
“Bukannya kamu sudah pernah pergi ke Papuma, Dik?”
Ya, beberapa tahun lalu saya pernah bepergian ke sana, tapi pesona Papuma masih menarik untuk dikunjungi. Bisa menikmati sunset dan sunrise di satu lokasi menjadi daya tarik tersendiri. Pengalaman menanti senja di Pantai Pulau Merah juga menjadi kesan tersendiri. Menebus kekecewaan karena kedatangan pertama saya di Pantai Pulau Merah pada tahun 2015 silam sudah terlampau malam, akhirnya saya pun mengulangi perjalanan ke pesisir selatan Kabupaten Banyuwangi tersebut. Kedatangan saya semakin terasa berkesan karena waktu itu bertepatan dengan musim buah naga merah yang hargannya terlampau sangat murah. Di sekitar pantai tersebut memang cukup terkenal sebagai daerah penghasil buah naga merah. Sayangnya, saat panen raya tiba, harga buah naga tersebut jatuh dan dijual murah, per-kilonya hanya dihargai tiga ribu hingga lima ribu rupiah saja.

Tahun 2016 juga banyak memberi saya kesempatan untuk terus belajar dan berbenah diri dalam hal tulis-menulis. Beberapa tawaran job review dan kerja sama sempat mampir untuk mengisi blog ini. Walaupun jujur semakin hari, saya merasa semakin malas untuk menulis di laman ini. Tak banyak tulisan yang berhasil saya posting di tahun 2016. Jujur, tahun 2016 menjadi tahun di mana saya mengalami sedikit perdebatan batin #ciyeee. Perdebatan untuk memilih antara menekuni hobi dan dijadikan sebagai profesi atau serius berkutat mencari pekerjaan tetap. Awalnya saya berpikir, sepertinya enak menjadikan hobi sebagai pekerjaan utama. I mean, menekuni hobi tulis-menulis sebagai sumber penghasilan utama. Namun, setelah berpikir sejenak, saya memutuskan untuk memisahkan antara hobi dan pekerjaan. Setidaknya, di saat saya bosan bekerja, saya masih bisa melarikan diri untuk melakukan hobi untuk mengalihkan kepenatan saya itu.
“Lalu, apa keputusan yang menurutmu yang paling berat untuk diambil di tahun 2016 lalu Dik?”
Apa ya? Memutuskan untuk pindah dan tidak menetap lagi di Jogja. Terhitung semenjak akhir bulan Juli 2016 saya sudah tidak menetap lagi di Jogja. Saya memutuskan untuk pulang ke kampung halaman saya di Sragen untuk beberapa waktu ke depan. Keputusan untuk pindah dari Jogja bagi saya merupakan salah satu keputusan hidup paling besar yang saya ambil di tahun 2016 lalu. Hampir dua minggu lamanya saya merasakan galau akut saat mencicil mengemasi barang-barang yang ada di dalam kost-an. Jogja bagi saya sudah seperti rumah kedua, di mana saya belajar banyak hal tentang kehidupan di sana. Meninggalkan teman-teman dan komunitas di sana, meninggalkan segala bentuk kenyamanan yang disajikan oleh Jogja, termasuk meninggalkan pondasi karir yang sudah mulai saya rintis, dan harus memulai kehidupan baru dari nol lagi di tempat baru menjadi sebuah keputusan yang cukup berat dalam hidup saya. Banyak yang menyayangkan pilihan saya tersebut. Ya, namun bukankah hidup memang harus mengalir, hidup harus berkembang bukan? Saat itu saya memang butuh menyepi, menepi sejenak dari hingar-bingar kehidupan untuk bisa merefleksi diri akan ke mana arah hidup saya ke depan nanti. Jika suatu hari nanti saya memutuskan untuk kembali ke Jogja, itu jadi perkara lain lagi 🙂
“Perjalanan paling berkesan di tahun 2016?”
Apa ya? Banyak sih ! Mungkin salah satu perjalanan paling berkesan di tahun 2016 adalah saat saya mengunjungi Pulau Bali pada bulan September lalu. Merasakan suasana Galungan di Desa Adat Penglipuran, menanti matahari pagi di puncak Gunung Batur, dan merasakan pengalaman merayakan Idul Adha di Pulau Dewata. Perjalanan saya ke Bali menjadi sebuah perjalanan religi tersendiri. Banyak pengalaman seru dan menarik, terutama tentang bagaimana wujud nyata dari bentuk toleransi antar umat beragama.
![]() |
Kemeriahan Penjor di Desa Penglipuran di kala Hari Raya Galungan, semoga tahun ini bisa merayakan Galungan di Bali lagi 🙂 |
Di penghujung tahun saya kembali mengunjungi Banyuwangi untuk menikmati Festival Ngopi Sepuluh Ewu. Merasakan langsung keakraban masyarakat Suku Using dalam menyambut para tamu. Merasakan kehangatan keluarga, bak bertemu dengan sanak saudara yang tinggal jauh walaupun kami sama sekali tidak saling kenal sebelumnya. Serta tak lupa obrolan tentang santet Banyuwangi yang katanya sudah cukup terkenal seantero negeri. Mungkin saya sudah terkena pelet dari Banyuwangi, buktinya tahun 2016 lalu saya sudah datang ke sana dua kali dan saya masih ingin kembali menjelahi Bumi Gandrung untuk perjalanan saya berikutnya, hihihi 🙂
Mencicipi langsung sajian ayam betutu Men Tempeh yang legendaris langsung di Gilimanuk juga menjadi pengalaman kuliner paling berkesan di tahun 2016 lalu. “Kapal-kapalan” dari Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk PP untuk bisa merasakan langsung kenikmatan olahan ayam betutu. Saya pikir, saya benar-benar selow ya, rela menyeberang pulau Bali untuk makan, lalu kembali lagi menyeberang ke Jawa untuk pulang !
![]() |
Pagi yang “kesiangan” di Pantai Sanur, Bali |
“Lalu, apa resolusimu di tahun 2017 ini Dik?”
Apa ya? Tak banyak resolusi yang saya buat di tahun ini. Di tahun 2017 ini saya tidak berharap muluk-muluk sih. Resolusi hidup yang ingin saya capai antara lain :
- Segera memperoleh pekerjaan tetap sesuai dengan kemampuan yang saya miliki. Saya mulai berpikir sekarang sudah saatnya saya benar-benar kembali menata hidup saya. Memperoleh pekerjaan tetap, penghasilan bulanan dan menata kehidupan finansial saya menjadi salah satu resolusi besar yang ingin saya capai di tahun ayam api ini.
- Menerapkan pola hidup sehat !
- Belajar membuat tulisan yang enak dibaca. Ya, semakin hari saya merasa semakin malas untuk membuat tulisan, sehingga berpengaruh terhadap kualitas tulisan saya yang semakin berantakan (kemudian lirik jumlah artikel yang berhasil saya posting di tahun 2016 kemarin). Setidaknya, tahun ini saya harus belajar untuk lebih rajin menulis, sehingga bisa memperbaiki kualitas tulisan saya.
Jodoh ? Nikah?

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.