
Di setiap perjalananku berkeliling dunia, selalu ada saja pertanyaan tentang tempat paling indah yang pernah aku datangi. Jawabannya selalu sama: Indonesia. Banyak yang mengira itu karena aku orang Indonesia, wajar kalau membela negara sendiri. Tapi aku selalu berani bertaruh bahwa keindahan alam Indonesia, terutama wisata lautnya, mampu bersaing dengan destinasi mana pun di dunia.
Bulan Oktober 2025 ini aku kembali diingatkan betapa kayanya alam bahari Indonesia ketika berkunjung ke Pulau Obi, sebuah pulau yang terletak di Halmahera Selatan, Maluku Utara. Perjalanan menuju ke sana tidak singkat. Dari Jakarta, aku dan teman-teman terbang ke Ternate, lalu melanjutkan dengan pesawat baling-baling ke Labuha. Dari Labuha, perjalanan masih harus diteruskan dengan speedboat selama tiga jam menuju Pulau Obi. Melelahkan, iya, tapi semuanya terbayar lunas ketika keesokan harinya kami island hopping ke berbagai spot menakjubkan.

Pulau Telor
Pulau pertama yang kami datangi adalah Pulau Telor, rumah bagi blue hole yang terkenal cantik itu. Dari atas, warna biru lautnya seperti pulasan cat yang terlalu indah untuk nyata. Namun keindahan yang sesungguhnya justru menanti di bawah permukaan. Saat diving, pemandangan bawah lautnya tak kalah memukau, jernih, kaya, dan penuh kehidupan.


Pulau Pasturi
Spot kedua adalah Pulau Patsuri, yang dikenal sebagai lokasi scuba diving. Tapi ternyata bukan hanya penyelam yang bisa menikmatinya. Dngan snorkeling saja sudah cukup untuk melihat karang warna-warni dan ikan-ikan kecil yang berenang bebas. Airnya begitu bening, hingga dari permukaan pun terlihat seperti kaca. Di pulau ini kami juga ikut menanam karang di reef cubes, sebuah pengalaman kecil namun berarti untuk menambah kehidupan baru di bawah laut.


Pulau Gomu-Gomu dan Mala-Mala
Selain menyelam, kami juga singgah di pesisir Pulau Gomu-Gomu dan Mala-Mala yang terasa seperti private island. Tak ada siapa-siapa selain suara ombak dan angin ringan. Kami menghabiskan waktu dengan berenang dan berbincang santai di pinggir pantai. Seolah waktu berputar lebih lambat di tempat seperti ini.


Masih berdekatan dengan Pulau-pulau di atas, terdapat Desa Kawasi. Kami berjalan sore dan mampir ke sekolah tempat anak-anak Desa Kawasi menuntut ilmu. Betapa bahagianya aku melihat senyum dan semangat adik-adik untuk belajar. Salah satu program perusahaan di Pulau Obi juga menyediakan guru bahasa mandarin untuk masyarakat Pulau Obi yang mau belajar. Salut sekali rasanya mendengar cerita kalau beberapa murid rela menempuh waktu 1-2 jam untuk bisa belajar bahasa mandarin.
Desa Soligi
Kami juga mengunjungi Desa Soligi, desa pesisir yang sebagian besar warganya adalah nelayan. Kebetulan ketika kami tiba, para bapak baru pulang melaut dengan hasil tangkapan yang besar-besar. Aku bahkan sempat memegang salah satu ikan seberat lima kilo yang baru mereka tarik dari laut.


Ikan-ikan tersebut kemudian dibersihkan, dimasukkan ke dalam boks berisi es, dan disupply ke perusahaan di Pulau Obi. Pola pengolahan ini sudah berjalan lima tahun terakhir setelah warga mendapat pelatihan, mengatasi masalah oversupply yang sebelumnya membuat hasil tangkapan mereka tak termanfaatkan dengan baik.


Mama-mama di Desa Soligi juga tak kalah baik hati. Mereka menyiapkan hidangan khas Pulau Obi untuk kami. Menikmati makan siang di pesisir yang bersih sambil mendengar deburan ombak adalah pengalaman sederhana tapi sangat berkesan.
Area Reklamasi
Di hari terakhir, aku dan teman-teman mengunjungi area reklamasi yang mulai dibangun tahun 2019. Dari titik tertinggi, kami bisa melihat hamparan Pulau Obi dari kejauhan. Tempat yang dulu merupakan lahan tambang kini telah berubah menjadi hutan muda yang rindang.


Pohon pinus, mahoni, citronella, cemara laut, dan berbagai jenis lain tumbuh subur di atas top soil yang sebelumnya dikumpulkan dan disiapkan. Melihatnya, aku belajar satu hal penting: alam bisa bangkit jika diberi kesempatan kedua, dan manusia punya peran besar untuk mewujudkannya.

Pulau Obi bukan hanya tentang laut biru yang menenangkan atau karang yang menari di antara arus. Bukan pula hanya tentang private beach atau islands hopping yang memanjakan mata. Obi adalah kisah tentang kehidupan pesisir, tentang manusia yang bersahabat dengan alam, dan tentang harapan yang tumbuh pelan-pelan.

Dan ketika kapal kami kembali bergerak meninggalkan pulau itu, aku sadar: Perjalanan bukan hanya tentang tempat yang kita datangi, tapi tentang bagaimana sebuah tempat mengubah cara kita memandang dunia.

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.










