangun oleh Chau Tsien Hwu atau Tschoa pada tahun 1786M. Di halaman sebelah timur masjid tua
terdapat makam Fatimah Hwu yang merupakan istri Chau Tsien Hwu. Nisan dari makam
yang bertarikh 1792M ini cukup unik dengan bentuk naga bertulisan huruf cina berbunyi “Hsienpi
Men Tsu Mow”
yang artinya “inilah makam China dari
keluarga Chai”,
dan menggunakan pertanggalan
Arab.
yang kemudian berkembang menjadi sebuah masjid yang diberi nama Masjid Jami’
Kebon Jeruk dan bertahan melintasi jaman melayani ummat Islam, menjadi saksi
bisu manis getirnya sejarah etnis Thionghoa di Jakarta. Masjid Jami’ Kebon
Jeruk menjadi masjid pertama yang dibangun oleh muslim Thionghoa di Indonesia
dan menjadi masjid pertama di kawasan pusat bisnis Glodok. Kini, setelah 220
tahun berlalu, Masjid Jami’
Kebon Jeruk selalu di
padati oleh jamaah dari berbagai daerah, bahkan muslim dari berbagai negara pun
mudah kita jumpai di sini termasuk jemaah dari Pakistan, India, Arab Saudi dan Malaysia.
Jeruk
Wuruk No. 85,
Maphar, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat.
Kota – Ciputat
Kota – Ciputat
AC110 Tanjung Priok – Tanah Abang
DKI Jakarta Dinas Museum dan Sejarah melalui SK Gubernur No Cb11/1/12/72
tanggal 10 Januari 1972 menetapkan Masjid Jami , Kebon Jeruk di Jl Hayam Wuruk,
Jakarta Barat, ditetapkan sebagai monumen sejarah.
data dari Dinas Museum dan Pemugaran Provinsi Jakarta, Masjid Jami’
Kebon Jeruk didirikan oleh
seorang Muslim Tionghoa
bernama, Chau Tsien Hwu atau Tschoa atau Kapten
Tamien Dosol Seeng di
tahun 1786. Beliau adalah salah seorang pendatang dari Sin Kiang, Tiongkok yang
kabur dari negerinya karena ditindas oleh pemerintah setempat. Sesampai di Batavia, ia menemukan sebuah
surau yang tiangnya telah rusak serta tidak terpelihara lagi. Kemudian di
tempat tersebut, ia dan teman-temannya, sesama pendatang dari Tiongkok mendirikan mesjid dan diberi nama
Masjid Kebon Jeruk. Alasan diberinya nama Masjid Kebon Jeruk, menurut petugas
Istiqbal (humas-red) Masjid Kebon Jeruk, Abdul Salam, karena memang pada waktu
itu di daerah ini ditumbuhi banyak pohon jeruk.
sebelumnya, tahun 1448 Masehi, di lokasi ini telah berdiri sebuah mesjid surau
atau langgar. Bangunannya bundar, beratap daun nipah, bertiang empat,
masing-masing penuh dengan ukiran. Siapa saja pendirinya tidak diketahui. Chan tsin Hwa beserta istrinya Fatima
hwu tiba di Batavia pada
tahun 1718, dan menetap di daerah
Kebon Jeruk sekarang ini. Mereka
ini adalah rombongan muhajirin (pengungsi) yang memeluk agama Islam, yang
terpaksa meninggalkan negrinya karena terdesak oleh penguasa Dinasti Chien yang
menganut agama leluhur mereka, Budha.
![]() |
Detil ekterior Masjid Jami’ Kebun Jeruk. atas papan peringatan cagar budaya, kiri bawah : makam tua di Masjid Jami’ Kebun Jeruk dan kanan bawah ; detil ornamen pada ujung atap masjid Jami Kebun Jeruk. |
Oleh
karena itu mereka tidak berniat lagi untuk kembali ke negri leluhurnya, mereka
bermukim di sini. Lalu Mendirikan mesjid di lokasi bekas mesjid mungil tersebut
tadi. Itulah Mesjid Kebun Jeruk yang sekarang ini. Menaranya sudah lama runtuh karena
memang telah sangat tua. Mimbarnya yang antik terbuat dari kayu kembang, kini
masih tersimpan di Museum Fatahillah.
hwu wafat tahun 1792, dimakamkan di halaman belakang mesjid. Pada nisan bergaya
Cina, terdapat pahatan enam aksara cina yang berbunyi :”Hsienpi Chai Men Tsu Mow”, yang berarti “Inilah makam wanita dari keluarga Chai”. Sedangkan Chan Tsin Hwu, menurut sejarah
wafat di Cirebon dan dimakamkan di gunung Sembung.
nilai historisnya, masjid ini menjadi terkenal karena Masjid Kebon Jeruk
sebagai pusat kegiatan tabligh dan dakwah Islam di Indonesia. Masjid Jami’ Kebon
Jeruk ini menjadi
markas kegiatan Jemaah Tabligh untuk wilayah Indonesia
dengan kegiatan jamaahnya
adalah melakukan penyebaran Islam dengan mengunjungi berbagai tempat di seluruh
nusantara dan berbagai
negara.
yang menarik, selama bulan Ramadhan, banyak jamaah dari berbagai daerah dan
negara melakukan I’tikaf di
Masjid Kebon Jeruk ini.
Jemaah yang datang dari berbagai penjuru tanah air dan mancanegara itu
melakukan semua aktivitas kesehariannya di Masjid ini selama bulan suci
Ramadhan. Banyaknya jemaah dari berbagai penjuru tanah air dan mancanegara di
masjid ini karena memang Masjid Kebon Jeruk merupakan markas dari Jemaah
Tabligh Indonesia.
![]() |
Detil Interior Masjid Jami’ Kebun Jeruk |
kegiatan
yang paling unik adalah saat berbuka puasa. Pada waktu berbuka puasa, ada sekitar
puluhan kelompok secara bersama-sama menyantap hidangannya dalam satu tampah. ritual tersebut dijalankan karena
disunnahkan oleh Nabi Muhammad SAW. Rasulullah sering menyantap hidangan
berbuka puasa bersama-sama dengan para sahabatnya dalam satu wadah. Dengan cara
ini, kita juga merasakan kebersamaan dan Ukhuwah Islamiyah.
ritual tersebut, ada dua amalan yang harus dikerjakan oleh para jamaahnya,
yakni amalan Infiradhi dan Ijtima’i. Pada amalan infiradhi, setiap orang
menjalankan ibadahnya secara sendiri-sendiri, seperti Shalat Dhuha, Shalat
Tahajud, Shalat Isra’, membaca Al-Qur’an setiap harinya minimal satu Juz, dan
melakukan dzikir sepanjang hari. Sedangkan
amalan Ijtima’i, adalah amalan yang dilakukan secara bersama-sama, seperti
menjalankan shalat fardhu, Shalat Tarawih, berbuka puasa dan menghadiri
berbagai majelis-majelis. ada dua majelis yang wajib dihadiri setiap jamaah,
yakni Majelis Khurghazi dan Majelis Bayan.
Khurgazi adalah suatu majelis yang berupa kesaksian seseorang yang baru pulang
dari perjalanannya di jalan Allah dan mengajak para jamaah untuk ikut melakukan
perjalanan ini. Biasanya majelis ini diadakan setelah Shalat Ashar sampai jam
setengah lima sore, Setelah
Shalat Shubuh dan Tarawih, Majelis Bayan digelar. Dan setiap jamaahnya wajib
mendengarkan ceramah-ceramah para ustad. Isi ceramahnya mengenai pentingnya
amal shaleh bagi kita.
![]() |
Bangunan baru di Masjid Jami Kebun Jeruk Jakarta yang kini menjadi Markas Jama’ah Tabligh Indonesia |
Diluar bulan
suci Ramadhan, Masjid Kebon Jeruk ini tetap ramai dengan aktivitasnya. Masjid Kebon Jeruk saat ini merupakan
markaz (pusat kegiatan) usaha Tabligh di Indonesia. Semua hal yang berkaitan
dengan permasalahan, kendala, rencana kegiatan, pengiriman jamaah dan
lain-lainya yang berkaitan dengan usaha Tabligh di Indonesia digodog dalam
musyawarah yang setiap hari dilakukan di masjid ini.
ini setiap harinya selalu dipenuhi dengan jamaah-jamaah transit, yang datang
dari berbagai tempat di dalam maupun luar negeri, untuk kemudian pergi
melanjutkan perjalanan dakwahnya ke tempat-tempat yang telah diputuskan dalam
musyawarah. Apa yang dilakukan
di masjid ini adalah ingin mencontoh apa yang telah Rasulullah SAW beserta para
sahabatnya di Masjid Nabawi dulu. Bukan pada kemegahan bangunannya, atau
keindahan arsitekturnya, tetapi pada amalan-amalan agama yaitu menjadikan
masjid sebagai pusat kegiatan dakwah, ta’lim dan taallum, dzikir dan ibadah
serta hidmat (pelayanan).
tak mau kalah dengan kesibukan kesibukan di kawasan jalan Hayam Wuruk dan Gadjah Mada, aktivitas di
masjid ini juga berlangsung selama 24 jam setiap hari, 7 hari dalam seminggu,
30 hari dalam sebulan dan 365 hari dalam setahun. Tidak ada kata libur atau
waktu luang di dalam aktifitas keagamaan di masjid ini, hari-hari di dalamnya
full dengan berbagai kegiatan ; ta’lim, muzakarah, bayan, dzikir, shalat, baca
Alquran, musyawarah, khidmat dan lain sebagainya.***
Juga Artikel Masjid Masjid Jakarta Lain-nya
Jami Cikini Al-Ma’mur – Jakarta

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.