
Tanakita Rain forest festival adalah cerita tentang perayaan tahun baru. Yup! Ini cerita tentang
tahun baru lalu yang belum saya publish. Kelamaan ditunda keburu ganti
tahun 😂 Etapi sebelum saya cerita, mau tanya dulu. Kalau KeNai suka
merayakan tahun baru, gak?
Kalau saya iya. Tapi bukan dengan menghabiskan waktu di jalan, cafe,
resto, hotel, atau di manapun. Saya lebih memilih berada di rumah saja
saat tahun baru. Alasannya hanya satu yaitu macet. Malas banget
menghadapi macet saat tahun baru.
Karena tahun baru biasanya bersamaan dengan masa liburan sekolah,
biasanya kami kumpul keluarga. Kalau udah kumpul keluarga besar kenapa
gak sekalian aja dibikin rame? Biasanya sih BBQ-an. Tapi paling
selambatnya pukul 10 malam udah pada tidur. Keluarga besar saya banyak
yang gak kuat begadang, termasuk yang muda-mudanya 😂
Tahun kemaren, benar-benar berbeda dari biasanya. Suami ngajak tahun
baruan di Tanakita. Saya sempat heran dan agak malas. Selama ini kalau
ke Tanakita lebih suka di saat lagi sepi tamu. biar makin berasa
syahdunya *apa, sih? 😁 Nah ini tumben-tumbenan suami ngajak tahun
baruan di sana. Sesuatu yang selama ini kami hindari. Tapi katanya
tahun ini event tahun baruannya agak berbeda.
Biasanya dimana-mana acara tahun baruan kan cuma diadakan sekian jam
aja. Tetapi di Tanakita malah 3 hari 2 malam. Ngapain aja selama 3
hari malam? Gak mungkin juga kan terus-terusan niup terompet dan bakar
kembang api? *Dan ternyata selama di sana gak ada bakar kembang api
atau terompetan 😄
Perjalanan Menuju Tanakita


Ayo ini Keke dan Nai lagi merhatiin apa?
Kami memilih naik kereta. Sebetulnya event Rain Forest Festival baru
dimulai keesokan hari. Tapi tetap aja kita anggap ini hari 1, ya. Biar
saya gampang ceritainnya 😁
[Silakan baca:
Kalau Roker The Flash ke Tanakita]
Di hari pertama, tamu belum banyak yang berdatangan. Aktivitas event
pun belum ada karena masih dipersiapkan. Nai memilih untuk
mengeluarkan peralatan menggambarnya. Kadang-kadang kami membuat
video. Dan main perosotan pada sore hari. Pokoknya di hari pertama
masih aktivitas bebas, lah.
Aktivitas Rain Forest Festival Dimulai

Pagi-pagi, saya dan suami udah jalan-jalan ke danau Situ Gunung.
Anak-anak memilih tetap tidur di tenda. Tapi, lagi-lagi kami masih
belum berhasil mengejar matahari terbit di danau. Padahal udah
berangkat lebih pagi dari pengalaman sebelumnya. Apa iya lain kali
harus subuhan di sana?
Gagal melihat sunrise, kami putuskan untuk mengelilingi danau. Saya
baru kali ini melihat aktivitas pagi di danau Situ Gunung. Belum ada
satupun wisatawan kecuali saya dan suami. Tetapi sudah ada beberapa
orang warga sekitar yang memancing ikan. Saya gak tau ada ikan apa aja
karena selama kami di sana sepertinya belum ada satupun yang berhasil
mendapatkan ikan.

Terbersit rasa sedih di hati saya. Apakah mereka mencari ikan untuk
makan keluarga? Belum lagi kalau melihat tempat peristirahatan mereka
yang sangat sederhana selama memancing. Hanya beratampak plastik apa
adanya dan beralaskan terpal atau plastik. Masing-masing membawa
selembar sarung untuk menyelimuti badan supaya gak dingin. Dan ada
ceret yang sudah gak mulus lagi untuk memasak air.
Sejak pukul berapa mereka datang ke danau ini? Entahlah. Saya gak
ingin mengganggu mereka yang sedang memancing. Ya Allah, semoga
dimudahkan rezeki untuk mereka kalau memang untuk mencari nafkah yang
baik. Aamiin.

Sampai di Tanakita, Nai dan Keke sudah bangun. Mereka sedang asik
bikin video lagi. Kemudian saya bermain perosotan dengan Nai. Satu per
satu tamu mulai berdatangan. Dari pagi sampai siang masih acara bebas.
Acara Rain Forest Festival pun dimulai tepat pukul 3 sore.

Untuk hari kedua, acaranya masih santai banget. Membuat terompet dan
pondok rajin. Ada juga aktivitas flying fox tapi Keke dan Nai gak mau
ikutan. Keke memang gak terlalu suka main flying fox. Sedangkan Nai
lagi bosan. Entah udah berapa kali dia main flying fox di Tanakita,
makanya dia bosan. 😂
Menghias Terompet

Keke yang tadinya gak tertarik malah lama kelamaan ikutan asik menghias
terompet

Terompet yang sudah selesai dihias kemudian divernis supaya mengkilap.
Setelah itu dijemur hingga kering
Nai memilih membuat terompet untuk aktivitas Rain Forest pertama.
Kalau Keke lebih memilih sibuk dengan gadgetnya. Tapi lama kelamaan,
dia ngedeketin dan mulai ikutan bikin terompet juga. Terompet yang
dibuat ini berbeda dengan terompet tahun baru pada umumnya. Kalau ini
terbuat dari batok kelapa. Terompetnya sih udah jadi. Para tamu
dibebaskan memilih terompet kecil atau besar. Setelah itu dihias
sesuai daya kreativitas masing-masing.
Pondok Rajin


Ini salah satu hasil kerajinan di Pondok Rajin
Pondok Rajin adalah area kerajinan lainnya. Di sini, peserta diajak
untuk bikin kerajinan yang terinspirasi dari dream catcher. Seluruh
alat dan bahan disediakan oleh panitia. Setelah selesai menghias
terompet, Nai lanjut ke Pondok Rajin. Tapi kali ini Keke gak mau
ikutan.
Serunya Main Pepeletokan
Meskipun Keke gak mau ikutan bikin kerajinan di pondok rajin, gak
bikin dia main gadget terus. Malah dia asik main pepeletokan. Sahabat
KeNai tau apa itu pepelokan? Atau malah puas banget zaman kecil main
pepeletokan?

Gak ada capenya main pepeletokan seharian. Kejar-kejaran sambil main
tembak-tembakan 😂
Pepeletokan atau ada juga yang bilang pletokan adalah pistol-pistolan
dari bambu. Bentuknya gak seperti pistol tapi cara mainnya memang
seperti main tembak-tembakan. Pelurunya dari kertas atau tissue yang
sudah dibasahkan. Kalau agak dimodifikasi dikit bagian ujungnya,
suaranya bisa keras banget saat peluru ditembakkan. Keke dan Nai betah
banget main pepeletokan seharian. Mereka lari-larian, turun naik area
udah kayak gak ada capenya.

Mencari Kunang-Kunang
Setelah makan malam, para tamu diajak untuk mencari kunang-kunang.
Tadinya Nai gak mau ikutan dengan alasan cape dan bosan karena udah
beberapa kali ikut kegiatan mencari kunang-kunang di Tanakita. Tapi
begitu lihat mayoritas tamu pada ikutan, Nai pun berubah pikiran.
Kayaknya dia malas juga kalau kesepian di tempat.

Untung aja kami ikut karena rutenya baru lagi. Kali ini lumayan jauh
dan agak lama. Bahkan kami gak hanya diajak mencari kunang-kunang.
Kami dibawa ke satu tempat yang cukup lapang tapi gelap karena gak ada
penerangan sama sekali. Nama tempatnya adalah Tegal Arben.
Tegal Arben adalah salah satu area perkemahan di Situ Gunung. Saat
kami ke sana gak ada satupun yang sedang camping. Kami pun diminta
untuk berkumpul dan mematikan semua senter ketika di sana. Begitu
seluruh senter dimatikan, yang langsung terasa adalah gelap gulita.
Tapi lama kelamaan kami bisa melihat siluet pepohonan hingga para
peserta yang ikut. Kami pun diberi penjelasan bahwa mata pada dasarnya
bisa beradaptasi. Terbukti saat senter dimatikan, langsung gelap
gulita tapi gak berapa lama kemudian kami bisa melihat jelas seperti
siluet.
Tidak hanya itu, untuk sejenak kami diminta untuk tidak bersuara.
Bukan untuk mengheningkan cipta tapi kami diminta untuk mendengar
secara khusyuk suara-suara alam. Setelah sekian menit hening, guide
pun mengajak diskusi masih di lokasi yang sama. Bertanya kepada kami
suara apa saja yang terdengar. Beneran deh kalau kita mau hening
ternyata suara di sekitar tuh akan terdengar. Memberi saya sedikit
pelajaran bahwa kita pun harus sesekali belajar untuk mendengarkan.
Jangan hanya mau didengar dan heboh sendiri.
Takutkah malam-malam jalan ke hutan? Enggak juga. Mungkin karena
banyakan. Yang penting saling menjaga, berjalan hati-hati, dan tidak
berisik untuk hal-hal yang gak perlu. Paling saya agak sedikit
mengkeret saat di Tegal Arben. Di sana ada toilet umum yang sangat
gelap. Kayaknya malas aja saya camping di sana trus pengen ke toilet
di malam hari 😂

Dari Tegal Arben, kami melanjutkan perjalanan. Sampai di satu area
lagi yang lumayan lapang. Tempat RRECFEST diadakan. Kami diajak untuk
melihat kunang-kunang. Jangan berharap akan melihat kunang-kunang yang
sangat banyak seperti di film The Good Dinosaur, ya. Kunang-kunang
adalah indikator udara bersih. Setidaknya masih bisa melihat beberapa
kunang-kunang setiap kali ke Tanakita. Menandakan udara di sana masih
cukup segar untuk dinikmati. Apalagi buat kita yang terbiasa hidup di
kota besar, melihat kunang-kunang adalah kenikmatan.
Pleeeeeaaaaassseeee … jangan merengek untuk dibawa pulang
kunang-kunangnya. Biar aja kita menikmatinya di alam terbuka.
[Silakan baca:
Piknik Asik di RRREC Fest In The Valley 2016]
Setelah melihat kunang-kunang, kami pun kembali ke Tanakita. Ada yang
langsung kembali ke tenda masing-masing. Ada yang memilih untuk
berkumpul sambil menikmati aneka camilan yang disediakan Saya dan
anak-anak memilih untuk beristirahat. Masih banyak kegiatan keesokan
harinya. Simpan tenaga jangan sampai kecapean dan sakit.
Bersambung …

Tanakita
Kadudampit, Gede Pangrango
Sukabumi, Jawa Barat 43153
Telp: 021-7200469 (Rakata Adventure)
www.tanakita.id

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.