![]() |
Spot yang menjadi ikon Pantai Tanjung Bira |
![]() |
Dari kijang, perjalanan menuju ujung pulau Sulawesi |
![]() |
Pantai Kaluku, tempat pembuatan kapal pinisi |
Sebelum sampai di pantai Tanjung Bira, si Bapak memberhentikan mobilnya di pinggir jalan. Kami diberinya kesempatan untuk menikmati nyiur dan angin laut di atas tebing pantai Kaluku. Cerah sekali sore itu. Kemudian kami di drop di kompleks penginapan Tanjung Bira. Di sana kami berpamitan dan mulai mencari penginapan yang sudah saya googling sebelum berangkat.
![]() |
Terima kasih, Bapak! |
Penginapan itu namanya Sunshine Guest House, yang miliki oleh seorang perempuan Bugis asli, Nini kami memanggilnya dengan suaminya Gav yang berdarah bule. Lokasinya berada di kiri jalan ke arah pantai. Untuk menuju kesana, dari plang yang bertulisan nama penginapan, kita masuk melalui gang kecil sampai mentok. Posisinya lebih tinggi dari penginapan-penginapan yang sebelumnya kami lewati. Jadi perlu sedikit usaha ekstra untuk sampai ke Sunshine. Setelah sampai, kita menunggu lobi yang terbuka luas. Pemandangan laut bisa langsung dilihat dari sana. Setelah ngobrol sebentar dengan Nini, kami diantar ke kamar yang ada di lantai 2. Untuk permalamnya kami di charge 150 ribu/kamar. Sudah termasuk sarapan pagi.
![]() |
Penginapan yang kami tinggali selama tiga hari dua malam di Tanjung Bira (Pagar masuk, plang penginapan, dan balkon depan) |
Karena hari mulai senja, kami pun bergegas menuju Pantai Kaluku untuk melihat proses pembuatan Pinisi sekaligus mengejar matahari tenggelam. Lumayan jauh untuk berjalan kaki sampai kesana. Kami pun mendapat tumpangan “gratis” dari abang-abang yang memaksa kami menggunakan jasa speedboatnya untuk hopping island ke Pulau Kambing esok harinya. Karena udah dipaksa banget, dan males diikutin yaudah deh akhirnya kami nurut aja. Di pantai Kaluku kami menghabiskan waktu hingga langit tertutup awan gelap. Kami tidak bisa melihat senja sore itu, langit mendung mengharuskan kami kembali ke penginapan.
![]() |
2 tiang 7 layar Demi ini kami berdua kabur dari hiruk pikuknya kota metropolitan. |
![]() |
Snorkeling di sini! |
![]() |
Surga dunia, ah~ (courtesy photo by danceuu) |
Spot pertama adalah snorkeling di pulau Kambing. Pulau ini letaknya lumayan jauh dan tidak semua trip menyediakan paket ke sana. Biasanya hanya ke pulau Liukang Loe saja. Berhubung kami ke Tanjung Bira tanpa bawa dokumentasi underwater, jadi cuma ada foto di atas permukaan saja ya. Sebetulnya, underwater pulau Kambing tuh kece abis. Saya hampir dua jam di sana nggak mentas-mentas. Struktur karangnya vertikal, jadi kalo diving pasti lebih keliatan. Selain snorkeling, kami main ke dalam goa tepat di bawah pulau Kambing. Untuk menuju ke goa ya kami harus berenang! Hati-hati ya karena banyak ular laut yang bersembunyi di bebatuan kata si abang.
![]() |
Goa yang terlihat dari luar (atas), dan dari dalam (bawah) |
Dari pulau Kambing, kami lanjut hopping island ke pulau Liukang Loe. Di sana kami leyeh-leyeh juga sampai menjelang sore. Memesan indomie goreng (kayaknya tiap ngetrip ngga bisa lepas dari ini) dan makan di kursi malas menghadap laut.
![]() |
Abis kekenyangan mie goreng (courtesy photo by danceuu) |
Karena kami punya banyak waktu bebas, kami pun mencoba eksplor pulau Liukang Loe. Berjalan menyusuri sepanjang garis pantai. Bertemu dengan bapak nelayan yang sedang menyulam jaring ikan. Bermain dengan anak-anak pulau hingga ke dermaga.
![]() |
Mereka sangat narsis dan lucu. Beberapa kali nyebur karena pengen difoto. |
![]() |
Dermaga di pulau Liukang Loe |
![]() |
Pantai Bara dari boat |
![]() |
Nyiur |
![]() |
Nyiur |
Dari pantai Bara kami kembali ke pantai Tanjung Bira menggunakan boat si abang. Sebenarnya bisa saja kami berjalan menyisir garis pantai hingga ke Bira, namun karena sudah lelah si abang masih setia menemani kita sampai kembali ke Bira. Lalu kami kembali ke rumah Nini untuk bilas badan yang udah lengket sejak dari pulau Kambing. Kami habiskan sore di balkon rumah nini hingga senja menyapa. Beruntung sekali hari itu, warna jingga matahari menemani sore kami sambil duduk di kursi malas.
![]() |
Dari balkon rumah |
![]() |
Lupakan penat |
Pagi hari esoknya, kami masih malas untuk bangun. Mobil yang menjemput kami baru datang jam 10 pagi. Oiya, untuk kembali ke Makassar bisa reservasi lewat Nini. Karena kendaraan menuju Makassar terbatas. Setelah baru benar-benar terbangun pukul 7 pagi, saya packing dan bergegas ke pantai Tanjung Bira.
![]() |
View kayak gini yang bikin males pulang ke Jakarta |
Jarak dari rumah Nini ke pantai Bira tidak terlalu jauh. Sebelum sampai di pantai Bira, di sebelah kanan terdapat toko oleh-oleh yang berjejer.
![]() |
Dapet sarung pantai. Meskipun saya nggak pernah beli oleh-oleh, setidaknya tiap ke pantai saya beli sarung untuk saya sendiri karena fungsional sekali |
Kami memang belum sempat eksplor pantai Tanjung Bira, terutama di spot yang jadi ikon pantai ini. Rumah kayu yang berjejer di tebing, lalu dibawahnya terbentang laut dengan warna yang biru. Oleh karenanya, sebelum meninggalkan Bira, saya sempatkan ke sana meski sendirian meninggalkan danceu yang masih nyenyak di tidurnya.
![]() |
Aduh pengen loncat! |
For your information

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.