
Hamparan padang rumput hijau yang begitu luasnya terlihat sepanjang mata memandang. Hewan-hewan berkeliaran bebas mencari makan. Bukit-bukit yang mengelilingi ditambah barisan awan bersama langit birunya yang terlihat dari kejauhan menjadi pelengkap lukisan alam nan elok ini. Begitu sekilas gambaran peternakan Padang Mangateh yang kemudian ditulis dalam bahasa Indonesia menjadi Padang Mengatas.
Memang, tidak ada yang mengira ternyata di daerah Minangkabau memiliki kawasan padang rumput yang menyerupai peternakan-peternakan seperti di New Zeland atau Australia. Bahkan sempat juga menjadi area peternakan terbesar di Asia Tenggara. Bagi pengguna sosial media khususnya Instagram, tempat ini sudah tidak asing lagi. Bahkan banyak yang penarasan untuk dapat segera mengunjunginya.
![]() |
Gerbang masuk peternakan Padang Mangateh. |
![]() |
Panorama Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluhkota. |
Seperti yang saya baca dalam situs resmi peternakan ini bptupadangmengatas.com, awal mulanya balai pembibitan ternak ini, hanya mengembangkan satu jenis ternak saja yaitu kuda. Namun, pada tahun 1935 dikembangbiakan juga Sapi Zebu dari Benggala India. Sayangnya perjalanan peternakan ini tidak berjalan mulus seperti saat ini.
Pada zaman Kemerdekaan sekitar tahun 1945–1949 aktivitas peternakan sempat terhenti. Melihat potensinya, pada tahun 1950 oleh Wakil Presiden Dr. Mohammad. Hatta mengaktifkan kembali dan merenovasi peternakan ini. Sekitar tahun 1951–1953 balai ini berfungsi sebagai Stasiun Peternakan Pemerintah dengan nama Induk Taman Ternak (ITT) Padang Mengatas.
Pada tahun 1955 ITT Padang Mengatas merupakan stasiun peternakan yang terbesar di Asia Tenggara, dengan memelihara ternak berupa kuda, sapi, kambing dan ayam. Ketika pergelokan PRRI sekitar tahun 1958–1961, lokasi balai pembibitan ternak dijadikan sebagai basis pertahanan PRRI sehingga menjadi rusak berat akibat peperangan tersebut.
Kemudian pada tahun 1961, Pemerintah Provinsi Sumatra Barat kembali membenahi balai pembibitan ternak ini. Sekitar tahun 1973 –1974 Pemerintah Jerman mengadakan kajian di hingga berujung dengan kegiatan kerja sama pembangunan kembali balai pembibitan ternak ini antara Pemerintah RI dan Jerman melalui proyek Agriculture Development Project (ADP ) yang dimulai sejak tahun 1974 hingga 1978.
Ketika proyek ADP berakhir, balai pembibitan ternak ini diserahkan kepada Departemen Pertanian dengan nama Balai Pembibitan Ternak – Hijauan Makanan Ternak (BPT – HMT) Padang Mengatas. Hal ini sesuai dengan SK Menteri Pertanian RI No. 313/Kpts/Org/1978 dengan wilayah kerja 3 propinsi yaitu Sumatra Barat, Riau dan Jambi. Dengan segala kegiatan oprasionalnya dibiayai oleh Pemerintah Provinsi Sumatra Barat dan pemerintah pusat. Barulah tahun 1985 seluruh pembiayaan diambil alih oleh pemerintah pusat.
Ada juga yang menceritakan, pada zaman Orde Baru kegiatan peternakan mulai berkembang kembali dan terjadi peningkatan populasi ternak sapi Zebu Benggala India yang mencapai ribuan serta menjadi salah satu pembibitan sapi potong yang terbesar di Indonesia. Sayangnya, pada era Reformasi peternakan ini kembali rusak.
![]() |
Suasana peternakan Padang Magateh |
Pada tahun 2002 balai pembibitan ternak ini berubah nama menjadi Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sapi Potong Padang Mengatas. Hal ini berdasarkan keputusan Menteri Pertanian RI No.292/Kpts/OT.210/4/2002 tanggal 16 April 2002. Untuk wilayah kerjanya diperluas lagi meliputi seluruh propinsi di Indonesia.
Sampai akhirnya pada 2011 silam, Kementerian Pertanian RI kembali mengambil alih peternakan ini dan mengembalikan fungsinya sebagai pusat pembibitan sapi nasional. Kemudian sekitar Mei 2013, perternakan ini kembali berubah nama menjadi Balai Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak (BPTU HPT Padang Mengatas) dengan komoditas ternak yang dipelihara berupa Sapi Simmental, Sapi Limousin dan Sapi Pesisir yang merupakan sapi asli dari Sumatra Barat.
Peternakan ini juga pernah dikunjungi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Oktober 2014 lalu dan ia sangat kagum melihat peternakan ini. Kemudian pada Oktober 2015, Presiden Jokowi juga sempat menyambangi peternakan ini dan ia sangat mengharapkan sistem peternakan padang rumput ini bisa diikuti dan menjadi percontohan oleh daerah lainnya di Indonesia.
Setelah melewati gerbang, kita akan disambut dengan pendopo yang mungkin digunakan untuk area sterilisasi bagi kendaraan yang masuk. Awal masuk balai pembibitan ternak ini sudah terlihat sebagian hamparan padang rumput. Selanjutnya akan melewati bangunan perkantoran dan area kandang.
Terlihat juga satu bangunan sisa zaman belanda yang masih bertahan. Menunjukan peternakan ini memang sudah yang sangat tua memiliki sejarah yang cukup panjang telah melintasi berbagai macam generasi dimulai zaman kolonial hingga zaman sosial media saat ini.
![]() |
Hamparan padang rumput peternakan Padang Mangateh. |
Kami sempat binggung juga arah untuk ke padang rumput, sebab yang menjadi daya tarik bila ke peternakan ini adalah padang penggembalaan. Tenang saja di sana tidak akan tersesat dan hilang arah, pengelola balai pembibitan ternak ini sudah dengan melengkapi petunjuk arah sehingga pengunjung yang datang tidak akan kebingungan.
Luar biasa sekali, wajar saja bila peternakan ini bernuansa layaknya peternakan di New Zealand. Total luas area peternakan ini mencapai 280 Ha. Cukup luas bangetkan? Dengan pemanfaatan areanya meliputi untuk padang rumput dan pasture yang luasnya mencapai 268 Ha, untuk kandang untuk kandang, kantor, kantin, musala, perumahan dan jalan sekitar 12 Ha.
Memasuki area padang penggembalaan kita serasa berada di luar negeri. Sepanjang mata memandang, hamparan rerumputan hijau yang luas menyambut di sisi kanan dan kiri. Kendaraan berjalan di tengahnya. Sekumpulan sapi bebas berkeliaran, mencari makan, hingga berkembang biak tanpa dibatasi oleh sekat-sekat di kandang. Hanya saja pagar kawat yang tingginya lebih selayang dari sapi mengelilingi tiap petak area padang penggembalaan ini. Kabarnya, jumlah ternaknya tiap tahunnya mengalami peningkatan. Untuk saat ini, terdapat 1.250 ekor sapi dan 500 ekor di antaranya tengah mengandung.
![]() |
Panorama Gunung Sago. |
Landscape peternakan ini bergelombang dan berbukit landai dengan ketinggian sekitar 700-900 meter dari permukaan laut. Meski berada di dataran yang cukup tinggi, peternakan ini memiliki iklim tropis. Selain menyajikan hamparan rumput layaknya permadani, peternakan ini juga akan menampilkan panorama alam pegunungan dan bukit-bukit yang mengitari peternakan ini, sebab persis di kaki Gunung Sago.
Bila cuaca cerah, dari kejauhan akan terlihat panorama Kota Payakumbuh yang menambah keindahan tempat ini. Pesona alam yang dihadiran sangat menyegarkan mata. Cocok menjadi tempat untuk melepaskan penat.

Saya sudah tidak sabar untuk bertatap muka dengan sapi-sapi ini dan mencoba menikmati sensasi lukisan alam yang bila dipotret sungguh mempesona. Memang sih, kebanyakan pengunjung yang datang hanya untuk bernasis ria berlatarkan pemandangan padang penggembalan dan kemudian akan upload ke akun sosial media ketimbang untuk mendalami soal ilmu ternak. Hehe.
Kaki ini telah turun dari mobil dan mengijakan tapak sepatu di jalan peternakan yang sudah dibeton jauh dari kesan jalan berbatu dengan tanah merah akan becek bila musim hujan dan akan merepotkan sekali. Berbada dengan peternakan Padang Mengatas, di sepanjang jalannya telah diaspal dan ada yang dibeton sehingga mudah dilalui kendaraan.
Perlu diingat jalannya hanya untuk dilalui oleh satu mobil saja, sehingga bila berselisih maka cukup ribet untuk mencari tempat nge-track-nya. Lebih enak sih ke sini dengan menggunakan motor, bisa leluasa untuk berhenti ketika menemukan spot yang asik diabadikan. Rasanya hamparan padang rumput ini seperti dalam adegan film india ketika pemainnya sedang asik bernyanyi dan bernari. Bahkan saat itu juga ada pengunjung yang memanfaatkannya untuk menjadi lokasi foto pra-wedding.
Tidak terasa hari mulai petang. Awan mendung yang menyelimuti, tetesan air hujan yang perlahan turun serta gemuruh di langit yang terdengar mengingatkan kami untuk segera kembali pulang ke Padang.
![]() |
Suasana peternakan Padang Magateh |
Peternakan ini memilik iklim tropis seperti wilayah di Sumatra Barat lainnya sehingga disarankan menggunakan pakaian lengan panjang atau jaket serta menggunakan tabir surya untuk menggurangi sengatan matahari.
Jangan lupa membawa minuman dan makanan sebab di areal peternakan tidak ada kedai, meskipun ada kantin itu pun jarakanya cukup jauh. Mengingat lebar jalan peternakan ini cukup kecil, maka carilah tempat parkir yang aman dan tidak mengganggu jalan pengunjung lain.
Ini yang lebih penting lagi, abadikan moment indah selama di perternakan ini, potret sebanyak banyak-banyaknya. Rugikan, bila ke tempat ini hanya melihat-lihat saja. Untuk itu, bawa baterai cadangan kamera dan powerbank.
Nah ini juga, jangan mengganggu ternak, merusak pagar dan rumput. Apalagi jika membuang sampah sembarangan, sebab hampir tiap titik di padang penggembalaan terdapat tempat pembuangan sampah.










Tulisan ini dimuat pada Koran Harian Singgalang terbitan Minggu, 20 Desember 2015.
**Sekarang ini Peternakan Padang Mangateh ini tidak terbuka untuk umum dan masih melayani kunjungan yang bersifat resmi.
Jika mengkopi-paste tulisan dan foto ini di situs, milis, dan situs
jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh.
Terima kasih.

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.