
karnaval politik dan kontestasi kekuasaan serta praktek demokrasi lebih
difokuskan pada gerakan pangan lokal berbasis kearifan gastronomi,
diyakini negeri ini mampu memberi kemakmuran bagi rakyatnya. Sebaliknya,
bila terus terjebak pada semata-mata kebebasan berekspresi seperti yang
dilihat selama ini, kita akan jadi beban bagi kita sendiri malah dunia.
Untuk
itu, kita sebagai anak bangsa harus berperan secara pro-aktif sebagai
suporter dan katalisator. Kita harus memahami perubahan budaya makan
masyarakat. Bukan waralaba asing yang sesungguhnya menjajah Indonesia.
Elite penguasa gagal menangkap perubahan selera bangsa sendiri. Tanpa
itu, suara- suara kritis yang mengatakan bahwa makanan asing telah
menggeser makanan lokal akan semakin menebar.
Perjuangan ini
semua bukan hanya ada di wilayah kekuasaan Pemerintah, sudah saatnya
merangkul inisiatif kerjasama dengan semua elemen Bangsa Indonesia untuk
turut bahu-membahu membangkitkan pelestarian kearifan gastronomi lokal
bangsa ini. Upaya mengembangkan potensi masyarakat bagi pemberdayaan
gastro-kuliner di Indonesia perlu di sosialisasikan, mengingat upaya ini
tidak mungkin hanya dilakukan oleh orang-perseorangan, maupun oleh satu
dua kelompok atau organisasi atau oleh Pemerintah saja. Tantangan
masalahnya terlalu besar.
Belum ada infrastruktur, kelembagaan
dan kebijakan dari berbagai komponen anak Bangsa yang solid dan terarah
mendukung maupun mendorong secara intensif usaha-usaha yang efektif
untuk menghimpun, menyatukan dan memperkuat gerak langkah bersama dalam
menghadapai tantangan pelestarian gastro-kuliner di negeri ini.
Kontribusi anak Bangsa dalam bidang gastro-kuliner Indonesia sangat
potensial, khususnya bila daya kemampuan mereka
ditransformasikan menjadi sesuatu yang lebih berarti.
Jangan
sampai kemerdekaan masyarakat tak terwujud, stabilitas politik pun bisa
terancam setiap saat karena rakyat lapar. Ini disebabkan, meminjam
istilah Mahatma Gandhi, ”Bagi orang yang kelaparan, roti adalah Tuhan.
Karena itu harus tersedia di setiap rumah.”
“Hiduplah tanahku,
hiduplah negeri, bangsaku, rakyatku, semuanya. Bangunlah Jiwanya,
Bangunlah Badannya, untuk Indonesia Raya.” Inilah syair lagu sekaligus
doa bangsa Indonesia. Hiduplah tanahku dengan membangun badannya.
Hiduplah negeriku dengan membangun jiwanya. Menghidupkan Nusantara hanya
bisa dilakukan dengan membangun jiwa serta membangun badannya dengan
mencangkul tanah airnya. Kebangkitan kearifan gastronomi lokal terjadi
karena bertemunya jiwa dan raga, pikiran dan perut, esensi dan
eksistensi, visi dan aksi, serta ideologi dan pangan kuliner lokal
negeri sendiri sebagai sumber energi rakyat Indonesia. Kembalikan
kearifan gastronomi lokal sebagai inspirasi anak negeri di Bumi
Pertiwi.
Dirgahayu Indonesia-Ku .. Dirgahayu Bangsa-Ku

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.