
![]() |
Stasiun Old Delhi |
(5 Maret) Pagi itu masih pukul 7 pagi kami tiba di Delhi setelah menempuh perjalanan selama hampir 13 jam dari Manali, lebih cepat 1 jam dari arah berangkat karena mungkin lebih banyak jalan menurun. Kami diturunkan dari bus di daerah yang aku nggak ngerti, lalu cek-cek di peta ternyata ke stasiun metro terdekat hanya sekitar 2 km. Dihampirilah kita sama segerombolan supir Tuktuk. Kalau di Delhi agak serem sih, jadi kita lumayan pasang tampang galak juga buat nawar. Awalnya minta 200 rupee, lalu diturunin setengahnya, sampai akhirnya ada bapak-bapak tiba-tiba nongol dengan pede nya ngasi harga 50 rupee, langsung lah kita ciao. Kayaknya pada sebal gitu, tapi di India kejadian seperti ini sudah biasa.

Bicara tentang metro di Delhi, meskipun peradaban masyarakat di sini terasa lebih mundur dari Indonesia tapi mereka sudah lebih maju dari kita lho. Mereka sudah membangun MRT dari tahun 1998, sedangkan kita baru mulai bangun 16 tahun setelah nya. Kami membeli tiket sekali pakai yang bentuk token nya lucu, kayak koin gitu tapi bahannya plastik. Dari Stasiun Metro Vidhan Sabha kami menuju Stasiun Old Delhi.

Karena kereta kami masih berangkat pukul 12 siang, kami masuk ke upper class room, semacam lounge eksklusif yang berbayar. Biasa aja sih sebenernya, tapi lebih nyaman dibanding harus menunggu di luar, karena di semua stasiun di India semua orang meskipun tidak punya tiket bebas keluar masuk.

Kami menyewa selama 3 jam, untuk berdua hanya 60 rupee saja atau sekitar 12 ribu. Ada kantin, colokan listrik dan toilet. Kalau mau keluar masuk tinggal tunjukin aja struk ke petugas yang berjaga di pintu, jadi jangan sampai hilang.

Cerita menunggu kereta ke Jaipur ini sungguh penuh drama, saya sampai trauma dan manghanguskan tiket kereta dari Jaipur ke Agra. Anyway, akhirnya kami sampai juga di Stasiun Jaipur agak malam karena telat. Karena masih berasa gengges setelah drama di Stasiun Old Delhi, kami memilih untuk jalan kaki saja ke hostel.
![]() |
Foto ngambil langsung dari Moustache Jaipur |
Hostel Moustache Jaipur
Lokasinya hanya sekitar 1 kilometer dari Jaipur Junction (Stasiun Jaipur). Selain karyawan nya ramah, fasilitas hostel ini juga lengkap. Di Booking.com rate nya 9, sama seperti Lonchenpa B&B saat kami menginap di Manali. Kita juga nggak perlu ngasi detail kartu kredit saat memesan, jadi langsung bayar saja saat check in. Meskipun kamar yang kami tempati tidak sebagus di foto —nggak sempat foto semua sudut karena hanya menginap semalam, kami cukup nyaman tidur di sini.



Jadi di Jaipur kita hanya menginap semalam. Esok harinya kami menitipkan tas dan putar-putar Jaipur sampai sore dan melanjutkan perjalanan ke Agra.
Sewa Tuktuk 6 Jam
(6 Maret) Tadi nya kami berencana naik bus umum aja buat keliling Jaipur. Lalu setelah ngobrol bentar sama resepsionis hostel, kami diberikan saran untuk sewa Taksi atau Tuktuk saja karena kalau pakai bus nunggu nya lama. Yaudah kami jalan-jalan ke depan gang dan ngobrol sama supir Tuktuk. Perbincangan agak alot karena si bapak kurang fasih berbahasa Inggris, dari tadi bilangnya “One hundred, one hundred.” Yakali 100 rupee (20 ribu rupiah) buat 6 jam, pasti maksudnya 1000 nih. Kami sepakat sewa selama 6 jam seharga 1000 rupee atau sekitar 200 ribu rupiah sudah termasuk biaya parkir, bensin dan supir. Langsung deh kita ciao mulai jam 8 pagi sampai jam 2 siang.
![]() |
Kota Jaipur yang berwarna pink mulai terlihat |
Seru nya pakai Tuktuk keliling Jaipur adalah kita bisa ngerasain langsung euforia kota yang berdebu ini. Jadi siap-siap bawa masker ya. Rute yang kami sepakati dengan Mr Abdul, si bapak supir, adalah Hawa Mahal — Amber Fort — Nahargah Fort — Jaj Mahal — City Palace. Mulai dari yang paling dekat yaitu Hawa Mahal dan langsung ke lokasi yang paling jauh, Amber Fort.

![]() |
Proses pembuatan Chai. Setelah ngulek jahe, jahenya dimasukin langsung ke panci pake tangan. Nggak tahu deh itu jari udah mampir kemana aja. |
Sebelum ke lokasi destinasi wisata, Mr Abdul mengajak kami minum Chai dulu di pinggir jalan. Awalnya kami agak ragu karena ya gitu deh, agak jorok tempatnya. Di sana juga ada 2 kedai, yang satu ramai dan yang satu sepi. Saat kita mau ke tempat yang ramai, Mr Abdul malah nyuruh kita duduk di kedai yang sepi. Yaudah kita ikutin aja. Sambil nunggu si bapak bikin Chai, saya jajan kue-kue manis di kedai di sebelahnya. Lumayan buat sarapan.

Hawa Mahal
Jaipur adalah ibu kota negara bagian Rajasthan, India. Kota ini terkenal dengan sebutan Kota Tua atau Pink City karena banyak nya bangunan-bangun yang berwarna pink. Tapi sejujurnya saya lebih melihatnya berwarna jingga. Salah satu bangunan yang ikonik dengan warna pink nya adalah Hawa Mahal.
![]() |
Apa hanya perasaanku ya, warna kulit wajahku dan background nya sama. |
Jalan-jalan keliling kota dalam waktu singkat seperti ini sebetulnya lebih enak bawa guide beneran, jadi setidaknya ada yang bisa jelasin seluk beluk atau detail dari tempat-tempat ikonik yang kita datangi. Apalagi menurut saya India kurang ramah turis, jadi tidak ada brosur atau informasi yang bisa kita peroleh di tempat-tempat ini.
Jadi lah kita hanya numpang swafoto di Hawa Mahal. Sebetulnya kita bisa masuk ke istana ini, tapi karena masih terlalu pagi jadi belum buka. Lokasinya di pinggir jalan dan lumayan rieweh karena banyak wisatawan yang suka nyebrang seenaknya (termasuk saya) dan bikin macet. Berisik banget pokoknya khas India banget lah.
Kami tak lama di sana dan langsung melaju ke Amber Fort yang lokasi nya lumayan jauh, sekitar 8 km dari pusat kota.

Amber Palace and Fort
Rasanya seperti masuk ke dunia yang berbeda. Kalau kemarin kita ada di pegunungan salju, sekarang kita ada sudah di gurun. Untung masih awal Maret jadi suhu nya masih sejuk.


Sebelum tiba dari kejauhan sudah nampak Amber Fort dengan latar depan danau kecil. Tampak megah dan anggun.











![]() |
Eh di belakang benteng ada yang lagi foto prewed |


Nahargah Fort


![]() |
Pusat Kota Jaipur dari atas bukit. |
![]() |
Coba jalan aja ke belakang restoran, nanti nemu spot ini |

Jaj Mahal
Masih satu jalan ke arah pusat kota, kita akan melewati istana yang ada berdiri di tengah danau. Saya kira awalnya kita bisa menyebrang menggunakan sampan tapi ternyata setelah saya mampir, saya tidak melihat satu pun sampan yang bersandar. Di pelataran pinggir danau, banyak pedagang menggelar lapak jualan untuk para turis meskipun saya lihat hanya ada beberapa wisatawan yang sedang berswafoto. Mungkin akan ramai pada sore hari, karena memang istana ini akan nampak indah saat menjelang malam, tidak seperti saat saya abadikan. Biasa saja.
___
Dari Jaj Mahal, kami ke City Palace. Kami diturunkan tepat di depan City Palace lalu Mr Abdul menginstruksikan lokasi dia akan memarkir Tuktuk nya. Sebelum masuk kami melihat banner besar yang terpampang di samping gerbang City Palace. Tiket masuknya minimal 700 rupee, tidak termasuk guide dan beberapa ruangan tertentu. Masih oke sih, tapi sayang nya kita hanya punya sisa waktu paling setengah jam. Rasanya sayang ya, itu pun kita nggak bisa masuk ke Chandra Mahal (harus bayar lagi 3000 rupee, dua kali lipat dari tiket Taj Mahal). Beberapa anak muda dari kebangsaan lain seperti nya juga tidak jadi masuk. Rasanya kayak jetlag, dari kemarin kita hedon karena apa-apa di sini murah tapi pas ke Jaipur semua tiket masuk harga nya mahal.
![]() |
Pink City |








![]() |
Take a photo of me here please! Memaksa Bre yang lagi menikmati kemegahan Amber Fort. “Nikmatin dulu ih! Baru aja sampe.” |

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.