Masjid Raya Baiturrahman yang kini berdiri adalah masjid buatan Belanda tahun 1879 dan diresmikan pada tanggal 27 Desember 1883, sebagai pengganti masjid asli kesultanan Aceh yang dibakar Belanda tahun 1873. |
Masjid ini juga menjadi saksi kerelaan dan ketulusan rakyat, ulama dan umara Aceh mendukung perjuangan Kemerdekaan Indonesia ketika rakyat Aceh bahu membahu menyumbangkan harta mereka berupa emas, perhiasan, uang dan benda berharga mereka demi menyokong pemerintahan RI yang baru berdiri. Amal yang tulus itu yang kemudian menjadi cikal bakal pendirian Maskapai penerbangan Garuda Indonesia dengan pesawat Seulawah (RI-1) sebagai pesawat pertama yang dibeli dari sumbangan rakyat Aceh bagi negeri ini.
Disini tempat terkaparnya jasad Jendral Kohler yang tewas terbunuh oleh pasukan Aceh pada tanggal 14 April 1873 saat dia memimpin penyerangan di Masjid Raya Baiturrahman. |
Masjid ini juga menjadi saksi betapa getirnya penderitaan rakyat Aceh sebagai dampak “Daerah Operasi Militer (DOM)” yang dilancarkan rezim Order Baru selama betahun tahun untuk meredam pemberontakan “Gerakan Aceh Merdeka (GAM)”. Kala itu Masjid ini menjadi tempat warga Aceh mengadukan penderitaan mereka yang teramat perih akibat konflik berkepanjangan itu kepada Tuhan semesta alam.
Masjid Raya Baiturrahman di abadikan di perangko Republik Indonesia tahun 1990 |
Paska penandatanganan penjanjian damai antara pemerintah RI dengan GAM di Helsinki (Finlandia) Masjid ini pula yang menjadi saksi ketika Aceh menggelar pemilihan kepala daerah secara langsung untuk perama kalinya. Uji membaca Al Quran bagi para calon Gubernur digelar di masjid ini.
Kokoh berdiri diantara puing puing kota Banda Aceh yang luluh lantak karena tsunami 2004 |
Peristiwa penting terahir yang terjadi di masjid tua ini ketika Tengku Hasan Tiro, Wali Nangroe Aceh yang selama puluhan tahun hidup di Swedia kembali ke pangkuan bumi pertiwi dan langsung menuju ke masjid bersejarah ini. 3 Juni 2010 yang lalu ketika beliau wafat, Masjid Raya Baiturrahman yang menjadi tempat jenazah beliau disholatkan oleh ribuan rakyat Aceh sebelum dimakamkan bersebelahan dengan pusara kakek beliau yang tak lain adalah Pahlawan Nasional Tengku Cik Di Tiro.
Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh ini juga menjadi tempat rakyat Aceh berkumpul memaknai malam pergantian tahun syamsiah dengan berzikir bersama para ulama dan umara. Seperti yang terjadi pada malam pergantian tahun dari 2010 ke tahun 2011 yang baru lalu. Masjid ini dipadati jemaah yang bersama sama berzikir memanjatkan syukur dan doa kepada Allah Subhanuwata’ala.
Rakyat Aceh tumpah ruah ke masjid Raya Baiturrahman menyambung kembalinya Tengku Hasan Tiro ke tanah air setelah begitu lama tinggal di Swedia. |
Bangunan sekarang bukan lagi bangunan zaman kesultanan. Pada masa kesultanan, gaya arsitektur Baiturahman mirip masjid-masjid tua di Pulau Jawa. Bangunan kayu dengan atap segi empat dan bertingkat. Masjid pertama itu dibakar Belanda tahun 1873 ketika masjid tersebut dijadikan pusat kekuatan tentara Aceh melawan Belanda. Dan pada tahun 1873 itu terjadi pertempuran besar antara tentara Aceh dengan tentara Belanda yang menewaskan perwira tinggi Belanda, Mayor Jenderal Kohler. Pertempuran di masjid ini dikenang lewat pembangunan prasasti Kohler di bawah pohon Geulempang di halaman masjid, di dekat salah satu gerbang masjid. Pembakaran itu menambah kemarahan rakyat dan tentara Aceh kepada Belanda. Kemudian menuntut dibikin baru. Empat tahun kemudian, mesjid yang baru dibangun dengan satu kubah, berkonstruksi beton.
Maket bentuk asli Masjid Raya Baiturrahman. Beginilah reka bentuk Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh sebelum dibakar Belanda. |
Peletakan batu pertama pembangunan kembali masjid dilakukan tahun 1879 oleh Tengku Malikul Adil, disaksikan oleh Gubernur Militer Hindia Belanda di Aceh saat itu, G. J. van der Heijden. Pembangunan mesjid ini dirancang arsitek Belanda keturunan Italia, De Brun.
Bahan bangunan masjid sebagian didatangkan dari Penang – Malaysia, batu marmer dari Negeri Belanda, batu pualam untuk tangga dan lantai dari Cina, besi untuk jendela dari Belgia, kayu dari Myanmar dan tiang-tiang mesjid dari Surabaya. Pembangunan kembali masjid dengan satu kubah, selesai dan diresmikan pada 27 Desember 1883. Pada masa residen Y. Jongejans berkuasa di Aceh masjid ini kembali diperluas.
Masjid Raya Baiturrahman dulu dan kini |
Seiring dengan semakin bertambahnya penduduk Banda Aceh dan untuk meredakan kemarahan rakyat Aceh maka masjid diperluas lagi kiri kanannya pada tiga tahun kemudian. Ditambahlah dua kubah lagi di atasnya sehingga menjadi tiga kubah. Belanda kemudian meninggalkan Aceh. Bumi Nangroe Aceh Darussalam bergabung dengan Republik Indonesia.
SEBELUM DAN SESUDAH TSUNAMI. foto atas adalah citra satelit Quickbird pada bulan Juni 2004 tampak jelas pemandangan kota Banda Aceh di sekotar Masjid Raya Baiturrahman yang terlihat indah tertata. Sedangkan Foto Bawah adalah citra satelit yang sama pada tanggal 28 Desember 2004 menunjukkan kerusakan parah disekitar Masjid Raya Baiturrahman paska tsunami. |
Aerial Masjid Baiturrahman dari arah Barat |
Aerial View Masjid Raya Baiturrahman dari arah timur |
Lanjutkan Membaca ke Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh (Bagian II)
, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.