
Selama ini kawasan Batu Busuk atau Batu Busuak, Kota Padang tidak begitu dikenal dan
masih asing bagi sebagian masyarakat. Berada jauh dari pusat kota dan hanya
dihubungkan oleh satu jembatan sehingga daerah ini seakan sulit untuk diakses.
2016 lalu, nama daerah Batu Busuak menjadi
terkenal. Terutama ketika pengguna media sosial yang mengunggah hasil fotonya
ke Instragram. Kok bisa dan apa yang menarik dari foto itu? Ya, dampak media
sosial memang besar dalam menyebarkan informasi kepada publik.
Saat itu di halaman pencarian
Instagram banyak bermunculan foto yang digambarkan saluaran irigasi yang airnya
jernih dan berwarna biru dengan suasana panorama pebukitan yang diambil dari
ketinggian. Tentunya foto tersebut membuat penasaran dan berbondong-bondong deh
orang berkunjung ke tempat ini. Tidak ada yang tahu pasti siapa yang pertama
kali mengunggahnya dan tempat ini seakan menjadi destinasi wisata yang instargrammable banget.
Air PLTA Kuranji atau Jembatan Air Batu Busuak. Jembatan ini berada di Kawasan Batu Busuak, Kelurahan Labuang
Bukit, Kecamatan Pauh Kota Padang. Berada sekitar 15 km arah Timur Kota Padang.
menjelajah daerah Batu Busuak untuk berkunjung ke jembatan ini. Perjalanan
dimulai dari persimpangan jalan sebelum menuju Gerbang Kampus Universitas
Andalas. Kemudian belok ke kiri, jalan menurun menuju daerah Batu Busuak hingga
bertemu dengan dua jembatan, satu jembatan gantung tua dan satu lagi jembatan
baru.

ini, jembatan gantung ini menjadi satu-satunya yang menghubungkan antara kampung Kapalo Koto, Limau
Manih dengan Kampung Batu Busuak Lambung Bukik. Bila terjadi hujan lebat
dan banjir bandang, maka masyarakat akan was-was, sebab bisa menghancurkan jembatan ini. Tak
hanya itu, jembatan gantung ini merupakan
jembatan bersejarah karena dibangun ketika pemerintahan Hindia Belanda dan kemungkinan telah berumur lebih dari 100 tahun.

dengan gedung PLTA Kuranji. Bangunnya tidak
begitu besar, sederhana dan dibangun ketika zaman Belanda. Sebenarnya PLTA Kurnaji ini merupakan pembangkit listrik
tenaga air kedua yang dimiliki oleh PT. Semen Padang dan didirikan sejak tahun
1938 untuk memasok kebutuhan listik semen
tertua di Indonesia ini.
listirk sebanyak 1,5 MW. Namun, tahun 1997 terdapat mesin keempat yang mulai
digunakan dan menghasilkan 4 MW. Secara perlahan ketiga mesin yang beroperasi
sejak 1938 itu diistirahatkan, tepatnya ketika tahun 2011.
kondisi normal maka PLTA ini mampu menghasilkan daya sebaesar 2,5-3 MW per
hari. Bila debit air di bawah normal, pasokan listrik untuk PT. Semen Padang
sekitar 1 MW per hari.
Jernih dan Padang Keruh yang hubungkan oleh saluran air dan dikumpulkan pada
bak penyering dan dialirkan ke PLTA Kuranji melalui pipa pesat sehingga air itu
menggerakan turbin yang ada untuk menghasilkan listrik.

menggunakan motor saya terus melaju hingga sampai dipersimpangan jalan. Di sana terdapat sebuah papan iklan layanan masyarakat berukuran 2 x 1 m yang telah kusam. Dari titik
itu ada dua jalur, pertama jalan mendaki yang lebarnya tidak lebih dari 1 m dan
jalan datar yang bisa dilalui mobil.
jalan datar terus hingga sampai satu kedai. Kami parkir kendaraan dan bayar Rp.2.000,- per motor. Selanjutkan
dengan berjalan kaki mulai penjelajahan. Sebenarnya ada jalan yang lebih mudah yang
bisa dilalui, namun kami justu memilih jalan yang menantang. Cocok untuk berpetualang. Sebab tidak tahu
jalan, meski sudah ditanya kepada penduduk setempat. Hehehe


dan putus. Terakhir saya melihat jembatan ini dalam kondisi memprihatinkan, tapi sekarang sudah baik. Jembatan ini satu-satunya menghubungkan Kampung Batu Busuak dengan Dusun
Pintu Gabang.
Selanjutnya menyusuri persawahan yang berada dekat tepi sungai
dan terus turun hingga berada dialiran sungai. Kala itu, matahari cukup terik
bersama awan mendung yang kemungkinan akan datang. Air sungai tidak deras. Bebatuan
besar begitu banyak dan kami lewati satu persatu hingga terlihat dari kejauhan
jembatan yang akan dituju. Langkah kaki dipercepat, sementara beberapa teman
saya sedang asik berfoto-foto.
yang berseberangan dengan jembatan itu, maka harus menyusuri sungai. Untung saja
aliran airnya tidak deras dan dangkal kira-kira 30 cm. Setelah berhasil menyeberang
semuannya, kami masih harus berjalan melewati perkebunan warga yang berada di
kaki bukit.
ketika akan sampai ke jembatan air ini, salah seorang teman tiba-tiba lemas dan
pusing serasa mau pingan. Uusut punya usut, tadi kami melewati kuburan dan
dia juga belum sarapan pagi. Wah ini yang gawat. Kami sebut “tasapo” deh dia. Tinggal selangkah lagi akan sampai, kami
berada persisi di bawahnya. Jembatannya tinggi sekali dan saya kagum dengan
konstruksinya.
yang menantang dan tak terduga, akhirnya sampai juga di jembatan air ini. Rasa
lelah terbayarkan ketika melihat panorama alam yang disuguhkan. Luar biasa
indahnya. Bukit sekeliling yang letaknya hampir sejajar dengan posisi saya
berdiri. Coba tengok ke bawah. Wis, tinggi sekali. Agaknya sedikit gamang
jadinya, tapi pemandangannya tidak kalah indah juga.




viralnya tempat ini, karena uniknya jembatan. Panorama alam yang mempesona dan
air yang mengalir itu warnanya biru sehingga menarik bila diabadikan dan
membuat penasaran orang.
karena jembatan ini merupakan kanal (saluran headrace) yang berfungsi untuk menyalurkan air dari sungai Padang
Janiah dan Padang Karuah yang berada di Bendungan Patamuan menuju pemutar turbin
PLTA Kuranji miliknya PT.Semen Padang.


menyebutnya Saringan, karena di tengah saluran airnya disanggah oleh
beton-beton yang berbentuk persegi, menyerupai saringan-sariangan. Banyak juga
yang menyebut tempat ini Jembatan Batu Busuak. Mungkin ini terlalu luas, sebab di
daerah ini banyak loh jembatanya. Jadi kesimpulannya dari nilai guna jembatan
ini memang cocok diberi nama Jembatan Air PLTA Kuranji (maksa deh hehe).
tersendiri, sebab dibangun sejak zaman Kolonial Hindia Belanda. Memiliki ketinggian sekitar 20
m dengan lebar kira-kia 2 m dan tinggi kanal sekitar 2 m. Terdapat jalur jalan yang
lebarnya sekitar 50 cm. Ketinggian jembatan air ini hampir setara juga dengan
pohon durian dan jengkol yang ada di sekitar perbukitan ini.

ini akan bertemu dengan sebuah bendungan yang bernama Patamuan. Untuk sampai kesini dapa berjalan kaki dan naik motor kira-kira 2-3 km. Akses jalannya cukup baik. Namun, ketika menuju ke bendungan jalannya tanah berbatu, bila hujan tentu akan
becek.
Patamuan ini merupakan bertemunya air Padang Karuh dan Padang
Janiah.
Sedang versi lainnya menyebutkan Patamuan merupakan daerah tempat bertemunya
tentara Hizbullah untuk mengatur strategi saat menggempur penjajah.
Di tengah Padang Janiah dan Padang Karuah berdiri megah sebuah bukit dengan sisi yang curam. Masyarakat sekitar menyebutnya Bukik Pungguang Ladiang. Kemungkinan nama ini diberikan karena sisi bukit yang curam dengan penurunan tajam, seperti ladiang (parang).
Lubuak Mande Rubiah
Terlepas dari semua itu, Patamuan ini salah
satu tempat pemandian alam yang sering dikunjungi oleh masyarakat sekitar, terutama ketika menyambut bulan Ramadan. Di sini terdapat lubuak (kolam) yang
jernis berwarna biru dan biasanya dimanfaatkan pengunjung untuk bermain air.
Lubuak
ini dikenal dengan nama Lubuak Mande Rubiah. Konon katanya lubuk
ini merupakan tempat pemandian bidadari yang diasuh seorang ibu di kawasan Batu
Busuk yang bernama Mande Rubiah.
Nah, sebenarnya juga jembatan air ini bukan diperuntukkan untuk objek wisata, tapi yang menjadi tempat wisata sebenarnya adalah pemandian alam di sekitar Bendung Patamuan itu. Ini akibat booming di Instagram, seakan jembatan air ini menjadi destinasi baru dalam mengisi hari libur.
Tempat ini memiliki tingkat resiko bahaya kecelakan yang lebih tinggi. Untuk itu, bila ingin berkunjung ke tempat ini harus berhati-hati, terutama saat melintas, jembatan ini tidak memiliki pengaman yang standar.
Jangan terlalu girang sekali saat berfoto dan selfie, tanpa mengindahkan kesalamatan diri. Bisa dibayangkan deh bila jatuh dari ketinggian 20 m. Wis, mengerikan sekali. Cukup deh merasakan indahnya jatuh cinta saja. Eh.
Belakangan saluran air dari jembatan ini ramai digunakan untuk mandi-mandi dengan memanfatkan ban dalam bekas, seakan sedang bermain di seluncuran waterboom atau bermain tubing mengikuti aliran dalam saluran ini. Memacu adrenalin dan menyenangkan.
Busuk ini masih asri dan memiliki banyak potensi untuk dikembangkan
sebagai destinasi wisata alam dan wisata sejarah karena memiliki banyak peninggalan
zaman penjajahan Belanda. Kampung Batu
Busuk ini berada di ketinggian lebih 255 mdpl membuat daerah ini berhawa sejuk dengan panorama alam yang hijau dan menyegarkan mata. Cocok ingin berpetualang dan menikmati hari libur.
————————————————————————————————————————————————————

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.