Umum

Angkat Muatan Lokal, Milad Kedua Fotsar Potong Tumpeng dan Babacakan

Perayaan milad kedua tahun Forum Potensi SAR (Fotsar) Banten selain diisi dengan acara diskusi dan river tubing pun mengangkat muatan lokal dengan menggelar potong tumpeng dan babacakan

Acara potong tumpeng dan babacakan lalu dilanjutkan dengan diskusi, berlangsung Sabtu (22/2) malam di camp area (lokasi berkemah) Banten River Tubing (BRT) yang berada di Kampung Curug Dahu, Desa Kadubeureum, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten. 
Adapun kegiatan river tubing berlangsung keesokan harinya, Minggu (23/2) di aliran irigasi dan Sungai Cikalumpang yang berada dekat dengan camp area BRT.
Dalam acara perayaan bertajuk “Anniversary & Camping Munggahan Relawan Fotsar” yang digelar atas kerjasama Fotsar Banten, Fesbuk Banten News, dan BRT, hadir sejumlah relawan berpengalaman antara lain Taufik Hidayat, Lulu Jamaluddin, Kusnadi ‘Codet’, Farah Sybli, dan Black Faiqi serta para pencinta alam berbagai organisasi siswa pencinta alam (Sispala), mahasiswa pencinta alam (Mapala), Menwa, dan pegiat outdoor dari Banten, Jakarta, dan Lampung.
Sebelum pemotongan tumpeng, Taufik Hidayat selaku Koordinator Fotsar Banten menjelaskan Fotsar bulan ini baru genap berusia 2 tahun, berdirinya tanggal 10 Februari. 
“Tahun lalu, perayaan milad pertama Fotsar Banten bertempat di Kota Serang. Tahun 2025 ini di sini di Kabupaten Serang. Insyaallah milad tahun-tahun selanjutnya akan bergantian tempat di berbagai kota atau kabupaten yang ada di Banten,” terangnya.

Selanjutnya Taufik memotong tumpeng berupa nasi kuning berbentuk kerucut atau gunungan lalu membagikan bahkan menyuapi nasi tumpeng tersebut kepada rekan-rekannya satu per satu.

Selepas itu acara babacakan alias makan bersama dengan beralaskan daun pisang pun dimulai. Daun pisang diambil dari beberapa  pohon pisang yang tumbuh tak jauh dari camp area. 
Menu babacakan terdiri atas nasi tumpeng, nasi liwet, ikan bakar, urab, tahu goreng, tempe goreng, terong balado, pete serta aneka lalapan antar lain ketimun, daun kemangi, dan salada. 
Semua menu babacakan itu ditaruh di lembaran daun pisang. Setelah itu seluruh peserta yang hadir menyantap bersama dengan duduk di tepi kiri kanan sepanjang hamparan daun pisang. Seru dan menyatu.
Tradisi yang Eksis
Potong tumpeng dan babacakan merupakan muatan lokal tradisi makan bersama yang sudah ada sejak dulu dan sampai sekarang tetap hidup atau eksis. 
Nasi kuning yang digunakan sebagai bahan utama dalam tumpeng memiliki makna tersendiri. Warna kuning diyakini banyak orang sebagai lambang kejayaan. Sedangkan lauk pauknya mengandung makna dan harapan keberhasilan atau kemakmuran.
Kalau potong tumpeng boleh dibilang tradisi umum yang hidup di seluruh Pulau Jawa, lain lagi dengan babacakan yang biasanya dilakukan oleh masyarakat Banten di berbagai kabupatennya.

Dalam Kamus Bahasa Sunda R.A.Danadibrata, dijelaskan babacakan ialah nama hidangan makan yang diwadahi nyiru (nampan), dengan tilam dan tutup daun pisang, disajikan untuk bersama pada selamatan atau syukuran. 

Macam makanan yang dihidangkan lazimnya nasi congcor atau tumpeng beserta lauk pauknya antara lain urab sebagai sesuatu yang khas dalam hidangan selamatan. 
Tidak disediakan  piring, para hadirin makan dengan memakai daun pisang sebagai alasnya. Makan bancakan dimulai setelah pembacaan do’a selesai, setiap orang langsung mengambil nasi beserta lauk-pauknya dari nyiru. 
Sama halnya dengan definisi babacakan dalam kamus Bahasa Sunda di atas. Babacakan di Banten kerap menghadirkan menu nasi yang ditaruh di atas daun pisang.
Dalam Kamus Sunda-Inggris dikatakan Babachakan, to guttle, to eat greedily (Babacakan adalah makan besar) 
(Rigg, 2009, p. 28).
Dulu babacakan identik dengan tradisi menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Namun lambat laun, sampai sekarang bukan hanya untuk itu pun untuk kegiatan lain seperti arisan, kumpul-kumpul dengan teman-teman sehobi atau se-komunitas, dan tasyakuran milad seperti yang dilakukan dalam perayaan milad kedua Fotsar kali ini.

Daya Tarik Wisata

Amatan TravelPlus Indonesia, di luar Banten, juga ada tradisi makan bersama/bareng serupa babacakan namun dengan nama, latar budaya, dan alasan yang berbeda. 
Contohnya di Lampung disebut nyruit
bancakan/ kembulan (Jawa), ngaliwet (Sunda), megibung (Bali), makan patita (Ambon), ngeriung (Betawi), pasambahan (Minangkabau), nganggung dulang di daerah Bangka Belitung, dan di beberaoa daerah lainnya 
Kendati berbeda nama, namun tradisi-tradisi makan bersama di berbagai daerah itu termasuk babacakan punya manfaat yang hampir sama antara lain menjalin tali silaturahmi dengan orang yang sudah lama dikenal dan mengakrabkan suasana dengan tamu, undangan, peserta atau orang yang baru dikenal.
Dilihat dari kacamata pariwisata, muatan lokal tradisi-tradisi makan bersama itu juga sudah lama menjadi daya tarik wisata budaya yang mampu menarik minat wisatawan hingga datang ke daerah itu dan mencobanya.
Bila tradisi makanan bersama itu dikombinasikan dengan kegiatan wisata lain, tentu akan menjadi daya tarik bernilai lebih.  

Di BRT contohnya,  menurut Black Faiqi-owner-nya, pengunjung yang ingin river tubing plus babacakan juga tersedia paketnya. 

Harga paketnya 150K per orang sudah termasuk welcome drink, snack (gorengan/rebusan, air mineral 600ml, dan makan (nasi, ayam/ikan, tahu, tempe, lalapan, sambal dan sayur asem), serta river tubing sejauh 3 Km. “Makannya juga bisa di-setting ala babacakan, beralas daun pisang. Paketnya minimal 5 orang,” terangnya.
Dengan paket tersebut, pengunjung dapat keuntungan 2 jenis wisata sekaligus yakni water sport dalam hal ini river tubing dan wisata kuliner bermuatan lokal yakni babacakan alias makan bareng khas Banten.
Naskah, foto & video: Adji TravelPlus, IG @adjitropis, Tiktok @FaktaWisata.id 


, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top