Alhamdulillah akad dan resepsi pernikahan di BSD berjalan dengan lancar. 2
minggu kemudian kami pun berangkat ke negeri jiran tersebut.
Acara resepsi pernikahan dilaksanakan di daerah Petaling Jaya. Dari
Siti Homestay, tempat kami menginap, jaraknya tidak jauh. Masih di komplek yang sama.
Pernikahan berlangsung di Dewan Pertemuan. Ya, kalau lihat bangunannya
mirip seperti GOR.
Ketika saya membuat judul ‘Resepsi Pernikahan di Malaysia’ itu karena
pernikahannya memang di negara ini. Jadi bukan bermaksud untuk
mengeneralisir. Karena saya sebetulnya tidak tau apakah resepsi
pernikahan di Malaysia sama seperti di Indonesia. Di mana setiap daerah
punya tradisi masing-masing.
Seperti apa resepsi pernikahan sepupu saya di Petaling Jaya?
Semakin Banyak Keluarga Besan yang Datang, Semakin Merasa
Dihargai
Suami sepupu saya bilang kalau di Malaysia, tuan rumah akan merasa
dihargai bila keluarga besan datang dalam jumlah banyak. Semakin
banyak, semakin merasa dihargai. Mungkin itu juga saat pernikahan di
BSD, rombongan keluarga dari Malaysia datang dalam jumlah yang
banyak
Sayangnya, kami tidak bisa membalas dengan jumlah yang sama.
Setengahnya pun rasanya gak ada. Tentu saja kami gak ada sedikit pun
maksud untuk tidak menghargai. Tetapi, ada beragam alasan yang membuat
keluarga besar sepupu saya berhalangan hadir.
Dari pihak om saya, mayoritas keluarga besarnya berprofesi guru. Pada
saat yang bersamaan, di Indonesia sedang masa UTS. Keke dan Nai juga
sedang UTS, tapi boleh ikut ujian susulan. Kalau guru tentu sulit
mendapatkan izin cuti saat ujian sekolah sedang berlangsung.
Ada juga keluarga yang anaknya autis. Sangat takut berhadapan dengan
kamera sehingga selalu gagal membuat paspor. Gak mungkin anaknya
ditinggal. Akhirnya sekeluarga batal hadir.
Kalau dari keluarga besar tante yaitu keluarga besar saya juga hanya
sebagian yang bisa hadir. Kebanyakan gak tinggal sekota. Jadi, ketika
pernikahan di BSD sudah cuti kerja. Sulit mendapatkan cuti lagi. Lalu
ada pula kejadian sekeluarga paspor kerendam cucian. Jadi yang ikut
pun semakin sedikit.
[Silakan baca:
Drama Menuju Ngunduh Mantu di Malaysia]
Alhamdulillah, teman-teman tante dan sepupu saya pada datang. Jadi
lumayan menambah rombongan dari Indonesia. Bersyukur juga keluarga
Malaysia mengerti kondisi kami.
Pengaturan Waktu Undangan
Saya terheran-heran saat melihat waktu resepsi pernikahan. Dari pagi
sampai sore! Sepintas kayak resepsi pernikahan di Indonesia kalau
diadakan di rumah. Bisa seharian, bahkan sampai malam.
Tapi, ternyata ada bedanya.
Walaupun undangannya seharian, ternyata ada pengaturan waktunya.
Bahkan pengantinnya juga gak datang dari pagi.
Kami sebagai besan diminta datang pukul 1 siang. Uniknya pengantinnya
pun datangnya bersama kami. Pagi hari hanya dihadiri oleh keluarga
besar dari tuan rumah. Kalau siang untuk tetangga dan lain
sebagainya.
Berarti yang diundang pagi gak ketemu dengan pengantin. Saya gak tau
persis alasannya. Tapi, kalau kata sepupu saya malam sebelum resepsi,
seluruh keluarga besar pengantin pria pada datang ke rumah yang punya
hajat. Jadi, mungkin karena itu acara pagi gak perlu dihadiri
pengantin.
Menerima Tamu Tidak di Pelaminan
berbincang-bincang dengan tamu yang datang
Saya juga sempat heran ketika melihat deretan nomor telpon di
undangan. Semakin heran lagi karena nama-nama
contact person yang tertulis di sana adalah milik kedua orang
tua dan adik-adik suami sepupu saya. Lha, memangnya selama resepsi
masih bisa telponan? Terutama bagi orang tua.
Ternyata, di sana yang menjadi penerima tamu itu justru orang tua dan
saudara kandung mempelai. Mereka akan menyambut para tamu dengan
suasana penuh keakraban.
Tamu yang datang saling sapa dan ngobrol dulu dengan yang punya hajat
di pintu masuk. Bahkan bisa saling ngobrol juga dengan sesama tetangga
atau kerabat. Tidak ada batasan waktu untuk mengobrol.
Jadi
tamu tidak sekadar isi buku tamu, masukin angpau ke dalam kotak,
terima souvenir, kemudian masuk ke dalam. Ketemu pengantin dan orang
tuanya di pelaminan. Itu pun cuma salam-salaman atau menyapa ala
kadarnya.
Pantesan aja di undangan tertulis nomor telpon contact person. Salah
satu tujuannya untuk berjaga-jaga siapa tau ada tamu yang gak tau
alamatnya. Etapi, saya gak tau di sana ada tradisi kasih angpau atau
enggak. Gak melihat kotaknya juga.
dewasa
Pelaminan tetap ada. Tetapi, hanya dipakai untuk sesi foto bersama.
Pantesan aja sepupu saya cerita kalau mertuanya sempat gelisah ketika
tau harus berada di pelaminan selama 2 jam saat pernikahan di BSD.
Rupanya di sana kebiasaannya gak seperti itu. Jadi mungkin merasa gak
leluasa bergerak. Kalau di pelaminan ‘kan paling cuma salaman. Ngobrol
gak bisa lama-lama seperti kayak di Malaysia hehehe.
Jamuan Makan Sampai Kenyang
“Kebalikan banget sama waktu resepsi di BSD deh, Teh. Waktu itu Ghea
sampai kelaparan di atas pelaminan karena cuma sempat makan sedikit.
Giliran sekarang malah kenyang banget,” ujar sepupu saya.
Setelah rombongan pengantin dan keluarga kami masuk ke dalam gedung,
dipersilakan duduk di tempat yang sudah disediakan. Usai sambutan dan
pembacaan doa, kami menunggu MC memanggil untuk foto bersama.
Setelah selesai foto bersama, saatnya makan siang. Di meja utama
untuk pengantin, orang tua sepupu saya, dan anggota keluarga kami yang
dituakan.
Jumlah laki-laki yang dituakan di keluarga kami kurang 1 orang.
Membiarkan kursi kosong juga rasanya gak enak dilihat. Kami sempat
saling tunjuk, siapa yang mau duduk. Akhirnya sepupu saya bersedia.
Tepatnya mengalah sama kakak-kakak sepupunya hehehe.
Meja berikutnya adalah meja keluarga untuk besan. Setelah itu baru
meja untuk para tamu undangan lainnya. Orang tua dan keluarga inti
tetap menjadi penerima tamu. Kalaupun ada keluarga dari pihak yang
punya hajat terlihat makan bersama, bergabungnya sama meja untuk tamu
lainnya.
Di sini semuanya mendapatkan tempat duduk. Jadi gak ada satupun yang
makan dan minum sambil berdiri. Menyenangkan kalau bisa makan dan
minum seperti ini. Ya mungkin itu juga alasan ada pengaturan jam
undangan. Supaya semua tamu dapat tempat duduk.
Untuk makanan, perbedaannya
ada di penyajian. Di meja utama dan keluarga besan, makanan sudah
dihidangkan di meja. Sedangkan untuk tamu undangan, mengambil makanan
sendiri di meja prasmanan.
Di meja utama, juga ada pramusaji yang khusus melayani. Menyajikan
makanan ke piring, jadi tinggal makan aja. Sama ada hidangan spesial
yang gak ada di meja lain.
Tetapi, di meja keluarga juga akhirnya kebagian karena masih ada
sisanya. Makanya sepupu saya sampai bilang kekenyangan. Jumlah makanan
yang disajikan memang cukup banyak.
Bagaimana bila ada tamu undangan yang ingin bersalaman saat pengantin
sedang makan?
Gak masalah, sih. Ada juga yang nyamperin dan tetap disambut. Tetapi,
saya lihat jarang yang seperti itu. Kebanyakan ikut makan bersama.
Selesai makan, pengantin yang jalan kesana-sini, menghampiri para
tamu. Sesekali aja naik lagi ke pelaminan untuk sesi foto
bersama.
Bunga Telur, Souvenir Tradisional yang Mulai Ditinggalkan
Nenek suami sepupu saya menginginkan souvenir bunga telur di
pernikahan cucunya. Souvenir ini berupa telur rebus yang dihias
menjadi seperti bunga. Nantinya souvenir ini akan diberikan kepada
keluarga dan tamu yang dianggap spesial. Sedangkan untuk tamu lainnya
mendapatkan telur rebus yang dimasukkan ke dalam tas kecil
Bunga telur melambangkan kesuburan. Harapannya, setiap tamu yang
diberikan bunga telur akan mendoakan pasangan pengantin agar segera
dikaruniai anak.
Bunga telur ini merupakan tradisi lama yang sudah mulai jarang.
Katanya sih penyebabnya karena sulit merebus telur dalam sekali waktu
tanpa ada yang pecah. Karena kalau pecah, telur rebusnya gak akan
bertahan lama. Sehingga bisa langsung dianggap gagal semuanya.
“Bayangin, Teh. Merebus 2500 butir telur sekaligus dan gak boleh ada
yang pecah. Deg-degan banget!” ujar sepupu saya
Para tamu tidak hanya mendapatkan bunga telur. Kami juga mendapatkan
permen, kue ikan (ini rasanya kayak bolu), ketan kuning, dan rambut
nenek (gulali tepung). Saya lupa menanyakan apakah ada makna dari
semua souvenir ini seperti bunga telur.
Saya suka banget dengan tepung gulali. Kalau saya menyebutnya rambut
nenek karena warnanya yang putih demngan tekstur halus seperti rambut
nenek-nenek. Tetapi, ada juga yang bilang manisan kumis naga. Ini
mengingatkan saya dengan jajanan zaman masih SD. Ada yang suka jualan
dekat rumah. Dulu, saya sering beli.
Sekarang, saya gak pernah lihat yang jualan gulali tepung. Kalau saya
browsing tentang rambut nenek, selalu dapatnya gulali yang pakai
kerupuk. Padahal bukan itu yang saya mau. Makanya saya seneng bisa
puas banget makan camilan ini di sana.
Persamaan dengan Resepsi di Indonesia
Namanya juga negara serumpun, adanya persamaan bisa saja terjadi.
Saat tiba di lokasi acara, saya melihat hiasan seperti kembang kelapa
(manggar) yang biasa ada di adat pernikahan Betawi.
Di sana juga disebutnya bunga manggar. Setahu saya kalau di Betawi,
kembang kelapa bermakna kemakmuran. Harapannya, rumah tangga pengantin
akan makmur dan mendapatkan banyak manfaat seperti pohon kelapa. Saya
lupa menanyakan makna bunga manggar ini kalau di Malaysia. Bisa jadi
memiliki makna yang sama.
Sepertinya tidak ada seragaman di pernikahan Malaysia. Sejak acara
lamaran, akad dan resepsi di BSD, hingga acara di Kelana Jaya, pakaian
dari keluarga Malaysia ya sama aja. Untuk laki-laki memakai baju
Melayu. Sedangkan yang perempuan baju kurung. Warnanya pun
bermacam-macam alias gak senada. Begitupun dengan motif baju
kurungnya. Paling pas resepsi di Malaysia, saya melihat keluarga inti
suami sepupu saya mengenakan warna yang seragam.
Keluarga kami saat resepsi di Malaysia juga tidak menggunakan
seragam. Kalaupun om saya terlihat menggunakan baju yang sama seperti
keluarga besan, itu karena beliau orang Bangka. Beliau ingin
mengenakan Teluk Belanga di hari pernikahan putrinya.
Sepupu saya ini anak satu-satunya yang masih hidup. Waktu acara di
BSD ‘kan kami menggunakan adat Sunda. Adat dari keluarga besar saya.
Makanya di Malaysia, om saya ingin mengenakan pakaian khas Bangka di
hari spesial putrinya.
[Silakan baca:
Drama Kamar Mandi di Hotel POP, BSD City]
Para tamu yang hadir juga gak semuanya berpakaian formal. Malah saya
lihat banyak yang mengenakan kaos oblong dan jeans. Memang suasananya
terasa santai dan penuh kekeluargaan.
Sepanjang acara, para tamu dihibur dengan musik caklempong. Kalau di
Minangkabau ini kesenian talempong. Beberapa lagunya pun cukup
familiar dengan kami.
Acara resepsi masih berlangsung hingga sore. Tetapi, kami hanya
sekitar 2 jam saja di sana. Terik aja udara siang itu. Sampai homestay
langsung beli air kelapa dan ngadem di rumah. Sorenya baru lanjut
ngemall.
[Silakan baca:
Siti Homestay Kelana Jaya, Penginapan Nyaman untuk Muslim]
Baidewei, saat resepsi diselenggarakan, ada salah seorang
YouTuber Malaysia yang meminta izin untuk meliput. Oleh keluarga suami
sepupu saya dizinkan dengan syarat kalau videonya sudah jadi jangan
langsung dipublish untuk publik. Kalau keluarga merasa sreg dengan
hasilnya baru boleh dipublish. Dan inilah video resepsi pernikahan
sepupu saya di Malaysia.
, Terimakasih telah mengunjungi Ulasani.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.