Culinary Land

Tumpeng Kismis, Canape, dan Tomahawk Steak dalam 70 Tahun Diplomasi Indonesia-USA

Tahu nggak, apa uniknya hidup di perantauan? Aku mengenal banyak sekali budaya dan kuliner yang berbeda dari kota asal. Salah satunya nasi tumpeng. Aku sendiri berasal dari Padang yang nggak mengenal perayaan dengan “tumpengan” atau potong tumpeng. Kalau di Padang aku tahunya sekumpulan lauk-pauk yang disusun di area makan untuk “makan basamo” (makan bersama), di sini aku ikut tumpengan. Sejak tinggal di Jakarta, aku mulai terbiasa dengan nasi kuning yang ditata berbentuk kerucut lalu dikelilingi lauk-pauk itu. Nasi kerucut ini seperti gunung api yang siap meletus. Setelah ditelisik lebih jauh, nasi tumpeng memang berasal dari tradisi Jawa. Ternyata ada filosofinya, lho. Justru aku tahu makna tumpengan ini dalam perayaan anniversary 70 tahun diplomasi Indonesia-Amerika Serikat di Kem Chicks beberapa hari lalu.
Nasi tumpeng dibuat seperti kerucut itu sebagai simbol permohonan dalam kepercataan Hindu. Bentuknya memang dianalogikan sebagai Gunung Mahameru, gunung tertinggi di Pulau Jawa. Nah, posisi puncak itu disimbolkan sebagai tempar bersemayamnya para dewa. Tumpeng selalu disajikan untuk perayaan-perayaan khusus untuk mengingatkan manusia kepada Tuhan. Ternyata nama “tumpeng” itu sendiri adalah sebuah akronim dari “tumapaking penguripan, tumindak lempeng tumuju Pangeran.” Artinya adalah berkiblatkan kepada pemikiran bahwa manusia itu harus hidup menuju jalan Tuhan. Oranng-orang Jawa sangat percaya bahwa adanya kekuatan gaib yang mengatur hidup manusia, sehingga tumpeng dibuat untuk penyembahan dan permohonan kepada kekuatan gaib itu.
Tumpeng kismis
Tumpengan 70 tahun Indonesia-USA
Saking kuatnya filosofi tumpeng dalam masyarakat Jawa dan erat kaitannya dengan agama Hindu, Islam masuk juga melalui tradisi tumpengan ini. Tradisi Islam yang masuk ke Jawa melalui pendekatan budaya memodifikasi tumpeng dengan akronim “yen metu kudu sing mempeng” yang artinya bila keluar harus dengan sungguh-sungguh. Jumlah lauk-pauknya biasanya 7 jenis yang dimaknai sebagai pitulungan atau pertolongan. Dalam Islam pula, bentuk kerucut dalam nasi tumpeng dijadikan simbol hubungan manusia dengan Tuhan, semakin ke atas/tinggi, semakin sempurna.
Dari makna tumpeng yang punya filosofi panjang itu, aku jadi terbiasa mengikuti perayaan-perayaan besar dengan tumpengan. Bahkan, kalau aku atau Junisatya ulang tahun, ada anggota keluarga yang bertanya, “Potong tumpeng, nggak?” Aku hanya menjawab dengan tersenyum. Tumpeng memang sudah jadi makanan tradisional yang sebagai simbol rasa syukur kita atas sesuatu.
Sebenarnya aku punya beberapa kisah seru saat ikut tumpengan ini. Salah satunya saat aku ke Jember beberapa waktu lalu. Aku menghadiri Waton Festival 2019 di Pantai Watu Ulo. Masyarakat setempat punya tradisi lempar kupat dan kembul bujono. Saat itu, ada ketupat yang disusun berbentuk kerucut  mirip nasi tumpeng yang berukuran besar yang nantinya akan dilemparkan ke warga sekitar acara. Lalu, setelah itu orang-orang akan duduk berjajar di area terbuka lalu disajikan nasi tumpeng untuk dimakan bersama. Namanya kembul bujono. Aku menikmati keseruan makan bersama di area terbuka itu. Nasi tumpeng yang disajikan nggak cuma satu, tapi banyak. Lauknya pun sudah disediakan di sekeliling nasi tumpeng beralaskan daun pisang. Nasi tumpeng beserta lauknya bisa dinikmati banyak orang di sekitar. Mereka malah berebut seperti saat lempar kupat. Bukan karena lapar, tapi demi mengambil berkahnya karena nasi tumpeng ini sudah melewati serangkaian doa dan persembahan. Unik ya tradisinya.
Kembul Bujono Waton Festival Jember
Tumpeng ala Kembul Bujono
Aku melihat tumpeng yang berbeda saat peradayaan anniversary ke-70 tahun diplomasi Indonesia dan Amerika Serikat. Sebagai bentuk rasa syukur untuk hubungan bilateral yang sudah cukup lama ini, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta bekerja sama dengan Kem Chicks menyajikan tumpeng dengan akulturasi nilai rasa dari kedua negara. Nasi tumpengnya ditaburi kismis. Lalu lauk pauknya beragam sekali dan ada camilan dari Amerika Serikat juga yang bisa aku cicipi di Kem Chicks.
Perayaan diplomasi ke-70 tahun ini juga tentang percampuran kuliner. Ada banyak masakan Indonesia di Amerika Serikat. Begitu juga dengan masakan rasa Amerika yang bisa kita cicip di sini. Nggak heran pesta tumpeng kali ini juga diimbuhi dengan kuliner rasa Amerika seperti canape buah dan smoke beef. Canape ini biasa disebut fingers food bagi orang Amerika. Aslinya dari Prancis sebenarnya. Tapi lazim dibuat juga di Amerika. Makanan canape ini termasuk jenis makanan kecil yang disusun dekoratif terdiri dari sepotong roti, puff pastry, dengan topping makanan gurih. Makannya dicomot pakai tangan atau cukup 2 jari dan dimakan dalam satu gigitan. Itulah asal nama canape.
Canape, kuliner Amerika

Canape, kuliner Amerika (2)
Canape, kuliner Amerika (3)

Daging Tomahawk Amerika

Setelah cobain tumpeng berbalur kismis, aku mencicip canape juga. Sungguh rasa yang dicecap lidah berakulturasi sedemikian rupa. Meski belum pernah ke Amerika, makan makanan ini saja sudah bikin aku bahagia. Apalagi perayaan diplomasi ini ditutup dengan demo masak dari Chef Andy (Masterchef) yang membuat tomahawk steak yang daging sapinya diimpor dari Amerika. Harganya jangan ditanya, ya, please. Jutaan rupiahlah pokoknya tapi enak sih.
Banyak doa baik untuk hubungan yang terjalin ini antara Indonesia dan Amerika Serikat. Semoga dua negara ini baik-baik saja, makin baik malah. Semoga visa ke Amerika nggak dipersulit bagi pemilik paspor garuda. Dan, semoga suatu saat aku bisa roadtrip di tanah Amerika suatu hari nanti. Mari aminkan ya, teman-teman.

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top