Umum

Saat “Ramadan di Kebun”, Masjid Kifayatul Abidin Curi Perhatian


“Dek, musalanya ada di sebelah mana ya?”. Oh, adanya masjid Pak. Nanti dari stage area, petunjuk arah ke masjidnya ada di sebelah kanan. Dari situ sudah kelihatan masjidnya. Namanya Masjid Kifayatul Abidin, Pak”.

Usai bertanya dan mendapatkan jawaban yang ramah dari salah satu panitia “Ramadan di Kebun” di Kebun Raya Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat beberapa hari lalu, saya langsung ke masjid itu sendirian karena penasaran.
Jujur agak surprise juga, ternyata di Kebun Raya Bogor ada masjid. Selama ini saya tahunya cuma masjid yang ada di dekat Museum Kepresidenan RI, karena dulu pernah salat di sana sewaktu liputan.
Usai keluar dari stage area ke arah kanan, saya temukan plang bertuliskan  arah masjid. Selanjutnya menyusuri setapak paving block. Dari kejauhan masjid tersebut nampak seperti berada di dalam hutan lantaran dikelilingi pepohonan besar dan rimbun. 
Keberadaannya yang seperti itu, justru semakin mencuri perhatian saya.
Setelah saya perhatikan lebih seksama, boleh dibilang masjidnya sederhana dan tidak terlalu besar, dan berarsitektur Jawa.  Bagian atapnya berupa limasan tiga tingkat berwarna coklat gelap. Sedangkan di puncak atapnya terdapat ornamen ber-lafaz Allah.
Mumpung masih sore dan belum gelap. Saya susuri setapak paving block itu sampai ke Masjid Kifayatul Abidin. Sebelum sampai di halaman depan masjid terdapat Taman Quran. Sedangkan di bagian depan masjid  terdapat kolam.
Selanjutnya saya abadikan pula bagian dalam masjid atau interiornya. Di dinding sebelah utara tertanam prasasti peresmian masjid. Masjid dibangun atas bantuan Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila, dan diresmikan oleh Presiden RI sekaligus Ketua Yayasan, Soeharto.
Usai mengabadikannya saya kembali lagi ke tempat 4 teman saya (Faqih, Reni, dan Fatir, dan Arman) berada di bagian belakang stage area.
Tapi yang saya temukan hanya Faqih. “Yang lain kemana Qih?” tanya saya. “Lagi beli takjil di area kuliner, itu di sana bang,” jawab Faqih.
“Pasti, tadi bang Adji nanya musala atau masjid sama panitia dan langsung survey ya,” ujar Faqih. “Kok, lo tau Qih?”. 
“Ya, itu kan udah ciri khas bang Adji dari dulu. Kalo lagi ke pelosok atau nanjak gunung, kalau belum melihat masjid atau musala, diam-diam pasti nanya sama warga setempat, terus salat di sana, iya kan,” balas Faqih.
“Lo kayak detektif aja, suka nyelidik tapi benar hehehe,” ujar saya.
“Untuk soal yang satu ini, maksud gue soal salat di manapun, bang Adji emang agak laen. Gue salut bang,” kata Faqih.
“Biasa aja kali, Qih. Maklumin aja umur gue kan udah nggak muda lagi,” balas saya.
“Sejak gue kenal bang Adji pertama kali di Gunung Salak, gue agak kaget ada pendaki senior yang nggak pernah ninggalin salat. Dan waktu itu bang Adji nggak pernah nyuruh atau ngajak orang lain salat karena mungkin baru kenal. Tapi secara nggak langsung bang Adji itu udah ngasih contoh baik. Keimanan gue waktu itu berasa “ditampar”,” ungkap Faqih pajang lebar.
“Sejak itu, kalau lagi nanjak gunung bareng bang Adji, gue jadi ketularan rajin salat, dan alhamdulillah keterusan sampai sekarang bang walupun udah nggak mendaki lagi,” tambah Faqih.
“Ah biasa aja kali Qih. Kan salat itu emang kewajiban muslim. Tapi, alhamdulillah gue senang dengarnya,” balas saya.
“Gue juga sering lihat baca tulisan tentang masjid yang bang Adji buat di website-nya dan lihat konten masjid di IG atau tiktok bang Adji. Sumpah, keren-keren bang. Suatu saat gue juga pengen bisa begitu,” tambah Faqih. 
Magriban Berjemaah 
Obrolan kami berhenti ketika Reni, Fatir, dan Arman datang membawa bermacam takjil antara lain, kolak pinang (pisang nangka), bermacam gorengan, sosis bakar, dan tentunya es teh manis.
“Harga makanan dan minumannya relatif ramah di dompet. Biasanya kalo di festival atau konser musik, mahal-mahal,” ujar Reni.
Oiya nanti kita magriban berjemaah dimana ya Qih. Dari tadi gue nggak liat booth musala,” tanya Reni yang memakai hijab.
“Tenang Ren, bang Adji kayaknya udah tau dimana masjidnya, tadi dia nanya sama panitia dan langsung survey,” ungkap Faqih.
“Itu di sana, agak jalan sedikit dari stage area. Nanti tinggal ikutin petunjuk arah ke masjid,” balas saya.
Selepas berbuka puasa dengan bermacam takjil, kami segera ke Masjid Kifayatul Abidin untuk menunaikan salat magrib berjemaah. 
Nggak nyangka di sini ada masjid,” ujar Reni. “Iya benar banget, jadi kalau ada acara musik kayak begini ngebantu banget penonton yang ingin salat” timpal Fatir. “Pantes panitianya nggak buat booth Musala, ternyata stage area-nya dekat sama masjid ini,” ungkap Arman.
Mendengar obrolan mereka, jujur saya senang karena apa yang mereka rasakan dan utarakan itu benar. Keberadaan masjid Kifayatul Abidin, bukan cuma mencuri perhatian pun sangat membantu penonton “Ramadan di Kebun” menunaikan kewajiban sebelum menyaksikan penampilan penyanyi ataupun band favoritnya.
Naskah & foto/vodeo: Adji TravelPlus IG @adjitropis, TikTok @FaktaWisata.id
Captions:
1. Masjid Kifayatul Abidin diantara kelebatan pepohonan di Kebun Raya Bogor.
2.
3.
4.
5.


, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top