
Dalam kesempatan itu Mari juga melakukan pertemuan bilateral dengan Director General UNESCO, Irina Bokova untuk membahas lima kota Indonesia yang tengah dievaluasi oleh UNESCO untuk masuk dalam jaringan kota kreatif atau UNESCO Creative Cities Network serta bagaimana kerja sama dengan Indonesia dan UNESCO dalam beberapa hal yang lain.
Kelima kota kreatif Indonesia yang mengembangkan industri kreatif tersebut adalah Bandung, Solo, Yogyakarta, Pekalongan, dan Denpasar.
Pada kesempatan tersebut Mari berkesempatan menjadi keynote speech pada sesi pembukaan. Dalam paparannya, Mari mengungkap apresiasi kepada UNESCO yang telah lama berjuang agar budaya dan industri kreatif dapat menjadi motor dan penggerak (engine and enabler) dari pembangunan yang berkelanjutan.
Dia juga menyampaikan bahwa hal tersebut serupa dengan visi Indonesia mengenai pembangunan yang berkelanjutan dalam arti pembangunan yang meningkatkan kualitas hidup dan inklusif karena dijalankan tanpa merusak lingkungan, tatanan sosial dan budaya, dan disertai oleh manfaat dan dampak ekonomi yang inklusif.
“Karena itu Indonesia juga berharap bahwa peran budaya dan industri kreatif dapat dipertimbangkan masuk dalam Sustainable Development Goals pasca 2015 yang sedang dibahas di Perserikatan Bangsa-Bangsa,” paparnya.
Menurut Mari, Indonesia merupakan contoh baik dimana industri kreatif telah dapat meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan.
Karena pidatonya disampaikan pada Hari Batik Nasional yang merupakan perayaan hari dimana batik Indonesia diakui sebagai warisan budaya tak benda (Intangible Cultural Heritage) oleh UNESCO pada 2009, Mari dan seluruh delegasi mengenakan busana batik.
Dia juga mengunakan batik sebagai contoh keberhasilan industri kreatif untuk menciptakan nilai tambah dan kualitas hidup yang lebih baik di Indonesia.
Mari juga menjelaskan bahwa ekonomi kreatif adalah gelombang keempat pembangunan ekonomi setelah pertanian, industri dan teknologi informasi.
“Ekonomi kreatif merupakan bagaimana menciptakan nilai tambah dari basis pengetahuan (termasuk warisan budaya) dan teknologi yang ada,” terangnya.
Ekonomi kreatif penting karena kontribusi ekonominya dan tentu angka-angka statistik ekonomi kreatif Indonesia menjadi perhatian dan rujukan juga bagi negara lain.
Data statistik ekonomi kreatif Indonesia yang menjadi rujukan, yaitu kontribusi PDB 7%, sumbangan 6% terhadap ekspor yang tumbuh rata-rata 7% per tahun atau lebih dari dua kali pertumbuhan rata-rata ekspor karena terpuruknya harga komoditi, 11,8 juta lapangan pekerjaan atau 10,7% dari tenaga kerja, dan 17% dari konsumsi dalam negeri dengan pertumbuhan 10,5%.
Di samping itu, mengapa ekonomi kreatif penting karena mendukung pelestarian alam dan lingkungan hidup. Contoh sudah ada proses kembali ke pengunaan pewarna alam untuk batik, dampak sosial yang positif dengan peningkatan toleransi dan pemahaman antara daerah mengingat kenakeragaman budaya dan produk kreatif di Indonesia, peningkatan inovasi dan kreatifivitas secara menyeluruh di dunia usaha dan masyarakat, dan peningkatan pencitraan serta identitas bangsa.
Dia menyampaikan juga bahwa memang ada resistensi awalnya dari komunitas kreatif dan budayawan mengenai hal ini. Namun, justru dengan ekonomi kreatif, Indonesia dapat melestarikan dan mengembangkan warisan budaya dan tradisinya.
“Upaya untuk melindungi warisan budaya dan menjaga nilai-nilai tradisional tetap sangat penting karena aset budaya adalah aset yang harus dijaga.
Namun pada saat yang bersamaan aset budaya dapat menjadi inspirasi dan basis bagi orang kreatif untuk terus menciptakan karya kreatif baru dengan semangat berbasis tradisional tetapi semangat kontemporer,” paparnya.
Mari mengunakan contoh batik sebagai contoh nyata di Indonesia. Menurutnya kira-kira sepuluh tahun lebih yang lalu peminat batik menurun dan orang kreatif yang mau bekerja membuat batik juga berkurang. Seolah-olah batik hanya untuk acara resmi dan “jadul” (jaman dulu).
“Setelah ada proses mengerakkan pengunaan batik mulai dari tingkat paling atas sampai dengan daerah dan masyarakat, sentuhan dan keterlibatan dari para desainer mode dan desainer lain agar kain dan busana batik menjadi lebih “bergaul”, maka telah terjadi suatu ledakan pengunaan dan aplikasi batik,” terangnya.
Kata Mari selama 10 tahun lebih telah terjadi suatu proses untuk menghidupkan kembali batik dan sekarang anak muda mengunakan batik dengan bangga.
Hampir semua daerah di Indonesia sekarang, lanjutnya menghidupkan batik di daerahnya dan banyak aplikasi batik di dunia mode dan desain, dan aplikasi pola batik di interior, mobil, produk, dan bahkan ban mobil.
“Ada dua hasil penting yang saya ingin garis bawahi. Pertama penghasilan meningkat sehingga jumlah orang kreatif yang mau bekerja di batik kembali meningkat, dan kedua batik menjadi kebanggaan orang Indonesia yang meningkatkan rasa bangga dan membangun identitas nasional kita,” ungkapnya.
Mari memberi contoh kelompok 169 perajin perempuan dari Klaten awalnya hanya dapat upah Rp 10.000 per potong untuk salah satu industri batik besar dan hanya mengerjakan satu proses dalam pembuatan batik. “Setelah mereka membentuk kelompok sendiri dan dapat membuat karyanya sendiri penghasilan meningkat menjadi Rp 3,5 juta per bulan atau hampir tiga kali UMK. Dan omzet dari kelompok ini menjadi Rp 3,5 milyar per tahun,” jelasnya.
Dia juga menyampaikan hasil survei salah satu media di Indonesia yang menunjukkan bahwa orang yang menyampaikan cinta batik, juga cenderung lebih cinta dan bangga mengenai negaranya.
Naskah: adji kurnaiwan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: dok. Pusdatin, Kemenparekraf.
Captions:
1. Menparekraf Mari Elka Pangestu bersama Dirjen UNESCO, Irina Bokova.

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.