
Seperti menanti (kabar) burung yang gak kunjung tiba. Hai, raptors! Pada
ada dimana, sih?
menginap di Rumamera, kami pun berencana untuk menginap lagi. Pengennya,
sih, seminggu setelahnya tapi suami harus ke Jogja untuk survey kegiatan
yang akan diadakan di sana. Puncak menjadi tujuan kami berikutnya.
Karena menurut beberapa info, kalau mau melihat migrasi burung raptor,
salah satu tempat terbaik adalah di daerah Puncak. Tepatnya di area
paralayang.
Mulai mencari-cari penginapan di sekitar area paralayang. Tapi, kalau
mencari melalui online travel agent, semuanya penuh untuk tanggal yang
kami inginkan. Suami ajakin cari penginapan mendadak aja. Kali ini, saya
gak berdebat, udah mulai biasa dengan bepergian dan mencari penginapan
mendadak hehehe.
“Coba cek Melrimba Garden, Bun, “ saran suami. Saya pun langsung cari info
melalui internet dan ternyata di Melrimba ada camping areanya. Melrimba
garden lokasinya sangat dekat dengan area paralayang. Bahkan menurut suami
dari Melrimba pun bisa melihat view migrasi burung.
Setelah mendapatkan nomor telpon, saya segera melalukan kontak. Rate
menginap di Melrimba Garden adalah IDR1.250K per tenda. Mendapat 4 x
lunch/dinner, 4 x breakfast/snack, 2 ikat kayu bakar untuk api unggun,
tempat bbq, segalon air mineral, ada listrik di dalam tenda, serta kamar
mandi dengan shower panas dan dingin.
Kami memilih ambil dinner, karena dipikir kalau lunch lebih gampang lah
buat cari makan. Kami juga memilih breakfast ketimbang snack. Abis pagi
hari suka malas cari makan kalau harus ke luar dulu. Karena gak dapat
snack, beberapa hari sebelum camping, saya udah belanja. Udah stock lamb
chop, sosis berukuran besar, dan saus bbq. Begitu hari H, malah
ketinggalan semua. Huaaaa ….!
[Silakan baca:
Melrimba Garden – Camping di Antara Hamparan Bunga]
dipertegas yang dimaksud usai subuh. Sampe malam juga bisa dibilang usai
subuh hehehe. Hampir pukul 7 pagi kami baru berangkat dari rumah.
Perjalanan sepanjang tol, lancar jaya. Begitu keluar tol, kendaraan mulai
berhenti.

Gak bergerak hampir 1 jam. Untung dapetnya di tempat teduh
5 menit … 10 menit … 20 menit … Kok, gak bergerak? Tadinya, kami pikir
macet karena terkena lampu merah. Tapi, lama banget diamnya. Saya pun
mulai buka internet dan mulai curiga kalau akan ada penutupan jalan.
Menurut jadwal, pukul 9 pagi akan diberlakukan jalur searah menuju
puncak.
Seharusnya itu menguntungkan untuk kami yang akan menuju puncak. Tapi
sejak pukul 8 kendaraan sudah tidak bergerak sama sekali. Saya menduga
mungkin saja polisi sedang meng-clear-kan area sekitar. Entah benar atau
tidak dugaan itu. Untung saja kendaraan kami berhenti di tempat teduh,
jadi gak kepanasan cuma rada bosan aja kelamaan nunggu.

Diantara kami berempat, cuma saya yang beberapa kali jejertitan. Semangat
banget jalan-jalannya. Tapi, begitu sampe lokasi, gemeteran sendiri lihat
ketinggiannya. Apalagi pas anak-anak dan suami duduk di pinggiran. Rasanya
kaki lemees hahaha! Kayaknya bakal buyar rencana mengajak anak-anak main
paralayang suatu saat nanti. Lah, saya yang ngajakin, tapi saya juga yang
ketakutan 😀
Menjelang pukul 9 terdengar sirene mobil polisi. Yup! Jalur searah mulai
dibuka. Yippiiieee!! Perjalanan menuju tempat paralayang pun sangat
lancar. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, kami sudah sampai di sana.
menuju area paralayang. Sudah ada satu komunitas berasal dari Bogor yang
sedang menanti migrasi burung. Tidak ada yang sedang bermain paralayang
di pagi hari itu. Katanya, sih, setelah jam makan siang baru kegiatan
paralayang dimulai.

Seporsi cilok dan rujak bebek, gak mampu menahan Keke dan Nai untuk
menunggu lebih lama 😀
Hingga 1 jam menanti, gak juga ada satupun burung melintas. Anak-anak
mulai bosan. Padahal udah ‘disogok’ dengan seporsi cilok. Menunggu memang
membosankan. Daripada anak-anak semakin rewel, kami pun memutuskan untuk
meninggalkan area tersebut.

Lychee ice tea untuk Nai. Strawberry ice tea untuk saya.
Melrimba garden lokasinya gak jauh dari tempat paralayang. Benar kata
suami saya, dari Melrimba juga bisa melihat
migrasi burung. Sesampainya di sana, setelah melihat tenda, kami pun keluar lagi untuk
makan siang.
Resto Puncak Pass menjadi pilihan. Selain dekat dengan Melrimba, resto
Puncak Pass Resort adalah favorit kami. Selalu menyempatkan untuk makan di
sini kalau sedang jalan-jalan ke Puncak. Beberapa kali makan di sana,
rasanya belum ada satupun makanan dan minuman yang rasanya gagal. Enak
semua! Apalagi agak kecewa karena masih juga gagal melihat migrasi burung.
Jadi makan di Puncak Pass Resort bisa mengobati kekecewaan hahaha
*alesaaan :D*




Keke dan ayahnya memilih sop buntut, tapi beda menu. Saya sebetulnya
pengen steak. Kayaknya, lamb chop steak dengan mint sauce menggiurkan.
Tapi lidah saya ini seleranya suka ada waktunya. Kayak makan bubur, buat
saya paling enak buat sarapan. Nah, steak buat saya paling enak buat makan
malam. Jadi, ragu juga buat order steak. Akhirnya, pilih nasi timbel ajah
hehehe.
Setiap porsi menu resto
Puncak Pass
itu besar buat ukuran kami. Makan seporsi aja udah ngenyangin banget.
Padahal dessertnya enak-enak, lho. Beberapa kali nyobain dessertnya saat
makan di sana. Tapi, kali ini rasanya kami gak sanggup. Kenyang banget.
Paling suami aja yang pesan seporsi es campur yang kemudian dihabiskan
oleh anak-anak.

Semua kerajinan kayu ini langsung dibuat di sana


Dibalik suara syahdu kecapi suling, saya rada ngebatin juga melihat bapak
pemain kecapi yang sudah tua. Semoga ada anak muda yang juga mahir bermain
kecapi suling, ya 🙂

suasananya juga tenang. Semakin menenangkan karena diiringi musik kecapi
suling. Kesannya syahdu banget. Di sana juga dijual beberapa kerajinan
kayu seperti wayang, congklak, dan topeng. Sering ditemui tamu warga
negara asing yang makan di sana, terutama yang berusia lanjut. Biasayna
warga negara asing suka beli kerajinan khas Indonesia. Saya coba menerka,
sepertinya para tamu itu kemungkinan besar warga negara Belanda yang
sedang bernostalgia di sana. Mengingat resto ini juga sudah cukup tua.
Dan, beberapa menu di resto ini adalah masakan Belanda.

Ditutup dengan es campur. Padahal pengen poffertjes dan lainnya. Tapi,
udah kenyang banget hihihi
Setelah makan siang, kami lanjutkan perjalanan ke Cipanas. Pengen lihat
taman bunganya. Tapi, begitu sampai parkiran, kayaknya harus jalan lagi
menuju taman bunganya. Duh, perut kekenyangan ditambah mata yang udah
ngantuk berat, rasanya males kalau harus jalan lagi. Anak-anak malah udah
tertidur pulas di mobil Putar balik ajalah mampir ke minimarket mencari
pengganti snack dan sosis yang tertinggal. Walopun gak ada brand sosis dan
saus bbq favorit kami, gak apa-apalah daripada gak ada sama sekali.
Kemudian, kami kembali ke Melrimba. Menghabiskan weekend di sana.
Sayangnya lagi-lagi kami gagal melihat migrasi burung raptor. Seperti
menanti (kabar) burung yang gak kunjung tiba. Di php-in terus hehehe.
Tetep, sih, kegiatannya menyenangkan. Ceritanya … bersambung *langsung
dipelototin yang baca* :p
Puncak Pass Resort
www.puncakpassresort.com

, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.