Bulan Oktober 2018 lalu, saya dan keluarga besar berkesempatan
untuk berkunjung ke Malaysia. Salah satu resto yang kami datangi
adalah McDonald’s Bukit Tinggi. Kami sangat terpesona dengan layanan
meja yang diberikan di sana dengan pelayanan yang baik dan suasana
yang nyaman. Dengan layanan ini, kami merasa lebih nyaman ketika
menikmati makanan di salah satu restoran McDonald’s terkenal di
Malaysia.
Tujuan utama kami ke Malaysia sebetulnya bukan untuk berlibur.
Tetapi, untuk hadir di acara ngunduh mantu. Setelah 2 minggu sebelumnya,
Om dan tante saya menikahkan putrinya di BSD.

Tadinya, saya mau menceritakan perjalanan ke Malaysia ini secara
berurutan. Termasuk cerita 1 keluarga yang pasportnya kerendem. Jadinya
batal ikutan ke Malaysia. Drama banget deh pokoknya hehehe. Tapi, cerita
tentang makan di McDonald’s Bukit Bintang dulu aja, deh.
McDonald’s atau KFC?

Ghea: “KFC atau McD?”
Saya: “Katanya paling enak KFC?”
Ghea: “Kalau kata Ghea, enakan McD, Teh.”
Saya: “Oh, gitu. Ya Teteh juga kata beberapa orang yang bilang KFC di
Malaysia lebih enak dari McD.”
Ghea: “Kalau dulu, Ghea juga lebih suka KFC. Tapi, gak tau kenapa,
kayaknya sekarang enakan McD.”
Saya: “Ya, Teteh terserah aja. Belum pernah nyobain keduanya kalau di
sini.”
Kira-kira seperti itulah obrolan saya dengan sepupu. Tentu aja gak pakai
debat. Lagipula yang namanya selera memang gak bisa didebat. Kata kita
enak, belum tentu bagi yang lain. Begitupun sebaliknya.
Tetapi, saat saya dan sepupu lagi menentukan mendingan makan di KFC atau
McD, saya tau persis ada satu orang yang kelihatan gak bersemangat. Yup!
Papah saya tentunya hehehe.
Papah saya gak suka makan fast food kalau gak terpaksa. Sehari sebelumnya,
kami sekeluarga sudah makan di KFC. Sengaja cari tempat makan cepat saji
karena kami harus mengejar kereta terakhir. Kali ini, dengan alasan waktu
terbatas pun papah kembali harus pasrah dengan keputusan makan di resto
cepat saji lagi 😁
Table Service di Restoran Cepat Saji

Akhirnya keputusan jatuh ke McDonald’s. Selain menurut sepupu saya
rasanya lebih enak, resto ini juga paling dekat dengan hotel tempat kami
menginap. McD bukit bintang ada di seberang Isetan dan stasiun MRT.
Lokasinya di hook dan berada di pusat keramaian, tidak sulit menemukan
resto ini.
Restonya lumayan luas, tetapi tetap aja antreannya panjang. Kecuali, di
self ordering kiosk yaitu semacam layar sentuh berukuran lebar di mana
kita bisa order secara mandiri. Begitupun dengan pembayarannya. Kita
tinggal menggesekkan kartu ke mesin EDC.
Gak tau kenapa, semua self ordering kiosk gak ada antrean sama sekali.
Mungkin karena mesin ini baru beroperasi tanggal 1 September 2018. Berarti
belum sampai 2 bulan saat kami ke sana. Bisa jadi belum pada terbiasa
order secara mandiri.
Papah pun bertanya ke sepupu saya, apa bisa pesan lewat mesin ini. Sepupu
saya bilang bisa, asalkan bayar pakai kartu. Ya sudah, daripada antre
panjang begitu, mending pesen mandiri aja. Sebetulnya kalau lihat
keterangan di layar, bisa bayar pakai cash. Tetapi, kami gak tau apakah
harus uang pas atau bisa kembalian. Biar praktis, mending pakaikartu aja,
deh.

jumlahnya

Cara pesannya mudah banget, kok. Kita tinggal sentuh apa aja makanan dan
minuman yang ada di layar yang mau dipesan. Setelah cek dan ricek,
kemudian lakukan pembayaran. Caranya dengan menggesek kartu yang ada di
mesin EDC. Saya gak tau apakah bisa pakai kartu debit. Kalau papah saya
membayarnya dengan kartu kredit. Jangan lupa ambil nomor antrean yang juga
ada di samping mesin.

Setelah proses pembayaran selesai, kami pun antre. Saat sedang antre,
seorang manager McD mendatangi kami. Katanya, kalau order lewat self
ordering kiosk, kami gak harus antre. Tinggal cari tempat duduk, nanti
makanan akan diantar. Wah, baru kali ini saya tau ada table service di
resto cepat saji.

dan minuman yang sudah dipesan
Kami langsung naik ke atas. Di sana areanya luas dan cukup senyap. Kami
memilih area yang agak ke pojok supaya bisa berkumpul dengan nyaman.
Sebetulnya enak juga makan di dekat kaca besar. Jadi bisa melihat
keramaian Bukit Bintang. Tetapi, karena di dekat kaca hanya meja yang
berjajar panjang dan menghadap searah memang kurang nyaman kalau makan
bareng keluarga. Berasa jadi kayak masing-masing.
Gak pakai menunggu lama, makanan yang order pun diantar ke meja. Yup! Di
sinilah letak perbedaannya. Kami tidak self service untuk urusan membawa
makanan.
Kalau untuk menu, gak jauh beda lah sama McD Indonesia. Pastinya ada nasi!
Iyeeess, ini lebih menyenangkan daripada di McD Singapore. Orang Indonesia
kayaknya masih hutuh makan nasi hehehe. Tetapi, ada juga menu yang gak ada
di Indonesia yaitu salad dan teh tarik. Kata sepupu saya, teh tarik di McD
termasuk yang enak. Saya gak sempat mencoba teh tariknya. Padahal Nai dan
sepupu saya juga order minuman ini.
[Silakan baca:
Bermain di Gardens by The Bay dan Mencari Oleh-Oleh di Mustafa
Centre]
Bagaimana dengan McDonald’s Indonesia?

Self ordering kiosk juga udah ada kok di beberapa gerai McD Indonesia.
Setidaknya saya pernah melihat di McD Sarinah Thamrin. Cara order dan
pembayarannya sama persis. Bisa pakai debit card.
Tetapi, perbedaannya dengan yang di Malaysia adalah Sahabat KeNai masih
harus antre lagi untuk mengambil makanan dan minuman yang dipesan. Ya,
saya sudah sudah bertanya terlebih dahulu ke salah satu kasir di sana.
Akhirnya saya memutuskan untuk antre di kasir aja karena kebetulan sedang
tidak ramai.
Saya gak tau apakah hanya di McD Sarinah Thamrin yang seperti itu atau di
seluruh gerai di Indonesia. Tapi, mau itu table service atau tetap self
service, bagi saya lebih baik biasakan untuk selalu membereskan sampah dan
tray. Kemudian diletakkan di tempat yang sudah disediakan.

McDonald’s Bukit Bintang, Malaysia
55100 Kuala Lumpur, Malaysia
Open hours: 24 hours

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.