
Pinyaram, nama penganan ini tidak asing bagi masyarakat Sumatra Barat. Pinyaram merupakan salah satu kuliner tradisional khas Minangkabau berjenis kue. Jika diperhatikan, sekilas memang menyerupai kue Cucur. Namun, tentunya terdapat perbedaannya.

Dalam tulisan Eveline Y. Bayu disebutkan, jajanan tradisional ini sudah tersebar di pulau Jawa, Madura, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi. Mengenai cerita dan asal usul kue cucur pun beragam. Keberadaan kue cucur juga terdapat di Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Srilanka dan India.
Di Brunei Darussalam dikenal dengan nama kuih pinyaram. Di Thailand dikenal dengan nama khanom fak bua atau khanom chuchun . Di India dikenal dengan nama neyyappam.

Secara historis, tidak ada literatur yang menceritakan asal muasalnya lahirnya Pinyaram di Bumi Minang. Jika ada kaitannya dengan zaman kerajaan atau kolonial tempo dulu, mungkin bisa jadi dibawa dari para pedagang yang berlabuh di Minangkabau, kemudian menetap dan beradaptasi dengan masyarakat setempat. Ini baru semacam asumsi saja.

Ada Limpiang Pinyaram, Khas Solok Selatan
Mencicipi Pinyaram Kayu Tanam yang Penuh Rasa
Kuliner ini termasuk jajanan pasar. Menariknya akan mudah dijumpai di daerah Kayu Tanam, Kabupaten Padang Pariaman. Pinyaram ini masuk top ten kuliner khasnya. Bahkan tempatnya dikenal dengan sebutan Kelok Pinyaram.
Soal rasa, Pinyaram ini memiliki taste yang enak, campuran antara gurih dan manis. Bahan dasarnya terbuat dari campuran tepung beras, gula aren atau gula pasir, vanili, dan santan kelapa yang kemudian digoreng. Semakin tradisonal proses pembuataannya, maka katanya semakin enak rasanya. Terutama tepung berasnya.

Belakangan sudah banyak varian rasa terlihat dari warna Pinyaramnya dan ukurannya pun lebih imut seperti yang dijajakan di daerah Kayu Tanam. Untuk Pinyaram yang original berwarna putih kecoklatan dan kecoklatan, warna kehijauan merupakan rasa pandan, dan warna ungu berbahan dari umbi ungu. Bahkan ada kreasi rasa durian. Pinyaram ini dapat bertahan hingga 4-7 hari, tergantung jenis rasanya.

Tiap kali perjalanan pulang, semisal dari Kota Bukittinggi saya selalu menyempatkan diri untuk membeli Pinyaram yang dijual persis di tepi jalan raya. Terkadang jika “ngidam” Pinyaram saya bela-belin untuk membelinya. Kadang, bila ada teman yang pulang kampung dari arah Bukittinggi atau Payakumbuh, pasti saya nitip.
Kue ini termasuk favorit saya. Pinyaram sudah menjadi buah tangan bila berkunjung ke Ranah Minang.
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan dan foto ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.