


Keberadaan Candi Borobudur memang tidak bisa dilepaskan dari kegiatan pariwisata. Sebagai pengunjung, sudah seharusnya kita mematuhi peraturan-peraturan ketika berkunjung ke kompleks candi. Tidak duduk atau naik di bangunan candi, tidak menumpahkan minuman, atau tidak memegang arca dan relief di candi karena cairan keringat yang dihasilkan oleh tubuh kita secara perlahan dapat merusak struktur batuan candi karena kandungan zat-zat tertentu yang dihasilkan oleh keringat kita. Selain pemaparan mengenai ancaman-ancaman apa saja yang dapat merusak candi, para peserta juga diajak melakukan simulasi langsung bagaimana cara merawat Candi Borobudur ini.




Menyikat dinding candi harus mengikuti alur dari bebatuan candi itu sendiri. Menyikatnya pun harus dilakukan dengan perlahan agar tidak mengikis batuan candi. Untuk lumut-lumut yang menyempil di pori-pori bebatuan candi, kita harus menggunakan satu batang lidi untuk mencongkel lumut tersebut. Bagian yang perlu kehati-hatian lebih saat membersihkan candi adalah bagian relief agar tidak menggores atau mematahkan ukiran halus pada relief itu sendiri. Proses pembersihan candi membutuhkan energi ekstra dengan tingkat kesabaran yang sangat tinggi. Setiap harinya petugas dari Balai Konservasi Borobudur ini melakukan pembersihan candi secara rutin, berpindah dari satu sisi ke sisi lain candi. Saya tidak bisa membayangkan jika musim penghujan tiba, pertumbuhan lumut menjadi lebih cepat, beban kerja petugas Balai Konservasi sudah pasti juga meningkat.

![]() |
Relief Karmawibangga, bagian ini menceritakan kumpulan orang-orang yang suka bergunjing |
Usai melakukan kegiatan pembersihan candi, para peserta kemudian diajak berkeliling ke Candi Borobudur untuk mengenal lebih dalam tentang relief-relef yang ada di candi ini. Spot pertama yang kami kunjungi adalah relief Karmawibangga yang terletak di tingkatan Kamadatu. Relief ini menggambarkan hukum sebab akibat dan gambaran manusia yang masih terikat oleh nafsu duniawi. Relief ini terletak di bagian dasar (pondasi) bangunan candi. Sayang, tidak semua relief dibuka karena jika dibuka semua, dikhawatirkan akan merusak bangunan candi karena lokasinya yang berada di bagian pondasi.


Kami kemudian diajak menuju tingkatan Rupadhatu dan Arupadhatu. Mas Bambang, salah seorang petugas dari Balai Konservasi Borobudur menceritakan relief yang berkisah tentang kelinci dan bulan. Beralih ke tingkatan berikutnya, Mas Bambang melanjutkan cerita relief tentang kisah kelahiran Sang Budha. Hingga pada akhirnya langkah kaki kami tiba di bagian puncak Borobudur yang berisi banyak stupa. Para peserta kemudian diberi waktu bebas untuk berkeliling di area stupa Candi Borobudur yang merupakan tingkatan Arupadhatu. Usai berkeliling candi, perjalanan kami berlanjut menuju Kantor Balai Konservasi Borobudur. Kami semua diajak menuju bagian Studi Sejarah Restorasi Candi Borobudur. Di dalam ruangan ini banyak disajikan cerita-cerita mengenai penemuan Candi Borobudur hingga proses pemugarannya, baik pada masa Pemerintahan Belanda, hingga jaman setelah kemerdekaan tiba. Ruangan ini juga memamerkan alat-alat yang digunakan dalam porses pemugaran Candi Borobudur, termasuk ada juga sebuah ruang khusus yang menyimpan beberapa arca kepala Budha dengan berbagai ekspresi wajah disimpan dan sampai sekarang masih dilakukan penelitian untuk mencocokan potongan kepala arca tersebut ke tubuhnya.


Candi Borobudur tidak hanya berfungsi sebagai tempat wisata semata. Lebih dari itu, keberadaan Candi Borobudur merupakan sebuah mahakarya dan juga cagar budaya yang harus tetap kita jaga keberadaannya. Sudah selayaknya sebagai generasi penerus, kita harus mulau belajar menjadi wisatawan yang bertanggung jawab ketika mengunjungi sebuah lokasi wisata. Menaati peraturan di lokasi wisata, tidak membuang sampah sembarangan, dan tidak melakukan kegiatan mencorat-coret di lokasi wisata yang kita kunjungi misalnya, adalah sebagian kecil perilaku bertanggung jawab yang bisa kita terapkan. Candi Borobudur sebagai salah satu situs warisan dunia masih membutuhkan keperdulian dan perhatian dari kita semua. Merawat peninggalan nenek moyang berarti kita juga merawat masa depan. Kita semua pasti berharap jika Candi Borobudur masih kokoh berdiri sampai ratusan bahkan ribuan tahun ke depan bukan?
keterangan :
Jika kalian berminat untuk ikut acara #KelasHeritage, silahkan follow akun twitter Komunitas Yogyakarta Night at The Museum di @malamuseum untuk mengetahui kegiatan #KelasHeritage yang diadakan oleh komunitas ini.

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.