Destinasi

Temu Kangen di Ridho Restu, Bubur Ayam Enak di Bekasi

Bubur ayam tuh menu sarapan atau untuk orang sakit. Awalnya, saya
berpikir seperti itu dan gak pernah kepengen makan di waktu lain. Tapi,
prinsip ini mulai berubah setelah mengenal bubur ayam cina bernama Ridho
Restu.

bubur ayam china enak

Apa bedanya bubur ayam China dengan bubur ayam Indonesia?

Bubur China atau Tionghoa tampilannya lebih sederhana. Buburnya polos,
tapi rasanya sudah cukup gurih. Tektur buburnya lebih lembut. Gak padat,
gak kecairan. Taburannya biasanya cakwe, ayam, dan daun bawang. Disediakan
juga topping lainnya untuk tambahan.

Sedangkan bubur Indonesia biasanya
tampilannya lebih ramai. Biasanya ada tambahan kuah dan toppingnya lebih banyak. Tapi, bubur Indonesia juga banyak ragamnya, lho. Yang saya tau ada bubur manado, bubur sukabumi, bubur cirebon, bubur bandung, bubur ase, dan mungkin masih banyak lagi.

Tuh, di Jawa Barat aja yang saya tau ada 3 macam bubur yaitu sukabumi, cirebon, dan bandung. Kalau bubur China ini agak mirip bubur bandung. Tapi, setahu saya beda di teksturnya buburnya. Kalau yang bandung lebih kental. Btw, tolong koreksi kalau saya salah, ya. Karena ini berdasarkan pengalaman saya aja.

[Silakan baca: Sarapan di Bubur Ayam Bejo Kosambi, Bandung]

Hampir Setiap Malam Makan Bubur Ayam Ridho Restu

menikmati bubur ayam di malam hari

“Wah! Ke mana aja, Mas? Ada ya 5 tahunan gak ketemu. Saya kadang
kepikiran lho mas nih ke mana aja, gak pernah makan di sini lagi.”

Penjualnya langsung menyapa suami dengan antusias begitu kami datang.
Jadi lah mereka berdua ngobrol. Saya hanya menyimak, paling sesekali
nimpalin obrolan.

Dulu, ketika kami masih tinggal di Bekasi, hampir setiap malam suami
makan bubur ayam Ridho Restu. Lha, memangnya gak makan malam di rumah?
Tentu makan, dong. Nanti saya ngomel karena udah masak, tapi gak dimakan
wkwkwkw.

[Silakan baca:
Sarapan di Bubur Ayam Bejo Kosambi, Bandung]

Cerita Inspiratif dari Tukang Bubur

lokasi bubur ayam enak di bekasi

Ini bukan cerita tentang sinetron tukang bubur naik haji, ya hihihi. Kami
sudah gak pernah makan di sini sejak pindah rumah. Udah gitu ketemu
pandemi sekitar 2 tahunan. Memang selama pandemi, kami jarang banget jajan
makanan/minuman apapun. Jadi, kurang lebih 5 tahunan lah gak ke bubur ayam
Ridho Restu.

Mengejutkan sekaligus menyenangkan karena penjualnya masih ingat dengan
suami. Kalau sama saya baru ketemu. Biasanya suami bawa pulang seporsi
bubur saat saya sakit. Jadilah sambil makan diajak ngobrol.

Obrolannya random, tapi cerita tentang pandemi terasa inspiratif bagi
saya. Penjualnya bercerita di tahun pertama berasa banget sepinya. Nyaris
gak ada kendaraan yang lewat. Benar-benar sepi!

Tahun kedua pandemi, mulai ramai lagi pembeli. Tapi, hanya menerima
pesanan untuk dibungkus. Ramai dari pelanggan yang kangen bubur ayamnya.
Juga ramai karena saat pandemi kan banyak yang sakit. Biasanya bubur jadi
pilihan makanan bagi yang sakit.

kisah inspiratif penjual bubur ayam ridho restu
“Sekarang, pakai asisten, ya?”

Penjualnya cerita kalau sekarang punya 2 asisten. 1 orang membantunya,
satunya lagi berjualan di tempat lain. Padahal, ya, tadinya selalu jualan
sendirian selama bertahun-tahun. Gak punya cabang di manapun. Tetapi,
setelah pandemi malah semakin laris jualannya. MasyaAllah.

Menarik
menyimak cerita tentang perjuangannya selama menjadi penjual bubur. Dapat
tips memilih lokasi jualan hingga jungkir baliknya selama pandemi. Menurut
saya, selain rasa buburnya yang enak, penjualnya memang ramah kepada semua
pelanggan. Selalu disapa dan diajak ngobrol.


“Tumben sendirian, Mbak. Biasanya setiap pulang kantor selalu ajak
temannya makan di sini.”
“Ini bubur buat istri ya, Pak Haji?”

Ya, saya pun menyimak ketika penjualnya menyapa para pembeli. Beberapa
terlihat memang sudah berlangganan lama. Bahkan, sama suami pun masih
ingat. Padahal udah 5 tahunan gak makan di sini.

Jadi, teringat dengan penjual mie yamin langganan saat saya masih SMA.
Sekian tahun gak pernah makan di sana, tetap aja mamangnya ingat. Padahal
sekian tahun, wajah dan badan mungkin udah mengalami perubahan, ya,
Hal-hal seperti itu terasa menyenangkan, lho.

Review Bubur Ayam Ridho Restu

review bubur ayam ridho restu

Di tempat kami tinggal sekarang jarang banget yang jual bubur China. Cuma
ada 1 tukang bubur pake motor yang jualannya setiap pagi. Lebih mudah cari
yang jualan bubur ayam Sukabumi. Kami juga suka, tapi tetap lebih enak
bubur ayam China.

Suka sedih kalau lagi sakit. Karena dulu suka dibawain bubur ayam Ridho
Restu atau yang di Barito. Tapi, kantor suami udah pindah lokasi pula.
Sekarang jauh banget dari Barito 😅.

Makanya jadi suka bikin sendiri. Sejak itu, deh, makan bubur ayam gak
lagi hanya untuk sarapan atau sakit. Tapi, enak dinikmati kapan pun.
Hikmahnya di situ. Jadi bisa bikin bubur ayam hahaha.

perbedaan bubur china dan bubur sukabumi

“Gimana, Mas? Buburnya masih enak, gak?” tanya penjualnya.
“Masih sama rasanya kayak 5 tahun lalu,” jawab suami.

Kalau masih sama, berarti masih enak, dong, Karena gak mungkin dulu suami
makan melulu di sana kalau rasanya gak enak.

Sepintas, seporsi bubur ayam Ridho Restu kayak sedikit. Padahal buat saya
dan suami, porsinya cukup mengenyangkan. Lagipula, saya memang kurang suka
sama sajian makanan atau minuman yang sampai melimpah dna tumpah-tumpah.
Mendingan mangkok atau gelasnya digedein, deh.

Teksturnya mirip kayak bubur china pada umumnya. Gak kekentalan, tapi
juga gak kecairan. Ya, memang kalau dibandingkan bubur Indonesia,
teksturnya lebih cair.
ridho restu bubur ayam enak di bekasi

Ada 3 pilihan bubur di sini. Bubur ayam biasa, pakai ceker ayam, atau
telur ayam kampung setengah matang. Kami memilih dikasih ceker. Gak banyak
sih cekernya, kayaknya cuma 2
sepasang kaki kiri dan kanan 😂. Ukurannya juga kecil,
mungkin pakai ayam kampung.

Di atas bubur, dikasih taburan cakwe dengan potongan cukup besar, sedikit
potongan kecil ayam, dan cheese stick. Kemudian seplastik kerupuk. Bisa
juga minta ditambahkan daun bawang dan emping.
 
Biasanya saya minta pakai emping. Tapi, kali ini lagi gak pengen. Minta
tambahin daun bawang. Potongan daun bawangnya besar-besar. Gak difoto, ya.
Karena saya penggemar bubur ayam diaduk. Baru dikasih daun bawang setelah
buburnya diaduk 😄.

Ukuran cheese sticknya agak berubah, nih. Seingat saya, dulu agak
gede-gede. Sekarang lebih kecil dan kurus. Kata suami, enakan yang
sekarang karena bisa lebih menyatu ke bubur. Meskipun rasa kejunya memang
kurang berasa, tapi enak suka sih dengan ‘kriuknya’.

rasa bubur ayam china rhido restu

Di meja juga disediakan sate-satean. Ada sate ati ampela ayam, sate telur
puyuh, dan sate usus. Ada juga telur rebus. Saya cukup nambah 1 tusuk sate
ati ampela ayam aja.

Saya kasih kecap asin sedikit saja karena buburnya udah cukup gurih.
Disediakan juga kecap ikan dan kecap manis, tapi saya skip keduanya.
Sambalnya cair banget. Tapi, pelan-pelan nuangin ke mangkoknya. Karena
dikasih sedikit aja udah berasa pedasnya.

2 porsi bubur ayam ceker, 2 tusuk sate ati ampela ayam, dan 2 gelas VIT
totalnya Rp38.000,00. Menurut kami harganya masih sangat bersahabat
banget. Gak sampai 50 ribu, kami berdua udah kenyang. Senang pula bisa
saling bertukar cerita.

 

Patokannya Hotel Ibis Styles Bekasi Jatibening

 
lokasi hotel ibis styles bekasi jatibening

Bubur Ayam Ridho Restu masih berjualan di lokasi yang sama. Lokasinya ada
di parkiran ruko. Seingat saya, ruko di sana gak rame. Tetapi, sekarang
udah ada Mixue. Beneran spesialis penghuni ruko kosong, ya hahaha.

Kalau di parkirannya memang dari dulu juga jadi tempat para
pedagang kaki lima. Tapi, saat kami ke sana sudah berganti pedagang. Hanya
bubur ayam ini yang masih bertahan. Alhamdulillah.

Lokasi
sekitarnya juga semakin ramai. Sekarang tepat di seberangnya ada Indomaret
yang lumayan besar. Ada point coffee juga di dalamnya. Di samping ada
hotel Ibis Styles dan apartemen. Nah, katanya bubur ayamnya semakin ramai
pembeli sejak ada hotel. Kalau malam hari, banyak tamu hotel yang makan di
sini.


[Silakan baca:
5 Hari Lebaran di Hotel Ibis Styles Braga, Bandung]
bubur china enak selain bubur ayam barito

Sebetulnya dari dulu lokasinya mudah ditemukan. Dari jalan Kalimalang ke
arah Bekasi, masuk jembatan Caman. Gak jauh dari jembatan deh lokasinya.
Posisinya di sebelah kiri. Tapi, sejak ada hotel Ibis Styles memang
semakin mudah dijadikan patokan.

Kalau LRT udah beroperasi, di
dekat sana ada stasiunnya. Kalau gak salah namanya, stasiun LRT Cikunir 1. Tinggal lanjut naik ojol karena gak ada angkot.

Deket
banget kok jaraknya. Kalau lihat di maps sih cuma 500 meteran. Tapi, kalau males jalan kaki ya naik ojo aja.

[Silakan
Baca:
Begini Caranya Naik LRT Jakarta]



Kapan-kapan makan di sini lagi, deh, Murah, kenyang, dan menyenangkan!

Bubur Ayam Ridho Restu

Jl. Caman Raya, Jatibening
Bekasi – Jawa Barat
(Patokannya –
Hotel Ibis Styles Bekasi Jatibening)


, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top