Pantai Muaro Padang mempunyai pesona tersendiri. Pantai ini merupakan deretan pantai pertama dari Pantai Padang yang menjadi destinasi unggulan di Kota Padang.
Sesuai namanya, pantai ini berada persis dekat muara Sungai Batang Arau yang membentang sejauh 6 km. Pantai Muaro Padang dapat menjadi pilihan untuk mendapatkan 3S alias Sun, Sea and Send. Pokoknya dapat paket kompit.
Arsitektur masjidnya sangat instagenik dan mengagumkan sekali dengan warna serba putih. Jika diperhatikan dengan seksama desain Masjid Al-Hakim ini sekilas menyerupai Taj Mahal India. Wajar saja menjadi objek foto yang banyak diunggah dan di-repost di Instagram.
Posisi masjidnya berada di pertigaan jalan Samudera, jalan Nipah dan jalan Hayam Huruk. Dekat tank bekas operasi Trikora miliknya TNI.
Baca: 4 Pantai untuk Berburu Sunset Indah di Kota Padang
Pantai Muaro Padang saat ini merupakan gambaran dari Pantai Padang ketika zaman kolonial. Jika melihat galeri foto jadul Padang dari situ penyimpan arsip Belanda seperti KITLV dan Tropenmuseum, maka akan ditemukan foto suasana pantai deket muara yang berlatarkan Apenberg atau Gunuang Padang.
Saya mencoba berselancar di situs KITLV mencari foto lama Pantai Muaro Padang, ternyata koleksinya cukup banyak dengan beragam aktivitas yang berhasil diabadikan oleh fotografer pemerintah Hindia Belanda.
Jika dilihat pantainya dulu sangat landai bisa dibilang menyerupai
Pantai Air Manis. Ada pula yang pernah menceritakan jika di muara ini
terdapat lapangan sepak bola dan tempat pertunjukan kaum bangsawan
Belanda. Bahkan jarak dari pantai ini ke pulau Pisang Gadang sangat
dekat.
Abrasi pantai yang menyebabkan semuanya hilang. Dari zaman kolonial hingga saat ini kondisi Pantai Muaro Padang terus mengalami abrasi.
Ada pula dalam salah satu foto jadul terlihat di Pantai Muaro Padang ini sudah dipasang bangunan penangkal ombak tapi sudah hancur dimakan ombak. Kondisinya sekarang sudah tidak terlihat lagi.
Menurut Zahrul Umar, Pengurus Himpunan Ahli
Teknik Hidraulik, Sumbar, dalam tulisannya yang terbit di Padang Ekspres yang kemudian ditulis kembali oleh Padangkita.com pada 12 Januari 2020, menyebut infrastruktur yang hilang bukan itu saja.
Pada tahun 1938-1967 di Pantai Padang, kata Zahrul, tepatnya di depan
Gedung Pusat Kebudayaan Sumbar arah ke laut, terdapat gedung Wisma
Pancasila. Sekarang gedung itu tidak ada lagi karena sudah runtuh akibat
abrasi.
Dari
analisanya, seandainya tidak dibangun krib, maka sejak tahun 1970
sampai saat ini garis Pantai Padang akan berkurang sekitar 100 meter
dari bibir pantai. Setelah dibangun krib, ulas dia, Pantai Padang dapat
dipertahankan, bahkan bertambah, seperti pantai di kawasan Danau Cimpago
dan belakang Hotel Pangeran Beach.
Beberapa foto jadul pun ada yang melihatkan aktivitas para orang Belanda yang tengah jalan-jalan dan piknik ke Pantai Muaro Padang. Ternyata suasana pantainya sejuk, terdapat taman yang sangat asri penuh dengan pohon cemara. Terlihat juga foto jalur pejalan kakinya serta gazebo untuk bersantuy ria. Meskipun demikian semuanya itu telah digulung oleh ombak.
Pantai Muaro Padang pun menjadi saksi juga perkembangan kota yang dipadati oleh kapal-kapal pedagang dunia. Pantai ini menjadi pintu masuk bangsa asing datang ke tanah Padang.
Sebabnya tidak heran juga sekitar akhir abad ke-19, Kota Padang dulunya pernah dijuluki sebagai kota metropolitan di kawasan pesisir Pantai Barat Pulau Sumatera. Pantai Muaro Padang pun memang sudah sedari dulu menjadi rekreasi andalan orang Belanda. Mereka masih menyebut tempat ini dengan nama Pantai Padang.
Bisa jadi pantai ini awal mulanya disebut Pantai Padang yang dikenal dengan sebutan Tapi Lauik (Taplau) sebelum berkembang ke arah utara. Sekarang Pantai Padang itu telah dibagi-bagi namanya mulai dari Pantai Muaro hingga Pantai Muaro Lasak.
Sebelum penataan kawasan Pantai Padang, area pantai ini dulunya ditutupi oleh kedai-kedai masyarakat sehingga suasana pantainya tidak terlihat. Pantai Muaro Padang pun dulunya dikenal sebagai tempat menjual telur katuang (telur Penyu). Sekarang tentunya sudah bersih dan bebas melihat lautan yang luas.
Menikmati Pantai Muaro Padang
Perihal hunting tadi, saya pun mengambil bagian juga mengabadikan momen di Pantai Muaro Padang. Suasana pagi, sang fajar yang mulai menampakan diri dan ombak yang cukup tinggi menjadi teman saat itu.
Pantai Muaro Padang tidak banyak pepohonan, terlihat ada sekumpulan pohon kelapa menjulang tinggi tepat di depan penjara Muaro. Tumbuh juga beberapa pohon ketapang dan pohon cemara jarum yang masih kecil. Menariknya ada tanaman katang-katang (Ipomoea pes-caprae) dengan bunga berwarna ungu tumbuh subur menutup pasir pantai. Ternyata tanaman liar ini memiliki akar serabut yang dapat fungsi penahan abrasi pantai.
Biasanya saya memanfaatkan tanaman ini untuk menjadi objek gambar dengan latar Gunuang Padang atau Masjid Al-Hakim. Tidak hanya pagi, ketika petang tiba akan ada pesona lain yang terpancar. Suasana sekeliling pantai ini lebih merona sehingga memberikan warna tersendiri. Tentunya ketika cuaca cerah.
Pantai Muaro Padang tidak begitu landai, memang tidak berpasir putih cenderung kecoklatan dan dengan ombak yang cukup aktif sehingga disarankan untuk tidak bermain air di pantai ini.
Dari Pantai Muaro Padang ini akan terlihat hilir mudik kapal-kapal nelayan dan penumpang dari dan menuju kepulauan Mentawai berlatarkan Gunuang Padang.
Sayangnya, Pantai Muaro Padang tergolong banyak sampah. Kawasan ini menjadi langganan tempat mendaratnya sampah-sampah yang berasal dari muara sungai. Terlebih setelah hujan seolah menjadi tempat pembuangan akhir. Sampah memang jadi problema bersama.
Sedih sekali sih. Soal sampah, bukan soal petugas kebersihan saja. Namun, ini perihal karakter, empati, dan kepedulian. Sekali pun kamu telah berpendidikan tinggi. Mari bersama-sama menjaga lingkungan kita. Mulai dari diri sendiri, dari hal-hal yang kecil.
Saya pun pernah unggah foto di Instagram (cek akun @beyubaystory) suasana pantai dengan sampah yang bertebaran. Banyak yang merespon ada yang menghujat, ada juga yang memahami. Kemudian ada juga ungahan foto dengan nuansa pantai yang sangat bersih serta momen mata hari terbenam yang bikin syahdu seolah ada sepotong cerita di balik temaram senja.
Terkadang pantai menjadi tempat yang nyaman untuk menyendiri. Namun, ada keriuhan yang mendamaikan. Deburan ombak, semilir angin, dan petang yang
tiba. Ada kerinduan, perpisahan, kenangan, harapan dan cerita tentang kita. Eaa, apa sih, hahaha
Jadi, bila ingin menikmati suasana pantai yang lebih berwarna, ada baiknya yuk mampir sejenak ke Pantai Muaro Padang.
————————————————————————————————————————————————————
Jika mengkopi-paste tulisan ini di situs, milis, dan situs jaringan
sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima
kasih.
, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.