
Shirakawa-go, dan gua milih Nagoya sebagai base gua di hari ke empat.
Sebenarnya untuk ke Shirakawa-go, bisa diakses dari Takayama, Hida,
Karuizawa maupun Kanazawa, tapi kota-kota tersebut dikelilingi
pegunungan semua dan ga satu garis lurus ke arah Kyoto, destinasi gua
selanjutnya. Dan gua ga nginap di desa ini, karena hotelnya mahal. At
least, saat gua cari di internet, lagi ga ketemu yang murah under
200k, Pengen si, padahal, hehee… Next time lah.
hari, udara dingin masih menusuk! Gua masuk ke stasiunnya untuk
ngadem. Ngadem cocok ga ya, buat dipakai untuk mneghangatkan diri?
Anyway, di dalam stasiun, ternyata ada wifi gratis juga. Seperti
biasa, kegiatan rutin pagi hari gua perlu nyetor, hehee… Gua nyari
WC yang sepi, yang biasanya ada di bagian restoran. Habis itu gua
jalan ke hostel. Deket banget dari stasiun, 5 menit juga nyampe. Gua
nitip tas di sini, ganti baju, lanjut lagi ke Nagoya station untuk
beli tiket bus ke Shirakawa-go.
![]() |
Nagoya di pagi hari. Masih sepiii banget! Dan dinginnya nusuk! |
Bus Center
area JR bus. Untuk akses ke Shirakawa-go, dikelola oleh perusahaan
Meitetsu, dan gedungnya berbeda, di Meitetsu Bus Center, meski masih
satu area dengan Nagoya station. Jalan bentar ke arah tenggara dari
Nagoya Station, udah ketemu koq, langsung naik ke lantai 3 untuk
pembelian tiket. Langsung beli tiket PP, karena lebih murah. Kalau beli untuk sekali jalan, harganya sekitar ¥3.900, dan untuk PP menjadi ¥7.000, langsung aja pesen buat PP.
balik lagi ke hostel buat ngambil duit, waktunya mepet banget.
Sebenernya males si, karena dingin. Untung koin yen gua masih banyak,
ada 2 ribuan lah. Berangkat ke sana dengan modal minim.
antriannya di jalur 7. Busnya sangat nyaman, dan meski gua milih seat
di alley, tapi samping gua kosong, jadi pindah ke samping jendela
buat foto-foto. Pas udah siang, udara dinginnya udah ga begitu
kerasa. Beda banget pas naik nightbus, kalau duduk deket jendela,
masih kerasa dinginnya.
![]() |
Waiting spot ke Shirakawa-go di jalur 7 |
![]() |
Interior bus Meitetsu, cukup bagus dan nyaman |
berhenti di beberapa bus stop maupun rest area. Dari Nagoya ke
Shirakawa-go, jalurnya lurus doank, melewati area Gifu. Selama itu
pula gua enjoy ama view yang ditawarin area Gifu. Bagus banget!
Beberapa area sudah mulai muncul suasana musim seminya, dengan
pohon-pohon berdaun hijau, beberapa bunga sakura mulai muncul, salju
mulai mencair, dengan background gunung hijau-toska. Semakin
mendekati Shirakawa-go, salju mulai tebal, dengan background gunung
warna putih.
![]() |
Pemandangan dari bus, ini di area Gifu |
![]() |
Salah satu rest area yang disinggahi. Bus ini bakal stop di beberapa bus stop, dan istirahat di resting area selama 5 menit. |
![]() |
Pemandangan dari rest area, masih daerah Gifu. |
![]() |
Udah mulai masuk area Shirakawa-go |
![]() |
Shirakawa-go udah kelihatan dari atas bus. So excited, dari dalam bus aja udah bagus banget pemandangannya! |




![]() |
Ini pemandangan di depan stasiun bus. |
perbatasan Gifu dan Toyama, yang dikelilingi pegunungan, disebut
Gokayama (lima gunung) dan dibelah oleh Shōkawa River. Akses ke sana aja
membelah gunung, literally. Gunung-gunung dilobangin buat
dijadiin jalan raya.
![]() |
Gunung dilubangin buat jalan raya. Di daerah Shirakawa-go, ada banyak gunung yang berlobang seperti ini, Uniknya, di bagian ‘pintu’-nya, dibuat ukiran a-la Jepang buat menambah nilai estetikanya. |
adalah Minka, atau rumah tradisionalnya, dengan gaya arsitektural
Gasshō-zukuri (prayer-hands construction). Intinya, atapnya
berbentuk segitiga dengan kemiringan yang curam, seihngga puncak
atapnya tinggi dan ditutupi oleh jerami tabal. Bentuk atapnya
menyerupai dua tangan yang sedang berdoa, makanya stylenya dinamain
begitu. Dan rapih banget loh nyusun jeraminya. Banyak rumah-rumah di
sana bertahan hingga 300 tahun. Liat aja fotonya deh. Orang-orang
Jepang dari dulu emang ajaib.
![]() |
Rumah gassho, rumah tradisional daerah Gokayama dan Shirakawa-go. |
sebagai UNESCO World Heritage. Selain rumahnya yang unik, emang
pemandangannya bagus banget si. Tiap musim pasti bakal berubah
viewnya. Saat gua berkunjung, masih awal musim semi, jadi lanskapnya
masih didominasi warna putih. Kalau musim semi, warnanya jadi dominan
hijau, musim panas dominan kuning, karena rata-rata mereka bertani,
lalu musim gugur warnanya jadi merah. Ajaib lah, pengen dateng ke
sini tiap-tiap musimnya.
Joseki Observatory
Joseki Observatory, spot untuk melihat desa ini dari atas bukit. Gua
ke sana dengan jalan kaki, emang ada jalur buat pejalan kakinya. Gua
melewati padang salju sebelum masuk ke jalanan utamanya. Enjoy the
snow dulu lah!

![]() |
What would you do if you found a snow field like this? Main salju, tiduran, atau buat snowman. Ini attemp kedua gua, setelah di Gala Yuzawa gatot, ini masih failed juga, hahaa… |
boleh dilalui oleh pejalan kaki. Antara jam 9 hingga jam 4 sore, bus
dan kendaraan bermotor dilarang lewat. Di kiri-kanan jalanan ini,
banyak rumah gasshō-style, meski di depannya mobil-mobil modern
terparkir. Rumah-rumah ini juga dijadiin toko oleh penghuninya. Ada
yang jualan dango, sate, suvenir, dan atau jadi museum. Tapi, ga
semua rumah bisa dimasukin ya. Ada beberapa rumah yang emang
berfungsi sebagai rumah tinggal aja.
![]() |
High street Shirakawa-go. Kendaraan bermotor dilarang melintasi jalan ini dari pukul 09.00-16.00. Khusus pejalan kaki! |
![]() |
Wada House, salah satu museum di sana, isinya keadaan rumah masyarakat desa Shirakawa-go jaman dulu. Dari namanya si, yang punya keluarga Wada. |
yang ga banyak dilaluin orang. Gua lewatin jalan-jalan kecil, biar ga
keganggu ama turis lain kalau mau foto-foto, hohoo. Sampai ke jalur
pendakian, harusnya sekitar 10 menitan sampai di puncak, tapi selama
perjalanan, pemandangannya baguuus banget! Di kiri, lanskap dominan
putih oleh salju dengan atap-atap tradisional, di kanan, hutan pohon
cemara dengan sedikit aksen salju.





![]() |
Buat yang malas jalan kaki ke atas, look at the lady on the right. Dia jalan kaki di perjalanan yang nanjak, pake high heels, dengan rok super mini! Kakinya ajaib si, gua aja pake sneakers rada sakit nih kaki. |
kelihatan semua tuh desa ini dari atas. Jalan dikit ke atas, ada
Tensyukaku, semacam toko suvenir, restoran dan penginapan dengan view
Shirakawa-go dari atas. Kalau naik shuttle bus, turunnya di sini,
tapi melalui jalur yang berbeda dengan jalur pejalan kaki. Cukup
ceritanya, biar foto yang bicara, yaa…


High Street Shirakawa-go
Balik ke jalan utama di Shirakawa-go, sebenarnya banyaak banget yang pengen gua lihat, ato nyobain jajanannya. Kebanyakan jualan bakar-bakaran, kayak mitarashi dango, atau Hida beef skewer, daging sapi khas Hida area yang dicincang kemudian dibentuk kayak sosis, ditusuk lalu dibakar.
![]() |
Hida beef skewer, 400 yen saja. Akhirnya nyobain juga, enak, manis dan empuk, kayak ngegigit roti tapi daging. |

![]() |
Ini kolam ikan. Ada beberapa ikan berenang. Pertanyaannya, pas lagi puncak musim dingin, ikannya mati beku ga ya? |
![]() |
Ini ‘perbuatan’ warga lokal. Tumpukan salju setebal ini dijadiin Iglo, ini dari samping. |
![]() |
Dan ini pintu masuk ke Iglonya. Untuk masuk ke dalam, harus rebutan. Gua sempat masuk, tapi ga sempat dapat foto yang bagus, karena desakan dengan pengunjung lain. |
![]() |
Orang-orangan sawah atau heno-heno moheji. Di wajah mereka itu sebenarnya tulisan hiragana yang dibaca heno-heno moheji. |




![]() |
Shokawa river. Hijau bening banget gan, airnya! |
Empat jam ga kerasa, rada nyesel juga si ga nginep aja sekalian. Tapi mahils bok! Banyak tempat yang pengen gua jabanin di sini, dan ga sempat gua masukin. Mari berdoa agar gua dikasih kesempatan ke sini lagi. AMIN!
![]() |
Shirakawa-goodbye, ja ne. Hope I can come again someday. |
sekitar jam 15.30. Perjalanan 2,5 jam lagi, dengan pemandangan yang
tetap ga bikin bosan, dengan lanskap sunset di balik pegunungan Gifu.
Kali ini, busnya penuh, samping gua cewe lucu dari Filiphina, liburan
bareng keluarganya. Ga bikin bosen kan jadinya?
Nagoya, gua langsung ke hostel, check-in. Gua pesan kamar ini di
Booking.com, karena ga perlu bayar pake CC ataupun debit, cukup
booking dan bayar cash ketika check-in. Cukup nyaman juga buat
gua dengan cara ini, meski dapat harganya lebih mahal.

ternyata bentukannya kapsul! Waktu booking gua ga ngeh kalo ini
hostel kapsul. Yess, ada pengalaman nyobain kapsul hotel! Satu kamar
ada sekitar 20 kapsul, masing-masing ada tirai penutup di bagian
‘pintu’ masuknya. Di dalam tiap kapsul, ada lampu baca, senter, TV
plus dvd player. Bednya dialasin tatami, dan futon. Untuk yang bawa
koper, ditaruh di area barang di depan kamar. Bagi yang mau privasi,
hostel style ini cocok si. Yang rada ribet kalau mau ganti baju. Kudu
duduk atau tiduran, atau sekalian ke shower room. Wifi kenceng!
panas atau air dingin, ocha free flow. Ada kartu pos juga gratis. Gua
ambil aja yang banyak. Pelayanan staffnya bagus, ramah, meski bahasa
Inggris mereka ga begitu bagus.
pesan di booking.com. Jaraknya sekitar 5 menit jalan kaki dari Nagoya Station. Kalau mau cek harga terupdate, klik di sini yaa…


Dinner
di Sukiya
mandi, istirahat, ganti baju, gua keliling sekitar hostel, buat cari
makanan yang murah. Pengen makan yang ramen berkuah, karena udara
malam itu masih dingin aja. Setelah muter-muter, akhirnya gua masuk
ke Sukiya. Oke, emang bukan ramen, restoran cepat saji ini menawarkan
donburi atau
ricebowl, tapi paket-paketnya pake kuah miso, dimulai dari harga
¥400an.
Untuk minum, seperti warung makan Jepang pada umumnya, nyediain free
ocha. Habis makan, istirahat untuk hari besok.
![]() |
Beef donburi dengan sup miso, plus extra egg (mentah) seharga 490 Yen. Enak dan kenyang banget! |
![]() |
Interior Sukiya |
![]() |
Nagoya at night, sekitar stasiun |
Total
pengeluaran gua hari ini:
ke Shirakawa-go PP¥7.000
¥1.346
Untuk perjalanan gua di hari ke-3, di Gunung Fuji & Odaiba, klik di sini.

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.